Tekno Digital Dorong KAI Kurangi Sampah

Kamis, 03 Juli 2025 | 12:36:32 WIB
Tekno Digital Dorong KAI Kurangi Sampah

JAKARTA - Inovasi teknologi menjadi tulang punggung upaya PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam menekan dampak lingkungan dari operasional perkeretaapian. Salah satu terobosan terbarunya adalah pemanfaatan sistem face recognition yang telah diterapkan sejak tahun 2022. Tidak hanya meningkatkan efisiensi, teknologi ini juga terbukti mengurangi penggunaan kertas secara signifikan.

Menurut Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, sejak sistem ini diluncurkan, KAI berhasil menghemat 36.954 rol tiket kertas, atau setara Rp554 juta. Bahkan, hanya dalam enam bulan pertama tahun 2025 saja, telah tercatat penghematan sebanyak 12.953 rol kertas, senilai Rp194,2 juta.

“Kami mencatat lebih dari 15,5 juta pelanggan telah menggunakan sistem face recognition sejak diperkenalkan. Angka ini menunjukkan respons positif dari masyarakat dan pergeseran budaya menggunakan tiket berbasis teknologi,” kata Anne dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (3/7/2025).

Langkah KAI ini juga selaras dengan komitmen perusahaan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ke-12 yang menekankan pada konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab.

Teknologi dan Lingkungan Bisa Jalan Bersama

Teknologi pengenalan wajah bukan hanya menjadi alat bantu mempercepat proses boarding, tetapi juga menjadi bagian dari strategi ramah lingkungan. Menurut Anne, sistem ini mengurangi ketergantungan pada kertas dan secara langsung berdampak pada upaya pelestarian hutan.

“Inovasi ini tidak hanya menguntungkan dari segi efisiensi operasional, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap lingkungan. Semakin sedikit kertas yang digunakan, semakin sedikit pula pohon yang ditebang,” ungkap Anne.

Langkah digitalisasi ini tidak berdiri sendiri. KAI juga memperkenalkan fitur pelacak jejak karbon (carbon footprint) dalam aplikasi Access by KAI, sehingga pelanggan dapat mengetahui sejauh mana kontribusi perjalanannya terhadap emisi karbon. Fitur ini merupakan bentuk edukasi sekaligus ajakan untuk lebih sadar lingkungan.

Selain itu, KAI juga mengembangkan fasilitas Water Station di berbagai stasiun untuk mendorong pelanggan mengurangi konsumsi air dalam kemasan botol plastik sekali pakai. “Kami berharap langkah kecil seperti ini bisa berdampak besar, baik untuk pelanggan, perusahaan, maupun lingkungan secara keseluruhan,” tutur Anne.

Ramah Lingkungan dan Aman bagi Pengguna

Meskipun digitalisasi semakin dalam diterapkan, KAI tetap menaruh perhatian serius terhadap keamanan data pribadi para pengguna teknologi face recognition ini. Anne memastikan bahwa semua data pelanggan seperti nama, NIK, dan foto disimpan dengan aman dan hanya untuk keperluan boarding.

“Data nama, NIK, dan foto hanya digunakan untuk keperluan boarding, disimpan maksimal satu tahun, dan akan terhapus otomatis. Jika ingin lebih cepat, pelanggan juga bisa mengajukan penghapusan data secara mandiri,” jelas Anne.

Artinya, pelanggan memiliki kendali penuh terhadap data pribadinya dan dapat mengambil langkah proaktif bila merasa perlu menghapus data lebih awal dari waktu penyimpanan otomatis.

Langkah ini menjadi bagian dari bentuk transparansi dan tanggung jawab KAI terhadap perlindungan data pribadi, di tengah tren digitalisasi yang terus berkembang. Upaya menjaga kepercayaan publik menjadi prioritas, seiring dengan peningkatan penggunaan layanan digital.

Edukasi dan Akselerasi Perubahan

Meskipun sistem face recognition telah berjalan selama tiga tahun, KAI terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang manfaat dan keamanan sistem ini. Edukasi dilakukan melalui berbagai kanal, mulai dari media sosial hingga papan informasi di stasiun.

“Ke depan, kami berharap semakin banyak pelanggan yang akan merasakan manfaat dari teknologi face recognition. Ini adalah langkah kecil yang dapat berdampak besar,” ucap Anne.

Langkah ini menunjukkan bahwa KAI tidak hanya mengandalkan teknologi untuk efisiensi internal, tetapi juga sebagai medium komunikasi untuk mengubah perilaku konsumen menjadi lebih ramah lingkungan.

Teknologi, menurut Anne, bisa menjadi alat transformatif untuk membangun transportasi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, tidak sekadar alat bantu digitalisasi semata.

Sejalan dengan Inisiatif Global

Transformasi teknologi yang dilakukan KAI mencerminkan perubahan paradigma di sektor transportasi global. Banyak operator kereta api dunia juga mulai mengintegrasikan teknologi demi efisiensi sekaligus pengurangan emisi.

Indonesia, melalui KAI, membuktikan bahwa langkah-langkah konkret bisa dilakukan, bahkan dengan dampak positif langsung seperti pengurangan penggunaan kertas dan plastik. Ini merupakan bukti nyata bahwa komitmen terhadap lingkungan tidak harus dimulai dari hal besar, tetapi bisa dari langkah-langkah kecil namun konsisten.

Inovasi face recognition bukan hanya membantu perusahaan memangkas biaya operasional, tetapi juga memberikan kontribusi terhadap gerakan global pengurangan jejak karbon. KAI, dengan segala upaya ini, menempatkan diri sebagai perusahaan transportasi nasional yang siap beradaptasi dengan tantangan masa depan—teknologis sekaligus ekologis.

Terkini