Bank Siap Gas Pol di Kuartal Terakhir 2025 untuk Capai Target Kinerja

Senin, 13 Oktober 2025 | 12:39:12 WIB
Bank Siap Gas Pol di Kuartal Terakhir 2025 untuk Capai Target Kinerja

JAKARTA - Memasuki kuartal terakhir tahun 2025, sektor perbankan menghadapi tantangan besar dalam mencatatkan kinerja yang lebih baik.

 Dengan melihat hasil kinerja yang masih cenderung lesu sepanjang tahun, para pelaku industri perbankan perlu berusaha keras untuk mengejar target yang sudah ditetapkan sebelum tutup buku tahun ini. 

Perubahan-perubahan dalam sektor ekonomi dan kebijakan makro semakin menuntut para bankir untuk memaksimalkan waktu yang tersisa dalam upaya meningkatkan pertumbuhan kredit yang sempat melambat di sepanjang tahun.

Salah satu indikator yang menunjukkan tantangan ini adalah pertumbuhan kredit yang tercatat hingga Agustus 2025 baru mencapai 7,56% secara tahunan (YoY). 

Pertumbuhan yang relatif rendah ini menciptakan kesan bahwa sektor perbankan mengalami kesulitan dalam mengatasi dampak pemulihan pasca-pandemi Covid-19.

 Namun, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, mengungkapkan optimisme bahwa sektor perbankan masih memiliki potensi untuk mengejar ketertinggalan ini di sisa waktu yang ada, dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang diperkirakan akan berada di kisaran 8% hingga 11%.

Menurut Juda, pada triwulan keempat, bank-bank biasanya akan mempercepat pencapaian target-target yang belum tercapai. 

Dalam upaya mengejar pertumbuhan kredit tersebut, ada beberapa faktor yang dapat dimanfaatkan oleh perbankan, salah satunya adalah penurunan suku bunga acuan yang diputuskan oleh Bank Indonesia. 

Penyesuaian suku bunga yang dilakukan bank sentral diharapkan bisa memberi dampak positif terhadap sektor-sektor yang sensitif terhadap perubahan suku bunga, seperti properti dan manufaktur.

Sebagai contoh, pada Agustus 2025, kredit properti tercatat tumbuh 4,6% secara tahunan menjadi Rp 1.458,1 triliun, meskipun sebelumnya pertumbuhannya hanya mencatatkan angka 4,3% YoY. 

Seiring dengan penurunan suku bunga acuan, sektor properti, yang sempat mengalami stagnasi, diharapkan dapat kembali bergairah. Selain itu, sektor manufaktur, jasa dunia usaha, dan pertambangan masih menjadi sektor-sektor unggulan yang menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melalui Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan, Dian Ediana Rae, memberikan penekanan agar bank-bank tetap menjaga profesionalisme dan integritasnya sebagai lembaga intermediasi yang memiliki peran vital dalam perekonomian. 

Menurutnya, meskipun tekanan untuk mengejar target di kuartal terakhir cukup besar, perbankan harus tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dan melakukan pengawasan yang ketat untuk mencegah terjadinya pemburukan kualitas aset yang dapat mengganggu stabilitas sistem perbankan di masa depan.

Dian juga mengingatkan pentingnya pengawasan risiko kredit, terutama dengan situasi ketidakpastian ekonomi yang masih terjadi, baik di level domestik maupun global. 

Oleh karena itu, bank-bank diminta untuk secara rutin melakukan stress test dan melakukan penilaian terhadap permodalan mereka. Tujuannya adalah untuk memastikan kesiapan dalam menghadapi potensi penurunan kualitas kredit akibat perubahan kondisi makro ekonomi yang terus berkembang.

Sementara itu, beberapa bank yang fokus pada sektor kredit properti, seperti BTN, masih melihat potensi untuk mencatatkan pertumbuhan dua digit.

 Corporate Secretary BTN, Ramon Armando, menjelaskan bahwa upaya untuk mengejar target tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan penyaluran KPR subsidi yang diberikan pemerintah. 

Di samping itu, pengembangan KPR non-subsidi dan percepatan pembiayaan untuk sektor komersial dan korporasi menjadi bagian dari strategi untuk meraih pertumbuhan yang lebih tinggi meskipun waktu yang tersisa hanya tiga bulan. 

Sebagai gambaran, pertumbuhan kredit BTN per Agustus 2025 tercatat baru mencapai 5,66%.

 Namun, dengan mengintegrasikan berbagai jenis pembiayaan, baik subsidi maupun non-subsidi, serta mempercepat penyaluran kredit untuk sektor-sektor terkait, BTN berharap dapat mempercepat pencapaian target yang ditetapkan pada akhir tahun ini.

Di tengah upaya untuk meningkatkan kinerja, Bank Mandiri menjadi salah satu bank besar yang sudah berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit dua digit, dengan angka 10,74% YoY per Agustus 2025.

 Direktur Keuangan Bank Mandiri, Novita W. Anggraini, menyebutkan bahwa pencapaian ini menunjukkan keberhasilan strategi ekspansi yang diterapkan, namun tetap mengutamakan manajemen risiko yang prudent. 

Penerapan prinsip kehati-hatian ini tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) yang tetap terjaga pada level 1,08%.

Novita menambahkan bahwa meskipun telah tercatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi, pihaknya tetap menjaga kualitas aset dan mengontrol beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang turun 25,6% YoY menjadi Rp 4,5 triliun. 

Dengan strategi yang mengedepankan keseimbangan antara ekspansi kredit dan pengelolaan likuiditas yang hati-hati, Bank Mandiri yakin dapat mempertahankan pertumbuhan laba yang sehat dan berkelanjutan hingga akhir tahun.

Dengan segala upaya dan strategi yang diterapkan, sektor perbankan kini dihadapkan pada bulan-bulan terakhir yang menentukan. 

Keberhasilan mereka untuk mencapai target pertumbuhan kredit yang telah ditetapkan akan sangat bergantung pada kemampuan untuk mengoptimalkan potensi yang ada, mengelola risiko dengan bijak, serta menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerja mereka. 

Dalam waktu yang terbatas ini, perbankan perlu memastikan bahwa mereka dapat mempercepat laju pertumbuhan kredit untuk mencatatkan hasil yang positif di penghujung tahun 2025.

Terkini