IHSG Melemah Usai Reli Panjang, Investor Pilih Amankan Cuan

Rabu, 15 Oktober 2025 | 10:09:51 WIB
IHSG Melemah Usai Reli Panjang, Investor Pilih Amankan Cuan

JAKARTA - Setelah bergerak menguat dalam beberapa pekan terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya tak mampu mempertahankan momentumnya

 Pada penutupan perdagangan Selasa 14 Oktober, IHSG jatuh cukup dalam hingga 1,95% ke posisi 8.066,52, atau turun 160,67 poin dari perdagangan sebelumnya. Koreksi ini menjadi sinyal bahwa pasar tengah memasuki fase konsolidasi setelah reli panjang sejak awal kuartal keempat 2025.

Pelemahan indeks sebenarnya sudah terlihat sejak awal sesi perdagangan. Sekitar pukul 10.22 WIB, IHSG melemah 0,39% ke level 8.194,77. Tekanan jual makin besar pada sesi kedua, membuat indeks sempat menyentuh level 7.974,03 atau anjlok hampir 3%. 

Sepanjang perdagangan, sebanyak 583 saham melemah, 138 saham menguat, dan 84 lainnya stagnan dengan nilai transaksi mencapai Rp 32,01 triliun.

Tekanan Jual dari Asing dan Sentimen Global

Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai pelemahan IHSG disebabkan kombinasi antara faktor domestik dan eksternal. Dari sisi dalam negeri, kekhawatiran terhadap defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai menekan kepercayaan pasar.

Sementara dari luar negeri, meningkatnya ketegangan geopolitik serta arah kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS) usai rilis data inflasi dan wacana tarif impor baru menambah tekanan pada bursa saham global. Sentimen tersebut membuat banyak investor cenderung mengambil posisi aman.

“Dari global, risk-off sentiment makin kuat gara-gara tensi geopolitik dan kekhawatiran arah ekonomi AS pasca data inflasi dan wacana tarif impor baru. Jadi banyak investor ambil posisi aman dulu, terutama asing yang mulai net sell lagi,” ujar Wafi.

Aksi jual bersih investor asing tercatat terus berlanjut selama dua pekan terakhir. Kondisi ini menunjukkan pelaku pasar global sedang melakukan reposisi portofolio ke aset yang lebih aman seperti obligasi pemerintah atau emas.

Koreksi Diprediksi Bersifat Sementara

Meski IHSG turun cukup dalam, Wafi menilai pelemahan ini tidak akan berlangsung lama. Ia memperkirakan indeks akan menemukan titik support kuat di kisaran 7.900–7.950 sebelum berpeluang kembali menguat.

“Koreksi bisa lanjut beberapa hari ke depan sampai market nemuin support kuat di kisaran 7.900–7.950. Setelah itu, rebound bisa aja muncul lagi, apalagi kalau ada kabar positif dari The Fed atau data makro RI yang nunjukin perbaikan. Intinya, koreksi ini lebih ke momen konsolidasi setelah reli panjang, jadi bukan sinyal tren bearish permanen,” jelasnya.

Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat, dengan beberapa indikator seperti inflasi terkendali dan nilai tukar rupiah relatif stabil. Hal ini memberi ruang bagi IHSG untuk kembali pulih setelah tekanan jangka pendek mereda.

Aksi Profit Taking di Level Tertinggi

Senada, Pengamat Pasar Modal Indonesia, Reydi Octa, menyebut penurunan tajam IHSG kali ini disebabkan faktor teknikal berupa aksi ambil untung (profit taking). Setelah mencatat level tertinggi sepanjang masa, banyak investor memilih merealisasikan keuntungan yang sudah diperoleh.

“Faktor teknikal mempengaruhi keputusan investor dalam aksi profit taking karena IHSG sedang berada di zona tertinggi sepanjang masa. Selain itu net sell asing masih membayangi IHSG dua minggu belakangan ini, ditambah hari ini saham konglo juga ikut memberatkan IHSG, sehingga hari ini tidak ada yang menopang penurunan kuat di IHSG,” jelas Reydi.

Menurutnya, tekanan jual tidak hanya berasal dari investor domestik, tetapi juga dari pergerakan bursa global yang mayoritas melemah. Kondisi pasar Asia yang serentak terkoreksi memperkuat tekanan pada indeks di dalam negeri.

Bursa Asia Ikut Lesu

Koreksi IHSG juga sejalan dengan tren negatif yang terjadi di bursa Asia. Indeks Nikkei 225 di Jepang turun 2,82% ke level 46.731,10. 

Sementara Hang Seng Index di Hong Kong melemah 1,73% ke level 25.441,34, dan Shanghai Composite Index di China turun 0,62% ke posisi 3.865,22. Adapun Straits Times Index Singapura tercatat melemah 0,80% ke level 4.354,52.

Reydi menjelaskan, tekanan di pasar regional disebabkan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap potensi perang dagang antara AS dan China yang kembali mencuat. Faktor ini membuat sebagian besar investor global menahan diri dari pasar saham berisiko tinggi.

“Tekanan terjadi di bursa Asia imbas kekhawatiran investor terhadap perang dagang Amerika Serikat dan China. Hal ini juga berdampak ke IHSG,” ujarnya.

Defisit APBN Jadi Sentimen Tambahan

Selain faktor eksternal, sentimen domestik juga ikut memperburuk suasana pasar. Isu defisit APBN yang meningkat menimbulkan kekhawatiran investor bahwa pemerintah akan menerbitkan surat utang lebih agresif dengan imbal hasil tinggi.

“Defisit APBN bisa jadi pemberat indeks hari ini karena bisa menurunkan minat investor untuk memilih aset saham, melainkan menunggu surat utang pemerintah yang akan agresif diterbitkan oleh pemerintah dengan yield yang masih cukup tinggi. Walau begitu, menurut saya, koreksi seperti ini cukup wajar setelah IHSG reli panjang,” tambah Reydi.

Koreksi Wajar, Momentum Rebound Terbuka

Meski IHSG terperosok, baik Wafi maupun Reydi menegaskan bahwa kondisi ini masih tergolong sehat secara teknikal. Pasar hanya memasuki fase jeda setelah reli panjang, bukan tanda pembalikan tren jangka panjang.

Dengan dukungan data ekonomi domestik yang stabil dan potensi kabar positif dari The Federal Reserve, peluang pemulihan indeks diperkirakan akan terbuka dalam waktu dekat.

Pasar diharapkan kembali bergerak stabil setelah tekanan jual mereda dan investor mulai kembali ke aset berisiko. Untuk sementara, para pelaku pasar disarankan tetap berhati-hati sembari menunggu arah pasar global dan kebijakan moneter selanjutnya.

Terkini