Anak Gresik Pilih Perpusda Ketimbang Gadget

Kamis, 03 Juli 2025 | 11:36:29 WIB
Anak Gresik Pilih Perpusda Ketimbang Gadget

JAKARTA - Di tengah maraknya penggunaan gadget di kalangan anak-anak selama masa liburan sekolah, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Gresik, Jawa Timur, justru memilih pendekatan berbeda. Mengusung semangat "Liburan Gembira bersama Perpusda", dinas ini mengajak para pelajar menikmati waktu libur tanpa harus bergantung pada gawai.

Kegiatan ini diselenggarakan sejak 24 Juni hingga 3 Juli 2025 di lingkungan Perpustakaan Daerah Gresik. Antusiasme terlihat dari ramainya anak-anak yang datang setiap harinya untuk mengikuti ragam aktivitas kreatif yang ditawarkan.

Mulai dari membuat kolase hiburan, menonton sinema edukatif, belajar budaya dan bahasa Jepang, origami literasi, hingga menghias botol bekas dengan kertas warna-warni, semua menjadi pilihan aktivitas yang mengasyikkan sekaligus edukatif. Program ini secara langsung memberi ruang pada anak-anak untuk berinteraksi, berkreasi, dan belajar tanpa harus terpaku pada layar gadget.

Kepala Bidang Pengembangan Minat Baca Dispusip Kabupaten Gresik, Sayyidatul Fakhriyah, mengungkapkan pentingnya kegiatan belajar di luar sistem formal ini, terlebih di era digital saat ini yang sangat akrab dengan penggunaan gawai. “Zaman sekarang pembelajaran seperti ini sangat penting karena anak-anak saat ini lebih suka main gadget. Apalagi di gadget ada YouTube, game, dan lain sebagainya, yang membuat anak terpengaruh condong ke situ,” jelas Sayyidatul saat ditemui di sela kegiatan.

Ia menambahkan bahwa dorongan untuk menggunakan waktu libur secara produktif tanpa gadget bukan hanya untuk mengisi waktu, melainkan juga mengembangkan keterampilan dan minat baca sejak usia dini. Perpusda diharapkan bisa menjadi ruang publik ramah anak yang mendorong interaksi sosial yang sehat.

“Liburan Gembira bersama Perpusda” ini memang bukan sekadar kegiatan biasa. Setiap harinya, anak-anak dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengikuti aktivitas yang berbeda, sesuai minat mereka. Dengan pendekatan tematik yang menyenangkan, mereka tak hanya diajak bermain, tetapi juga mengenal nilai-nilai budaya, kerajinan tangan, serta seni visual sederhana yang mampu menumbuhkan kreativitas.

Di hari pertama kegiatan, misalnya, sejumlah anak tampak serius menggunting dan menempelkan potongan kertas warna-warni membentuk kolase hiburan. Di sudut lain ruangan, sekelompok peserta tengah asyik mendengarkan pengenalan huruf-huruf Jepang oleh relawan pengajar. Suasana pun terasa hidup, hangat, dan penuh semangat belajar.

Program ini juga tidak lepas dari upaya menumbuhkan kembali minat terhadap perpustakaan yang selama ini dianggap sepi dan membosankan, terutama di mata anak-anak. Dengan metode yang lebih modern dan interaktif, Dispusip Gresik berharap perpustakaan bisa kembali menjadi pusat belajar dan berkumpul yang menyenangkan.

Menurut Sayyidatul, tantangan yang dihadapi perpustakaan kini bukan hanya soal koleksi buku atau fasilitas fisik, tetapi juga soal bagaimana menyajikan kegiatan yang mampu menarik perhatian generasi digital. “Kalau tidak ada kegiatan seperti ini, anak-anak akan habiskan waktu berjam-jam di depan gadget. Sayang sekali. Padahal masa anak-anak adalah masa yang paling bagus untuk eksplorasi,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kegiatan seperti menghias botol bekas bukan hanya mengajarkan anak tentang seni dan kerajinan tangan, tetapi juga memberi pesan penting tentang menjaga lingkungan. Dengan menggunakan bahan bekas, anak-anak secara tidak langsung diperkenalkan pada konsep daur ulang dan pemanfaatan kembali barang yang sudah tidak terpakai.

Sementara itu, pembelajaran bahasa Jepang dan budaya asing lainnya dimaksudkan untuk memperluas wawasan anak sejak dini. Kegiatan ini menjadi semacam jendela kecil yang memperkenalkan dunia luar dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami.

Tak sedikit orang tua yang ikut hadir dan mendampingi anak-anak selama kegiatan berlangsung. Mereka pun menyambut positif program yang dinilai mampu mengalihkan perhatian anak dari kecanduan gawai, sekaligus mempererat ikatan sosial antarsesama.

"Biasanya anak saya sulit lepas dari handphone. Tapi di sini, dia bisa seharian sibuk main dan belajar tanpa minta HP sama sekali," ujar salah satu orang tua peserta yang enggan disebutkan namanya.

Pihak perpustakaan mengaku akan terus mengembangkan model pembelajaran interaktif seperti ini, termasuk dengan menggandeng komunitas seni, relawan pendidikan, hingga penggiat literasi untuk berkolaborasi di masa mendatang. “Harapannya bukan hanya saat liburan saja, tapi anak-anak bisa menjadikan perpustakaan sebagai tempat favorit untuk belajar kapan pun,” tambah Sayyidatul.

Inisiatif Gresik ini dinilai sebagai langkah cerdas dan inspiratif dalam menanggapi fenomena meningkatnya penggunaan gadget yang kurang terkontrol di kalangan anak-anak. Tak hanya menjadi solusi sementara saat liburan, tetapi juga bisa menjadi model kegiatan edukatif yang patut diterapkan secara berkelanjutan di berbagai daerah lainnya.

Dengan menyatukan unsur hiburan, edukasi, budaya, dan kreativitas, “Liburan Gembira bersama Perpusda” berhasil menciptakan lingkungan belajar alternatif yang lebih sehat. Gawai mungkin akan tetap menjadi bagian hidup anak-anak masa kini, tetapi program seperti ini membuktikan bahwa mereka tetap bisa tumbuh aktif, produktif, dan bahagia tanpa harus selalu terpaku pada layar.

Terkini