Indonesia Berupaya Mencapai Kemandirian Energi di Tengah Ketergantungan Impor Minyak dan Gas

Rabu, 26 Februari 2025 | 21:34:42 WIB
Indonesia Berupaya Mencapai Kemandirian Energi di Tengah Ketergantungan Impor Minyak dan Gas

JAKARTA - Indonesia menghadapi tantangan besar terkait ketergantungan impor minyak dan gas yang dapat berdampak serius pada stabilitas ekonomi negara. Dengan kebutuhan minyak harian mencapai 1,6 juta barel, produksi dalam negeri hanya mampu memenuhi 600 ribu barel, membuat Indonesia harus mengimpor sekitar 1 juta barel setiap hari. Kondisi serupa terjadi pada gas, di mana dari kebutuhan 8 juta ton elpiji per tahun, hanya 1,6 juta ton yang diproduksi di dalam negeri. Ini berarti lebih dari 80% kebutuhan elpiji harus dipenuhi melalui impor.

Ancaman dari Ketergantungan Impor

Ketergantungan ini menempatkan Indonesia pada posisi yang rentan terhadap gejolak internasional. Ancaman krisis global atau konflik bersenjata yang mengganggu jalur suplai bisa membuat Indonesia menghadapi krisis energi dalam hitungan minggu. "Cadangan minyak kita cukup untuk 21 hari. Situasi ini sangat berbahaya jika terjadi gangguan impor," kata seorang pejabat kementerian energi.

Selain itu, ketergantungan ini membuat harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri sulit dikendalikan. Ketika harga minyak dunia naik, harga BBM non-subsidi dan subsidi di Indonesia bisa melonjak, berbeda dari negara-negara yang mandiri secara energi, yang bisa lebih bebas menentukan harga tanpa harus khawatir dengan fluktuasi global.

Komitmen Presiden Prabowo Menuju Kemandirian Energi

Presiden Prabowo Subianto telah menyatakan tekadnya untuk mewujudkan kemandirian energi dalam tiga tahun masa pemerintahannya. "Indonesia harus mandiri di bidang energi," tegas Presiden Prabowo, menambahkan bahwa kemandirian berarti tidak lagi tergantung pada impor.

Untuk mencapai tujuan ini, ada tiga langkah strategis yang direncanakan pemerintah :

1. Meningkatkan Produksi Migas : Meski saat ini lifting minyak rata-rata hanya 600 ribu barel per hari, Indonesia memiliki potensi yang besar. Terdapat 301 Wilayah Kerja (WK) migas yang aktif melakukan eksplorasi. Sejarah mencatat, pada tahun 1977, Indonesia mampu mencapai lifting 1,6 juta barel per hari. "Pemerintah menargetkan untuk meningkatkan lifting hingga 1 juta barel per hari pada 2030," ujar seorang pejabat dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

2. Meningkatkan Penggunaan Bioenergi : Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan bioenergi. Pemerintah berencana memaksimalkan penggunaan minyak sawit sebagai bahan bakar daripada terus terlibat dalam perdebatan soal lingkungan dengan Uni Eropa. "Bioenergi adalah masa depan energi kita," ujar seorang ahli energi terbarukan.

3. Mengurangi Konsumsi Migas : Tren peningkatan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia menjadi peluang yang harus dioptimalisasi. Pemerintah berencana melanjutkan kebijakan relaksasi pajak untuk kendaraan listrik, sambil mendorong inovasi di kalangan produsen. "Kami ingin melihat lebih banyak kendaraan listrik di jalan-jalan kita dalam waktu dekat," kata seorang pejabat dari Kementerian Perindustrian.

Menuju Masa Depan Energi yang Lebih Berdaulat

Untuk mempercepat kemandirian energi, pemerintah menegaskan perlunya sinergi dari semua sektor. Upaya ini tidak hanya untuk menjaga stabilitas ekonomi tetapi juga untuk menjamin bahwa Indonesia bisa berdaulat secara energi, tidak terpengaruh oleh perubahan global yang tak terduga.

Kemandirian energi akan menjadi fondasi penting bagi Indonesia, tidak hanya untuk memastikan keberlanjutan pasokan energi tetapi juga untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil. Dengan langkah-langkah strategis yang sudah direncanakan, Indonesia optimis bisa lepas dari ketergantungan impor dan menjadi negara yang mandiri secara energi.

Pemerintah berharap, dengan memanfaatkan sepenuhnya potensi yang dimiliki, baik dari peningkatan produksi migas, pengembangan bioenergi, hingga pengurangan konsumsi, kemandirian energi bukan lagi sekadar impian. Mengingat pentingnya isu ini, implementasi strategi-strategi ini diharapkan bisa berjalan sinergis dan efektif demi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Terkini