JAKARTA - PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mengambil langkah strategis dengan melepas kepemilikan sahamnya di bisnis infrastruktur maritim, senilai Rp 20 miliar. Penjualan ini menandai pergeseran fokus perusahaan menuju bisnis konstruksi sebagai inti usaha.
Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (21/10/2025), ACST menjual seluruh saham miliknya di PT Dredging International Indonesia (DII) kepada PT Eka Jaya Kridatama (EJK).
Langkah ini dianggap sebagai strategi konsolidasi agar perusahaan lebih fokus pada lini bisnis utama yang selama ini menjadi tulang punggung pendapatan.
Profil Bisnis yang Dijual
DII dikenal sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pengerukan dan reklamasi lahan, berkontribusi pada pengembangan infrastruktur maritim, pelabuhan, dan pembangunan wilayah baru.
Sementara itu, EJK merupakan perusahaan jasa konstruksi berbasis di Jakarta Pusat, yang memiliki kompetensi di bidang pelaksanaan proyek sipil dan maritim.
Menurut Kadek Ratih Paramita Absari, Corporate Secretary ACST, perusahaan telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat (conditional sale and purchase agreement) pada 20 Oktober 2025 bersama EJK dan DEME Singapore Pte Ltd.
DEME sebelumnya dikenal dengan nama Dredging International Asia Pacific Pte Ltd dan merupakan perusahaan berbasis di Singapura.
“Perjanjian ini mencakup penjualan seluruh 400 lembar saham Seri A milik ACST di DII, setara dengan kepemilikan 23,53%, yang nantinya akan dikonversi menjadi saham Seri B dengan nilai transaksi Rp 20 miliar kepada EJK,” ujar Kadek dalam keterbukaan informasi.
Transaksi ini dijadwalkan selesai paling lambat 22 Oktober 2025, atau sesuai waktu lain yang disepakati para pihak.
Fokus ke Bisnis Inti: Konstruksi
Kadek menegaskan, tujuan dari penjualan ini adalah untuk memfokuskan kegiatan ACST pada sektor konstruksi sebagai core business perusahaan.
Dengan langkah ini, ACST diharapkan bisa memperkuat portofolio proyek konstruksi, meningkatkan efisiensi operasional, dan memaksimalkan kinerja finansial.
“Transaksi ini bukan merupakan transaksi material maupun transaksi afiliasi. Selain itu, langkah ini tidak berdampak signifikan terhadap kegiatan operasional, hukum, maupun kondisi keuangan ACST saat ini,” tambah Kadek.
Langkah ini menunjukkan bahwa ACST lebih memilih untuk mengonsolidasikan sumber daya dan fokus ke proyek konstruksi, dibandingkan membagi perhatian antara konstruksi dan infrastruktur maritim.
Strategi semacam ini dianggap relevan, mengingat kompleksitas proyek maritim yang membutuhkan modal besar dan risiko operasional tinggi.
Konteks Strategi Korporasi
Penjualan DII juga sejalan dengan tren di sektor konstruksi Indonesia, di mana perusahaan fokus memperkuat lini bisnis inti untuk menghadapi kompetisi pasar yang ketat.
Dengan memusatkan perhatian pada konstruksi, ACST dapat lebih meningkatkan efisiensi, mempercepat siklus proyek, dan mengoptimalkan pemanfaatan aset serta SDM.
Selain itu, kepemilikan saham di perusahaan maritim yang dijual sebelumnya hanya 23,53%, sehingga likuidasi ini memungkinkan perusahaan mendapatkan modal tambahan Rp 20 miliar untuk memperkuat posisi keuangan dan mendukung proyek konstruksi yang sedang berjalan maupun pipeline proyek baru.
Bagi EJK, akuisisi saham DII menambah kapasitas dan portofolio di sektor maritim, sekaligus memperluas jaringan bisnis dengan perusahaan multinasional seperti DEME Singapore.
Hal ini diharapkan dapat memperkuat kompetensi mereka dalam pengerukan, reklamasi, dan pembangunan infrastruktur laut.
Dampak Terhadap Pasar dan Investor
Dari sisi investor, penjualan ini dinilai sebagai langkah yang strategis dan terukur, karena ACST tetap menjaga fokus pada sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan perusahaan.
Dengan memusatkan sumber daya pada konstruksi, ACST berpotensi meningkatkan margin keuntungan dan mempercepat realisasi proyek.
Pasar juga mencermati bahwa penjualan ini tidak memengaruhi arus kas secara signifikan, sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran terhadap kinerja finansial jangka pendek.
Sebaliknya, transaksi ini memberikan fleksibilitas bagi ACST untuk melakukan investasi baru atau ekspansi proyek konstruksi yang lebih menguntungkan.
Prospek Bisnis Konstruksi ACST
Seiring dengan fokus pada bisnis inti, ACST berpotensi meningkatkan portofolio proyek konstruksi baik di sektor infrastruktur, gedung, maupun sipil.
Dengan pengalaman panjang di proyek skala besar, perusahaan diyakini mampu menghadapi tantangan kompetitif, serta mengoptimalkan sumber daya manusia dan peralatan konstruksi.
Langkah strategis ini juga memperkuat posisi ACST sebagai salah satu perusahaan konstruksi terkemuka di Indonesia, yang memiliki fleksibilitas untuk menyesuaikan strategi bisnis sesuai dinamika pasar.
Kesimpulan
Dengan melepas saham di DII senilai Rp 20 miliar, ACST menegaskan komitmen untuk fokus pada konstruksi sebagai bisnis inti.
Transaksi ini tidak hanya memberikan modal tambahan, tetapi juga memperkuat strategi jangka panjang perusahaan dalam meningkatkan efisiensi operasional dan memaksimalkan portofolio proyek.
Sementara itu, bagi EJK dan DEME Singapore, akuisisi saham DII membuka peluang untuk memperluas kapasitas operasional maritim, menjadikan langkah ini saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.