Dana Rp 200 Triliun Dorong Ekonomi, Purbaya Klaim Permintaan Tumbuh

Rabu, 15 Oktober 2025 | 10:09:52 WIB
Dana Rp 200 Triliun Dorong Ekonomi, Purbaya Klaim Permintaan Tumbuh

JAKARTA - Kebijakan pemerintah menempatkan dana Rp 200 triliun di Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dinilai mulai membuahkan hasil nyata.

 Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyebut langkah tersebut berperan penting dalam menjaga likuiditas dan mendorong kembali pertumbuhan permintaan domestik yang sempat melemah beberapa bulan terakhir.

Menurut Purbaya, efek penempatan dana itu kini mulai dirasakan dari meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat, termasuk sektor ritel, konsumsi, hingga industri manufaktur yang kembali menunjukkan ekspansi. 

Ia menilai kebijakan itu terbukti efektif menggerakkan roda perekonomian di tengah situasi global yang masih tidak menentu.

“Orang kan sangsi apa bisa menimbulkan demand? Kelihatannya strategi betul, demand-nya mulai tumbuh lagi. Jadi perilaku ekonomi kita sesuai dengan buku-buku teori ekonomi itu. Kalau dikasih uang cukup, akan tumbuh demand-nya,” kata Purbaya dalam konferensi pers APBN Kita di Jakarta Pusat.

Penjualan Ritel Tumbuh Positif

Salah satu indikator yang menunjukkan hasil dari kebijakan penempatan dana jumbo itu adalah peningkatan penjualan ritel. Purbaya mengungkapkan, penjualan ritel yang sempat lesu kini kembali menguat dengan pertumbuhan 5,8% pada September 2025. 

Angka tersebut menjadi yang tertinggi dalam enam bulan terakhir.

“Tren penjualan ritel yang katanya lesu-lesu-lesu. Ini tadinya Agustus turun, September gonjang-ganjing turun sedikit awal bulan, sekarang tumbuhnya 5,8%. Jadi tertinggi dalam satu setengah tahun terakhir, enam bulan dan setahun ini juga paling tinggi,” ujarnya.

Selain itu, proporsi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi tercatat meningkat hingga 75,1%. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat mulai pulih setelah sempat tertahan akibat tekanan inflasi dan suku bunga tinggi pada awal tahun.

Likuiditas Terjaga, Kredit Mengalir

Purbaya menegaskan penempatan dana Rp 200 triliun ke Himbara bukan sekadar menjaga stabilitas sistem keuangan, melainkan juga memperkuat fungsi intermediasi perbankan. 

Hingga akhir September 2025, sekitar Rp 112 triliun dari total dana tersebut telah disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit produktif.

“Artinya, lebih dari separuh dana yang ditempatkan sudah bekerja untuk menopang konsumsi, investasi, dan pertumbuhan ekonomi nasional. Inisiatif ini bukan hanya soal likuiditas, tapi soal penciptaan multiplier effect, menurunkan cost of fund, mendorong pembiayaan sektor riil, dan menjaga momentum pemulihan,” tambahnya.

Dengan meningkatnya pasokan dana murah, tingkat suku bunga perbankan pun menurun. Kondisi ini diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit yang lebih agresif ke sektor produktif, seperti UMKM, properti, serta industri manufaktur.

PMI Manufaktur Masih di Zona Ekspansi

Selain sektor konsumsi, sektor manufaktur juga mencatatkan perbaikan. Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada September 2025 berada di level 50,4 atau masih dalam zona ekspansi, meski sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya. 

Purbaya optimistis kondisi ini akan terus membaik seiring peningkatan permintaan domestik.

“PMI Manufaktur Indonesia masih positif. Walaupun masih turun, saya yakin nanti kalau manufacturing agak delay. Lihat dulu demand-nya naik apa nggak. Begitu naik, nanti PMI ke depan akan naik. Suplai pun akan mengikuti demand,” jelasnya.

Menurut dia, sektor industri biasanya merespons dengan jeda waktu lebih lama dibanding konsumsi. Namun, dengan adanya dorongan permintaan baru, aktivitas produksi diperkirakan segera meningkat dalam beberapa bulan mendatang.

Rincian Penempatan Dana di Lima Bank

Pemerintah sebelumnya telah menyalurkan dana sebesar Rp 200 triliun ke empat bank Himbara dan satu bank syariah untuk memperkuat pembiayaan nasional. Penetapan alokasi tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 276 Tahun 2025.

Rinciannya, BRI menerima alokasi Rp 55 triliun, BNI Rp 55 triliun, Bank Mandiri Rp 55 triliun, BTN Rp 25 triliun, dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Rp 10 triliun. Dana tersebut telah ditransfer ke rekening masing-masing bank untuk selanjutnya disalurkan dalam bentuk kredit produktif kepada masyarakat.

“Ini sudah diputuskan dan siang ini sudah disalurkan ya. Ini kita kirim ke lima bank, Mandiri, BRI, BTN, BNI, BSI. Jadi saya pastikan dana yang harus dikirim masuk ke sistem perbankan hari ini. Pasti pelan-pelan akan ke kredit, sehingga ekonominya bisa bergerak,” tutur Purbaya dalam keterangannya.

Dampak Nyata ke Ekonomi Domestik

Secara keseluruhan, pemerintah menilai strategi penempatan dana di perbankan berhasil menjaga ketahanan ekonomi nasional di tengah tekanan global. Likuiditas yang terjaga mampu memperlancar pembiayaan dan menstimulasi kegiatan usaha.

Purbaya menyebutkan bahwa sinyal pemulihan ini menjadi bukti bahwa kebijakan fiskal dan moneter yang dijalankan pemerintah berada di jalur yang tepat. Ia berharap tren positif konsumsi dan kredit akan terus berlanjut hingga akhir tahun.

Dengan berbagai indikator yang menunjukkan perbaikan, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal keempat 2025 akan lebih kuat. 

Purbaya menegaskan bahwa koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter akan terus diperkuat untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi Indonesia.

Terkini