Solusi Ramah Lingkungan untuk Petani Desa Mekarsakti

Rabu, 06 Agustus 2025 | 09:33:06 WIB
Solusi Ramah Lingkungan untuk Petani Desa Mekarsakti

JAKARTA - Desa Mekarsakti di Kabupaten Sukabumi dikenal sebagai sentra pertanian yang mengandalkan komoditas padi dan cabai. Namun, di balik produktivitas tersebut, ada tantangan besar yang dihadapi para petani khususnya soal keberlanjutan lahan. Tanah yang digunakan secara intensif terus-menerus mengalami penurunan kualitas akibat penggunaan pupuk kimia berlebih. Melihat situasi ini, mahasiswa IPB University yang tengah menjalani KKN-T Inovasi 2025 menawarkan pendekatan baru yang lebih ramah lingkungan.

Salah satu pendekatan itu adalah pemanfaatan eco-enzyme, yakni cairan hasil fermentasi limbah organik yang diyakini mampu menjaga kesuburan tanah. Program ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan bertajuk Rorompok Hejo x Sawala Tani, yang digelar di Dusun Cibojong sentra cabai terbesar di Desa Mekarsakti.

Menyentuh dari Pengalaman Petani

Para mahasiswa tidak hanya memberikan teori, tetapi juga menyelami cara kerja petani di lapangan. Banyak petani di daerah ini mengandalkan pengalaman langsung sebagai dasar praktik pertanian. Hal ini disampaikan oleh Pak Rus, salah satu petani di Dusun Cibojong. Ia mengungkapkan bahwa tidak semua teori bisa langsung diterapkan di lapangan karena setiap petani memiliki kondisi dan pengalaman yang berbeda-beda.

“Teori tentang penanaman, pemupukan, dan perawatan tanaman memang sudah banyak. Akan tetapi ketika teori diterapkan di lapangan gak selamanya benar,” jelasnya. Pernyataan ini memberi dorongan bagi para mahasiswa untuk tidak hanya memberi solusi secara teknis, tetapi juga membangun komunikasi yang membumi dan kontekstual.

Eco-Enzyme, Alternatif Praktis dan Ramah Lingkungan

Program pengenalan eco-enzyme dilakukan secara langsung melalui praktik bersama. Mahasiswa dan petani membuat pupuk organik cair ini dari bahan-bahan sederhana seperti ampas buah, gula, dan air. Selain mudah dibuat, eco-enzyme memberikan manfaat nyata bagi tanah, seperti memperbaiki struktur, meningkatkan drainase, serta menyediakan nutrisi bagi tanaman.

Antusiasme petani terlihat dari partisipasi mereka dalam pembuatan eco-enzyme. Ibu Deti, salah satu peserta, menyebutkan bahwa prosesnya tidak rumit dan bahan-bahannya pun mudah ditemukan.

“Harapan saya sih dengan adanya eco-enzyme ini semoga bisa menjadi pendamping pupuk kimia bagi para petani. Jadi tanah yang diolah secara intensif bisa tetap sehat,” ujar salah satu mahasiswa yang terlibat.

Digitalisasi Pertanian Lewat Aplikasi IPB Digitani

Selain memperkenalkan pupuk organik, mahasiswa IPB University juga menghadirkan IPB Digitani, sebuah aplikasi berbasis digital yang menjadi jembatan antara petani dan pakar pertanian. Melalui aplikasi ini, petani dapat berkonsultasi langsung terkait permasalahan di lahan mereka tanpa harus bertatap muka.

Pak Rus, yang sebelumnya lebih mengandalkan pengalaman langsung di lapangan, merasa terbantu dengan adanya aplikasi ini. “Berarti sekarang udah gak perlu ribet-ribet keliling lahan orang,” ujarnya sambil tersenyum.

IPB Digitani juga menyediakan pranala yang membantu observasi cuaca secara langsung dan prediksi untuk beberapa hari ke depan. Informasi ini sangat bermanfaat mengingat tanaman cabai sangat sensitif terhadap perubahan cuaca.

“Harapannya dengan adanya IPB Digitani dan prediksi cuaca, petani dapat lebih mudah kerjanya dan dapat membantu pengambilan keputusan,” tambah salah satu mahasiswa.

Menyelaraskan Pengetahuan dengan Kebutuhan Lapangan

Kegiatan Sawala Tani bukan hanya memperkenalkan teknologi atau teori baru, tetapi juga menjadi ruang dialog antara pengetahuan akademik dengan praktik petani. Dari interaksi yang terjalin, para mahasiswa memahami bahwa perubahan tidak selalu harus besar dan instan. Kuncinya adalah keberlanjutan dan kesesuaian dengan kondisi lokal.

Pengenalan eco-enzyme misalnya, bukan dimaksudkan untuk menggantikan sepenuhnya pupuk kimia, tetapi menjadi pendamping yang mendukung kesehatan tanah secara jangka panjang. Pendekatan ini dinilai lebih realistis bagi petani yang tetap mengutamakan hasil panen namun mulai sadar pentingnya keberlanjutan lahan.

Penutupan dengan Aksi Nyata

Kegiatan Rorompok Hejo x Sawala Tani ditutup dengan penyerahan berbagai perlengkapan pertanian kepada Pak Nanang, Ketua GAPOKTAN setempat. Bantuan tersebut meliputi EM4, mikoriza granular, molase, alat uji tanah, pH meter, serta eco-enzyme hasil praktik bersama. Momen ini menjadi penanda bahwa kegiatan tidak hanya berhenti pada teori atau sosialisasi, tetapi juga meninggalkan bekal nyata yang bisa digunakan langsung oleh para petani.

Langkah ini diharapkan dapat menjadi pemantik semangat baru dalam mengelola pertanian yang tidak hanya mengejar hasil, tetapi juga memperhatikan kelestarian tanah sebagai aset jangka panjang. Para petani di Desa Mekarsakti kini memiliki tambahan bekal pengetahuan dan alat bantu, serta keyakinan bahwa teknologi dan pengalaman dapat berjalan beriringan demi pertanian yang lebih baik.

Terkini