Investasi Mengalir ke 5 Provinsi Unggulan

Kamis, 07 Agustus 2025 | 14:24:10 WIB
Investasi Mengalir ke 5 Provinsi Unggulan

JAKARTA - Sektor hilirisasi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan pada Triwulan II tahun 2025. Kebijakan pemerintah dalam mendorong pemrosesan bahan mentah menjadi produk bernilai tambah mulai membuahkan hasil yang terlihat jelas dari peningkatan realisasi investasi, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Berbagai sektor strategis termasuk hilirisasi nikel, pertambangan, pertanian, perikanan, kehutanan, dan ekosistem baterai turut berkontribusi dalam mendorong arus investasi masuk ke dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha, baik domestik maupun internasional, semakin yakin terhadap arah kebijakan hilirisasi yang dijalankan pemerintah.

Sulawesi Tengah Pimpin Realisasi Investasi

Dari seluruh provinsi di Indonesia, Sulawesi Tengah menjadi wilayah dengan nilai realisasi investasi sektor hilirisasi tertinggi. Tercatat, provinsi ini menyerap investasi senilai Rp25,7 triliun, yang setara dengan 17,8% dari total investasi nasional di sektor tersebut.

Keberhasilan ini tidak lepas dari pengembangan industri hilirisasi nikel dan logam lain yang terus mengalami peningkatan. Proyek smelter serta kawasan industri yang memanfaatkan potensi sumber daya alam secara optimal telah menjadikan Sulawesi Tengah sebagai magnet investasi di kawasan timur Indonesia.

Industri pengolahan berbasis sumber daya mineral yang terintegrasi juga menjadi alasan utama mengapa investor menaruh kepercayaan tinggi terhadap prospek investasi di wilayah ini.

Jawa Barat Menyusul sebagai Magnet Manufaktur

Jawa Barat berhasil menempati posisi kedua dengan nilai investasi mencapai Rp15,2 triliun, menyumbang 10,5% dari total nasional. Provinsi ini sudah lama dikenal sebagai pusat industri manufaktur, dan pada periode ini tetap mempertahankan daya tariknya terutama di bidang pengolahan hasil pertanian dan industri berbasis teknologi.

Infrastruktur yang baik, tenaga kerja kompetitif, dan lokasi geografis yang strategis menjadikan Jawa Barat sebagai pilihan utama investor untuk mendirikan pabrik-pabrik pengolahan dan pusat distribusi produk hilir.

Maluku Utara Tumbuh Pesat di Hilirisasi Nikel

Maluku Utara mencatat realisasi investasi senilai Rp15 triliun, atau sekitar 10,4% dari total investasi hilirisasi. Provinsi ini menunjukkan lonjakan signifikan dalam pengembangan industri nikel, didukung oleh potensi sumber daya alam yang sangat besar.

Perkembangan kawasan industri berbasis tambang dan smelter yang terintegrasi dengan pelabuhan serta logistik membuat provinsi ini semakin siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, khususnya dalam rantai pasok mineral dan logam.

NTB Fokus pada Komoditas Tambang Bernilai Tinggi

Nusa Tenggara Barat (NTB) berada di posisi keempat dengan realisasi investasi mencapai Rp10,7 triliun atau 7,4%. Komoditas utama yang menjadi daya tarik di provinsi ini adalah tembaga dan emas. NTB dikenal memiliki cadangan mineral strategis yang dikelola dengan pendekatan ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dengan dukungan pemerintah daerah yang aktif dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif, NTB terus mengembangkan kapasitas industri hilir guna meningkatkan nilai tambah dari sektor pertambangan.

Jawa Timur Tetap Jadi Andalan Industri

Jawa Timur melengkapi daftar lima besar provinsi dengan realisasi investasi hilirisasi tertinggi, mencatat nilai sebesar Rp8,5 triliun dengan kontribusi 5,9%. Provinsi ini dikenal memiliki sektor industri yang kuat, mulai dari manufaktur ringan hingga berat, serta sektor logistik yang terintegrasi.

Dengan pelabuhan utama dan konektivitas tinggi ke berbagai wilayah, Jawa Timur terus menjadi destinasi menarik bagi investor yang ingin mengembangkan produk hilir dalam skala besar dan berorientasi ekspor.

Momentum Positif bagi Pemerataan Ekonomi

Data realisasi investasi ini menunjukkan bahwa arah kebijakan hilirisasi nasional sudah berada di jalur yang tepat. Tidak hanya memberikan nilai tambah pada komoditas mentah, hilirisasi juga menjadi motor pertumbuhan ekonomi daerah.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan P. Roeslani, menyampaikan keyakinannya bahwa hilirisasi merupakan kunci bagi transformasi ekonomi Indonesia menuju negara industri maju.

Kebijakan ini tidak hanya mengundang minat investor dari luar negeri tetapi juga mendorong pelaku usaha dalam negeri untuk turut serta berinvestasi dan meningkatkan daya saing nasional.

Dukungan Infrastruktur dan Regulasi Jadi Kunci

Keberhasilan lima provinsi tersebut tidak lepas dari dukungan infrastruktur dan kepastian regulasi yang diberikan oleh pemerintah. Pembangunan kawasan industri, ketersediaan energi, dan kepastian hukum menjadi faktor penting yang memperkuat kepercayaan investor.

Dengan adanya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta, hilirisasi dapat terus dikembangkan sebagai pendorong utama peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja di berbagai wilayah Indonesia.

Prospek Cerah Investasi Berkelanjutan

Pencapaian ini juga membuka peluang baru dalam menciptakan ekosistem investasi berkelanjutan yang mendukung prinsip ekonomi hijau dan ramah lingkungan. Hilirisasi tidak lagi sekadar aktivitas industri, tetapi juga menjadi bagian dari upaya besar dalam mendukung agenda pembangunan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

Ke depan, dengan fokus pada transformasi industri dan penguatan daya saing, sektor hilirisasi diyakini akan terus berkembang dan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia. Momentum positif ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh pemangku kepentingan untuk mempercepat pertumbuhan yang merata di seluruh wilayah Indonesia.

Terkini