JAKARTA - Beban tas sekolah sering kali dianggap sepele, padahal jika terlalu berat dapat berdampak serius pada kesehatan anak. Banyak orang tua baru menyadari setelah anak mulai mengeluh nyeri punggung, bahu, atau terlihat membungkuk saat berjalan.
Padahal, penelitian menunjukkan bahwa berat tas yang berlebihan bisa menimbulkan risiko jangka panjang terhadap postur dan pertumbuhan anak.
Sebuah studi terbaru dari Universitas Granada, Spanyol, menegaskan pentingnya menjaga proporsi berat tas dengan berat badan anak. Peneliti menemukan bahwa batas aman tas punggung tidak boleh melebihi 10 persen dari berat tubuh anak, sementara untuk tas troli, batasnya kurang dari 20 persen.
Rekomendasi Ilmiah dari Universitas Granada
Penelitian ini melibatkan 49 anak sekolah dasar dan menganalisis seberapa besar beban yang dapat mereka bawa dengan aman setiap hari.
Berdasarkan hasilnya, peneliti Eva Orantes González, PhD, menjelaskan bahwa penentuan batas berat tas sangat penting untuk menjaga kesehatan fisik anak di masa pertumbuhan.
“Misalnya, jika seorang anak memiliki berat badan 50 kilogram, maka berat maksimal tas punggungnya sebaiknya tidak lebih dari 5 kilogram. Sedangkan untuk tas troli, tidak melebihi 10 kilogram,” jelas González seperti dikutip dari Healthline.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa banyak orang tua belum memahami betapa besar dampak negatif tas berat terhadap tubuh anak.
Mereka sering kali menganggap anak masih kuat membawa banyak buku dan perlengkapan sekolah setiap hari, padahal kebiasaan ini bisa berakibat buruk jika berlangsung lama.
Risiko Kesehatan dari Tas Sekolah yang Berat
Menurut Dr. Bradley Weinberger, dokter anak dari Cleveland Clinic, beban berlebih di tas punggung dapat memicu nyeri leher dan punggung, bahkan memengaruhi postur tubuh anak.
Ia menjelaskan bahwa beban berat memaksa anak mencondongkan tubuh ke depan untuk menyeimbangkan posisi, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan kelengkungan tulang belakang.
Selain itu, tekanan dari tali tas di bahu juga bisa menimbulkan rasa sakit dan gangguan sirkulasi darah. Dalam beberapa kasus, anak bahkan mengalami kesulitan menjaga keseimbangan saat berjalan, yang meningkatkan risiko terjatuh.
Hal serupa diungkapkan oleh Dr. Dina Kulik, pendiri Kidcrew Pediatrics, yang menegaskan bahwa efek dari membawa tas terlalu berat tidak hanya bersifat sementara. “Nyeri otot, bahu, serta postur tubuh yang membungkuk adalah dampak umum dari kebiasaan membawa tas berlebihan setiap hari,” ujarnya.
Tren Penggunaan Tas Troli di Sekolah
Di sejumlah negara, seperti Spanyol, para orang tua mulai beralih ke tas troli sebagai solusi. Sekitar 40 persen anak sekolah di sana kini menggunakan tas beroda, karena dinilai lebih ringan dan tidak cepat menyebabkan kelelahan.
Menurut González, anak-anak yang menggunakan tas troli cenderung merasa lebih nyaman dan jarang mengeluh nyeri punggung. “Pengguna tas troli biasanya tidak mengalami ketegangan otot seperti pada anak yang memakai tas punggung,” katanya.
Dr. Kulik juga menilai tas troli memiliki banyak keunggulan. Dengan beban yang ditarik, bukan dipanggul, tekanan pada bahu dan tulang belakang anak dapat berkurang secara signifikan. Namun, penggunaan tas troli bukan tanpa tantangan.
Pro dan Kontra Penggunaan Tas Troli
Meski lebih praktis, tidak semua orang tua mendukung penggunaan tas troli. Taylor Lyn Hanberry, seorang ibu dua anak asal Amerika Serikat, mengaku enggan membiarkan anaknya membawa tas beroda karena alasan sosial.
“Saat saya bersekolah dulu, anak-anak yang menggunakan tas troli sering menjadi sasaran perundungan. Saya tidak ingin anak saya mengalami hal yang sama,” ungkap Hanberry.
Selain faktor sosial, cuaca dan kondisi jalan juga menjadi kendala. Jalanan yang tidak rata atau licin saat hujan dapat membuat anak kesulitan menarik tas. Karena itu, sebagian orang tua tetap memilih tas punggung, asalkan digunakan dengan cara yang benar.
Tips Memilih dan Mengatur Tas Sekolah Anak
Bagi anak yang tetap menggunakan tas punggung, para ahli menyarankan beberapa langkah untuk meminimalkan risiko cedera:
Pilih tas yang ringan dan bertali empuk.
Tali bahu yang lebar dan empuk membantu mendistribusikan beban secara merata, sehingga tidak menekan satu sisi tubuh.
Gunakan kedua tali bahu.
Membawa tas dengan satu tali membuat berat tidak seimbang dan bisa menyebabkan bahu miring atau postur membungkuk.
Batasi isi tas.
Anak hanya perlu membawa barang-barang penting. Buku atau perlengkapan lain yang tidak digunakan setiap hari sebaiknya disimpan di loker sekolah.
Gunakan bahan belajar digital.
Pemanfaatan tablet atau perangkat elektronik dapat membantu mengurangi jumlah buku fisik yang harus dibawa.
Rutin bersihkan isi tas.
Weinberger menekankan pentingnya kebiasaan sederhana seperti memeriksa isi tas setiap akhir pekan. “Barang-barang bisa menumpuk tanpa disadari, jadi kami selalu membersihkan isi tas setiap akhir pekan,” ujar Hanberry.
Mencegah Sejak Dini Lebih Baik
Kebiasaan membawa tas berat mungkin tampak sepele, tetapi dampaknya bisa terasa hingga dewasa. Dokter anak merekomendasikan agar orang tua lebih memperhatikan postur anak setiap kali mengenakan tas.
Bila anak tampak membungkuk atau mengeluh nyeri di punggung, segera kurangi beban tas dan konsultasikan ke dokter.
Dengan langkah sederhana seperti memilih tas yang sesuai, mengatur isi dengan bijak, dan menjaga beratnya agar tidak melebihi 10 persen dari berat badan, orang tua dapat membantu menjaga kesehatan tulang belakang anak di masa tumbuh kembangnya.
Karena pada akhirnya, tas sekolah bukan sekadar wadah untuk membawa perlengkapan belajar, tetapi juga tanggung jawab bersama agar anak tetap sehat, nyaman, dan siap belajar setiap hari.