Ekonom Optimistis Cadangan Devisa RI Segera Pulih Pasca Tekanan Global

Rabu, 08 Oktober 2025 | 12:03:38 WIB
Ekonom Optimistis Cadangan Devisa RI Segera Pulih Pasca Tekanan Global

JAKARTA - Cadangan devisa Indonesia pada September 2025 tercatat turun menjadi US$148,7 miliar, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar US$150,7 miliar. 

Meski penurunan tersebut memunculkan kekhawatiran di kalangan sebagian pelaku pasar, sejumlah ekonom justru menilai tekanan ini hanya bersifat sementara dan tidak mengubah fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid.

Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menegaskan bahwa berkurangnya cadangan devisa merupakan konsekuensi logis dari dinamika pasar keuangan global maupun faktor domestik. 

Namun, ia menekankan bahwa cadangan devisa Indonesia berpeluang pulih kembali dalam beberapa bulan ke depan.

“Untuk periode bulan September memang ada capital outflow yang cukup jelas, terutama di pasar surat utang negara, sebagai implikasi dari perkembangan global yang penuh ketidakpastian,” kata Myrdal.

Faktor Pendorong Penurunan

Myrdal menguraikan, pelemahan cadangan devisa pada September dipicu oleh kombinasi faktor eksternal dan internal.

Dari sisi eksternal, keluarnya dana asing (capital outflow) dari pasar surat utang negara menjadi penyumbang utama. Investor global memilih menarik dananya di tengah ketidakpastian ekonomi dunia, sehingga berdampak pada turunnya cadangan devisa nasional.

Sementara dari sisi domestik, pergantian posisi Menteri Keuangan dari Sri Mulyani ke Purbaya Yudhi Sadewa dinilai mengejutkan pasar. Perubahan tersebut sempat memicu aksi jual oleh sebagian investor yang melihat dinamika politik-ekonomi sebagai faktor tambahan risiko.

“Pelaku pasar banyak yang shock terkait dinamika pemerintahan, terutama pergantian posisi Menteri Keuangan. Ini menimbulkan shock tambahan di pasar keuangan,” jelas Myrdal.

Selain itu, keputusan Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan (BI Rate) juga ikut melemahkan minat investor asing terhadap aset berdenominasi rupiah. Dengan imbal hasil yang lebih rendah, sebagian dana asing beralih ke negara lain yang menawarkan return lebih menarik.

Di sisi lain, September juga bertepatan dengan periode pembayaran utang luar negeri pemerintah per triwulan serta kebutuhan impor rutin. Faktor ini membuat permintaan devisa meningkat tajam, sehingga turut menggerus posisi cadangan.

“Jadi wajar kalau cadangan devisa kita menurun cukup besar pada periode tersebut,” ujarnya.

Prospek Positif dalam Beberapa Bulan ke Depan

Meski sempat tertekan, Myrdal menegaskan tidak ada alasan untuk terlalu pesimistis. Menurutnya, ada sejumlah faktor fundamental yang akan menjadi penopang pemulihan cadangan devisa Indonesia.

Pertama, surplus neraca perdagangan yang konsisten. Ekspor Indonesia masih relatif kuat, didukung komoditas unggulan seperti batu bara, minyak kelapa sawit, dan produk olahan mineral. Surplus ini akan terus menyumbang aliran devisa baru.

Kedua, defisit transaksi berjalan Indonesia masih berada pada level rendah. Kondisi ini membuat ketahanan eksternal tetap terjaga, sehingga tekanan terhadap cadangan devisa tidak terlalu besar.

Ketiga, arus investasi asing langsung (FDI) diperkirakan meningkat seiring dengan berlanjutnya program hilirisasi dan pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK). Hal ini berpotensi menambah pasokan devisa dari sisi investasi jangka panjang.

“Kalau The Fed menurunkan suku bunga lagi di akhir tahun, ada kemungkinan flow modal kembali masuk ke pasar surat utang maupun pasar saham Indonesia,” jelasnya.

Efek Kebijakan Global

Selain faktor domestik, prospek cadangan devisa Indonesia juga akan sangat dipengaruhi oleh arah kebijakan moneter global. Saat ini pasar menantikan langkah The Fed yang diprediksi menurunkan kembali suku bunga acuan. 

Jika hal itu terjadi, investor global kemungkinan kembali melirik pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Menurut Myrdal, pelonggaran kebijakan moneter global akan memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat dan cadangan devisa untuk kembali bertambah. 

Dengan kombinasi arus modal masuk dan surplus perdagangan, ia memprediksi cadangan devisa Indonesia bisa menembus US$156,1 miliar pada akhir 2025.

“Cadangan devisa akan naik dan rupiah bisa menguat ke level Rp16.500 seiring dengan ekspektasi penurunan Fed Rate,” katanya.

Sentimen Pasar Berpotensi Membaik

Tren perbaikan cadangan devisa juga diyakini akan berjalan seiring dengan stabilisasi nilai tukar rupiah. Myrdal melihat sentimen investor terhadap pasar keuangan domestik akan membaik jika pemerintah konsisten menjaga kebijakan fiskal dan moneter yang prudent.

Kepastian kebijakan, terutama dalam konteks reformasi ekonomi, diyakini menjadi kunci menarik kembali aliran modal asing. Dengan begitu, tekanan terhadap cadangan devisa dapat mereda dan perekonomian nasional tetap stabil.

“Tren ke depan relatif positif, kita hanya perlu melewati periode transisi ini dengan tetap menjaga konsistensi kebijakan,” ungkap Myrdal.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, penurunan cadangan devisa pada September 2025 memang tidak bisa diabaikan, namun sifatnya lebih kepada tekanan jangka pendek. Kombinasi faktor global, kebijakan domestik, hingga kebutuhan rutin impor dan pembayaran utang menjadi penyebab utama.

Namun, dukungan fundamental ekonomi seperti surplus perdagangan, rendahnya defisit transaksi berjalan, serta potensi arus modal asing baru membuat prospeknya tetap solid.

Optimisme ekonom seperti Myrdal Gunarto menunjukkan bahwa cadangan devisa Indonesia berpeluang kembali naik dalam waktu dekat. Bahkan, proyeksi menempatkan cadangan devisa di kisaran US$156,1 miliar pada akhir tahun, dengan nilai tukar rupiah menguat ke Rp16.500 per dolar AS.

Dengan demikian, tekanan yang terjadi saat ini lebih tepat dipandang sebagai fase transisi, bukan ancaman serius. Keyakinan terhadap ketahanan ekonomi Indonesia masih terjaga, sekaligus memberi ruang bagi pasar untuk kembali menaruh kepercayaan pada perekonomian nasional.

Terkini