JAKARTA - Langkah kolaboratif kembali ditempuh oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara Indonesia dalam memperkuat sektor energi bersih nasional. Melalui anak usahanya PT Danantara Asset Management (Persero), lembaga ini memfasilitasi sinergi antara dua BUMN besar, yakni PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), dalam pengembangan energi panas bumi yang lebih luas dan terstruktur.
Upaya ini mencerminkan arah kebijakan nasional dalam membangun ketahanan energi berbasis sumber daya dalam negeri. Di saat yang sama, kolaborasi ini juga menunjukkan komitmen nyata terhadap percepatan transisi menuju sistem energi rendah karbon yang berkelanjutan.
Menjawab Kebutuhan Energi Masa Depan
CEO Danantara Indonesia, Rosan Roeslani, menyebutkan bahwa pengembangan energi panas bumi bukan hanya proyek energi biasa, melainkan merupakan bagian dari agenda strategis nasional. Dengan potensi panas bumi yang besar di Indonesia, pemanfaatannya akan memperkuat ketahanan energi sekaligus mempercepat pencapaian target pengurangan emisi karbon.
“Melalui kolaborasi lintas BUMN yang terintegrasi, Danantara Indonesia mendukung terciptanya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, sekaligus memperkuat kemandirian energi Indonesia,” ujar Rosan.
Pernyataan ini mempertegas posisi strategis kerja sama tersebut dalam menjawab kebutuhan energi masa depan yang bersih dan ramah lingkungan.
MoU Jadi Langkah Awal
Sebagai tahap awal, Pertamina dan PLN telah menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU). Dokumen ini menjadi kerangka dasar untuk perumusan kerja sama yang lebih konkret. Selanjutnya, para pihak akan menindaklanjuti kesepakatan ini melalui dokumen kerja sama resmi.
Fasilitasi ini sekaligus menunjukkan peran aktif Danantara Indonesia dalam membangun jembatan kolaborasi antarentitas besar yang memiliki peran vital di sektor energi nasional.
Rosan juga menyebut bahwa kerja sama ini sangat sejalan dengan komitmen Indonesia dalam mewujudkan Kebijakan Energi Nasional, termasuk pencapaian Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) 2030 dan visi besar menuju Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Sinergi Pertamina dan PLN
Proyek pengembangan panas bumi ini akan dijalankan melalui dua anak perusahaan, yaitu PT PLN Indonesia Power (PLN IP) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE). Keduanya telah menyepakati kerja sama dalam bentuk Head of Agreements (HoA), yang difasilitasi penuh oleh Danantara Indonesia.
“Merupakan bagian integral dari strategi nasional untuk membangun sistem energi yang tangguh, berkelanjutan, dan berbasis sumber daya dalam negeri,” ujar Rosan.
Kesepakatan tersebut kemudian diperkuat melalui Consortium Agreement yang mengatur kerja sama khusus untuk proyek Ulubelu Bottoming Unit di Lampung serta Lahendong Bottoming Unit di Sulawesi Utara.
Efisiensi dan Keberlanjutan
Kolaborasi antara PLN dan Pertamina yang difasilitasi Danantara ini tidak hanya menekankan pada percepatan pembangunan proyek, namun juga pada efisiensi operasional serta keberlanjutan. Dengan memadukan kekuatan masing-masing pihak, proyek ini diharapkan mampu mempercepat transisi energi di Indonesia tanpa mengesampingkan prinsip tata kelola yang profesional dan akuntabel.
“Danantara Indonesia menjalankan peran strategis dalam memastikan kerja sama ini tidak hanya mendorong efisiensi operasional dan keberlanjutan, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap ketahanan energi nasional dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” jelas Rosan.
Akselerasi Proyek Eksisting dan Inisiasi Baru
Melalui kemitraan ini, Pertamina dan PLN sepakat untuk melakukan kajian mendalam terhadap potensi pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Kajian tersebut mencakup inisiasi proyek baru maupun percepatan penyelesaian proyek yang telah berjalan.
“Inisiatif ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pencapaian target energi nasional melalui kolaborasi pengelolaan sumber daya antara Pertamina dan PLN,” ujar Rosan.
Kesepakatan ini juga menegaskan pentingnya kerja sama lintas BUMN dalam mencapai tujuan jangka panjang energi bersih dan independensi energi nasional.
Skema Kerja Sama Komprehensif
Ruang lingkup kemitraan meliputi berbagai aspek teknis dan strategis. Di antaranya adalah perumusan skema kerja sama yang optimal, pemanfaatan wilayah kerja panas bumi (WKP) milik masing-masing pihak, penyelarasan pelaksanaan proyek, serta studi kelayakan teknis dan komersial. Tak kalah penting, dibentuk pula tim kerja bersama serta joint committee sebagai forum koordinasi pelaksanaan proyek.
Sinergi yang dilakukan mencerminkan pendekatan menyeluruh dalam mengelola proyek energi panas bumi yang kompleks namun menjanjikan hasil jangka panjang.
Potensi Energi Panas Bumi Nasional
Hingga saat ini, terdapat 19 proyek eksisting yang akan diakselerasi dengan kapasitas total sekitar 530 megawatt (MW). Jumlah ini mencerminkan kesiapan infrastruktur dan operasional yang sudah berjalan. Selain itu, kedua pihak juga menyepakati untuk mengkaji potensi tambahan di wilayah yang sudah berproduksi maupun di area baru yang menjanjikan.
Secara keseluruhan, potensi kapasitas yang dapat dikembangkan melalui kerja sama ini mencapai 1.130 MW. Nilai investasi yang dibutuhkan untuk mendukung keseluruhan proyek ini diperkirakan mencapai 5,4 miliar dolar AS.
Besarnya skala investasi dan kapasitas yang ditargetkan menegaskan kontribusi konkret proyek ini dalam mendukung agenda ketahanan energi nasional serta memperkuat posisi Indonesia dalam transisi menuju energi bersih dan berkelanjutan.