WHO Waspadai Sirup Batuk India Terkontaminasi Picu Kematian

Rabu, 15 Oktober 2025 | 15:56:28 WIB
WHO Waspadai Sirup Batuk India Terkontaminasi Picu Kematian

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan serius terkait sirup obat batuk asal India yang terkontaminasi, setelah dilaporkan menimbulkan kematian pada anak-anak. 

Peringatan ini dikeluarkan pada Senin 13 Oktober 2025 dan menyasar tiga produk tertentu, yaitu ColdRif dari Sresan Pharmaceutical, Respifresh TR dari Rednex Pharmaceuticals, dan ReLife dari Shape Pharma.

WHO menegaskan, obat-obatan yang terkontaminasi tersebut menimbulkan risiko signifikan dan dapat menyebabkan penyakit berat yang mengancam jiwa, terutama pada anak-anak. Badan kesehatan dunia mendesak otoritas di berbagai negara untuk melaporkan jika menemukan obat-obatan serupa di pasar mereka.

Kronologi Kasus dan Dampak pada Anak-Anak

Otoritas kesehatan India, Central Drugs Standard Control Organization (CDSCO), menyebut bahwa sirup terkontaminasi ini dikonsumsi oleh anak-anak di bawah lima tahun. 

Korban meninggal dunia tercatat di distrik Chhindwara, India, memicu kekhawatiran luas tentang keamanan obat batuk di wilayah tersebut. Pemeriksaan laboratorium menemukan kandungan dietilen glikol yang beracun hampir 500 kali lipat dari batas aman. 

Dietilen glikol diketahui bersifat sangat berbahaya, dapat menyebabkan gagal ginjal, kerusakan saraf, hingga kematian. CDSCO menegaskan bahwa sirup batuk terkontaminasi ini tidak diekspor dan tidak ada indikasi distribusi ilegal ke luar negeri. 

Bahkan, Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat menyatakan obat beracun ini tidak dikirim ke AS, sehingga risiko global dianggap terbatas.

Risiko Kesehatan dan Peringatan WHO

WHO menyatakan bahwa sirup batuk terkontaminasi berpotensi menimbulkan keracunan akut, terutama pada anak-anak yang sistem tubuhnya masih rentan. 

Gejala bisa muncul dalam bentuk muntah, nyeri perut, kesulitan bernapas, hingga gagal organ, tergantung jumlah konsumsi dan kondisi kesehatan masing-masing pasien.

Badan kesehatan dunia juga menekankan pentingnya pengawasan ketat terhadap produksi obat-obatan di seluruh dunia, agar kasus serupa tidak terulang. WHO mendorong negara-negara anggota untuk memastikan setiap produk farmasi diperiksa sebelum dipasarkan, terutama obat anak-anak.

Sistem Pengawasan dan Penarikan Obat

CDSCO telah memerintahkan penarikan batch obat batuk yang terdampak dari pasaran domestik. Selain itu, otoritas India meminta rumah sakit, klinik, dan apotek untuk melaporkan setiap penggunaan sirup terkait.

Langkah ini dianggap krusial karena dietilen glikol tidak terdeteksi dengan mudah oleh konsumen, sehingga pemakaian jangka pendek saja sudah bisa menimbulkan efek fatal. 

WHO mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi obat batuk yang tidak jelas sumbernya, terutama bagi anak-anak di bawah usia lima tahun.

Konteks Isu Obat Batuk Beracun di India

Kasus ini bukan pertama kali terjadi di India. Sebelumnya, beberapa insiden serupa telah dilaporkan di mana obat batuk atau sirup farmasi terkontaminasi bahan kimia beracun. Insiden sebelumnya menimbulkan kematian massal dan memicu investigasi nasional maupun internasional.

Kondisi ini menyoroti tantangan pengawasan kualitas obat di beberapa pabrik farmasi, sekaligus pentingnya regulasi yang ketat untuk melindungi konsumen, khususnya kelompok rentan seperti anak-anak.

Langkah Pencegahan bagi Orang Tua

WHO menyarankan beberapa langkah preventif bagi orang tua dan pengasuh:

Hindari membeli obat batuk dari sumber tidak resmi atau tanpa kemasan resmi.

Periksa label dan izin edar pada kemasan obat, pastikan terdaftar di badan regulasi nasional.

Pantau gejala anak setelah konsumsi obat, segera bawa ke fasilitas kesehatan jika muncul tanda-tanda keracunan.

Konsultasikan pada dokter sebelum memberikan obat batuk kepada anak, terutama di bawah usia lima tahun.

Langkah-langkah ini dianggap penting untuk mencegah risiko kematian akibat kontaminasi obat, serta membangun kesadaran tentang pentingnya kualitas obat di kalangan masyarakat.

Kasus sirup batuk terkontaminasi di India menjadi peringatan global mengenai keamanan obat-obatan, terutama bagi anak-anak. WHO menegaskan, produk farmasi yang terkontaminasi dapat mengakibatkan kematian dan penyakit serius, sehingga pengawasan dan pelaporan menjadi kunci utama.

Masyarakat diingatkan untuk tidak menggunakan obat dari sumber tidak jelas dan selalu memastikan bahwa obat memiliki izin edar resmi. Di sisi lain, pemerintah dan otoritas kesehatan wajib memastikan kontrol kualitas produksi farmasi, agar kasus fatal serupa tidak terjadi di masa mendatang.

Dengan langkah pengawasan yang tepat dan kesadaran masyarakat, risiko akibat obat terkontaminasi dapat ditekan, sekaligus menjaga kesehatan anak-anak yang merupakan kelompok paling rentan terhadap keracunan.

Terkini