JAKARTA - Desa Jati di Kecamatan Sawangan merupakan wilayah pertanian yang memiliki potensi besar, namun di sisi lain juga menyimpan tantangan geografis. Terletak di lereng Gunung Merbabu, kontur tanah yang berbukit dan curam membuat aktivitas pertanian memerlukan tenaga ekstra. Masyarakat desa ini menggantungkan hidup dari bertani, tetapi proses mengangkut hasil panen dari ladang ke jalan utama seringkali menjadi pekerjaan yang berat, melelahkan, bahkan berisiko.
Kondisi tersebut semakin menyulitkan saat musim hujan tiba. Medan yang licin dan terjal dapat menghambat petani untuk membawa hasil panen seperti sayur atau buah-buahan secara efisien. Melihat kenyataan tersebut, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sedang menjalani program KKN-PPM di Desa Jati hadir dengan solusi praktis.
Katrol Sederhana sebagai Jawaban Kebutuhan Petani
Tim KKN-PPM UGM 2025 menggagas sebuah inovasi sederhana yang menjawab persoalan utama petani di wilayah itu. Mereka menciptakan katrol angkut hasil panen, sebuah alat bantu yang memungkinkan hasil panen dan perlengkapan pertanian dipindahkan dari ladang ke titik kumpul dengan lebih mudah.
Katrol ini menggunakan sistem mekanik sederhana berupa roda berlekuk dan tali atau rantai yang disusun membentuk pulley. Dengan demikian, gaya yang diperlukan untuk mengangkat atau menurunkan beban bisa dikurangi secara signifikan. Alat ini tidak hanya digunakan untuk hasil panen, tetapi juga bisa membantu mengangkut pupuk dan perlengkapan lainnya.
Tim mahasiswa memulai pendekatan mereka dengan mendengarkan langsung permasalahan yang dihadapi masyarakat. Hasil dari diskusi tersebut menunjukkan bahwa beban fisik serta waktu yang dihabiskan untuk mengangkut hasil panen menjadi salah satu masalah utama yang dirasakan oleh para petani.
Edukasi dan Sosialisasi Jadi Langkah Awal
Sebelum membangun alat di lokasi, tim KKN UGM menggelar sesi sosialisasi bersama kelompok tani di Dusun Gertengah Lor. Pada momen ini, para mahasiswa menjelaskan bagaimana sistem katrol akan bekerja dan mendengarkan masukan dari para petani mengenai kendala-kendala teknis di lapangan.
Diskusi ini menjadi langkah awal yang penting karena desain alat yang akan dibuat benar-benar menyesuaikan dengan kondisi geografis setempat. Lebih dari itu, keterlibatan warga sejak awal juga memastikan bahwa alat ini bisa dipahami dan dirawat secara mandiri setelah program KKN selesai.
Teknologi Sederhana dengan Bahan Mudah Ditemukan
Prinsip kerja katrol ini memanfaatkan kemiringan lahan dan sistem pulley untuk membantu proses angkut menjadi lebih ringan. Bahan-bahan yang digunakan pun dipilih berdasarkan ketahanan, harga ekonomis, dan ketersediaan di pasar lokal. Komponen utamanya antara lain sling baja, tali paracord, carabiner, single pulley, hingga hammock yang difungsikan sebagai tempat menaruh beban.
Dengan kombinasi material tersebut, alat ini tidak hanya kuat tetapi juga terjangkau, menjadikannya solusi teknologi tepat guna yang ramah bagi masyarakat desa.
Keterlibatan Warga Bangun Semangat Gotong Royong
Proses pemasangan alat ini menjadi salah satu momen penting dalam pelaksanaan program. Warga Dusun Gertengah Lor dan Ngrandu turut membantu dalam proses pengangkutan material, perakitan komponen, hingga pemasangan sistem katrol di titik yang sudah disepakati.
Kolaborasi antara mahasiswa dan warga memperlihatkan semangat gotong royong yang masih hidup di tengah masyarakat pedesaan. Kehadiran anak-anak muda di lapangan juga memberikan inspirasi bagi warga, terutama generasi muda, bahwa kemajuan bisa diraih lewat kerja sama dan inovasi sederhana.
Potensi Replikasi untuk Daerah Serupa
Salah satu keunggulan dari katrol angkut hasil panen ini adalah fleksibilitasnya. Karena alat ini menggunakan prinsip sederhana, biaya rendah, serta tidak memerlukan energi listrik, maka model ini berpotensi untuk direplikasi di wilayah lain yang memiliki tantangan geografis serupa.
Menurut tim KKN, model seperti ini seharusnya bisa menjadi bagian dari pembangunan desa berbasis potensi lokal. Solusi yang tidak selalu membutuhkan teknologi tinggi, tetapi justru hadir dari pemahaman nyata atas persoalan sehari-hari.
Pengabdian Mahasiswa yang Berdampak Nyata
Inovasi ini adalah bukti bahwa pengabdian masyarakat yang dilakukan mahasiswa tidak harus selalu dalam bentuk program besar. Gagasan kecil dengan eksekusi yang tepat justru bisa membawa perubahan nyata.
Melalui pendekatan partisipatif, edukatif, dan aplikatif, para mahasiswa UGM berhasil menunjukkan bagaimana perguruan tinggi bisa menjadi bagian dari solusi. Dalam hal ini, mereka bukan hanya membawa ilmu, tetapi juga membuka ruang kolaborasi antara akademisi dan masyarakat.
Menuju Pertanian yang Efisien dan Mandiri
Harapannya, kehadiran alat bantu ini bisa menjadi langkah awal menuju pertanian yang lebih efisien dan aman di Desa Jati. Dengan pengangkutan hasil panen yang lebih ringan, para petani bisa lebih fokus pada peningkatan produktivitas dan pengelolaan hasil.
Tak hanya itu, inisiatif ini juga mendorong semangat kemandirian di tengah masyarakat desa. Ketika teknologi bisa dimiliki dan dioperasikan oleh petani sendiri, maka ketergantungan terhadap bantuan luar bisa dikurangi, dan potensi lokal dapat terus dikembangkan.