JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) tengah mempercepat perbaikan fasilitas smelter di Gresik, Jawa Timur, yang mengalami kebakaran. Untuk memastikan proses perbaikan berjalan efektif dan efisien, PTFI mengimpor peralatan dan komponen kritikal dari luar negeri menggunakan pesawat kargo besar seperti Antonov AN-124 dan Boeing 747. Pengiriman ini melalui Bandara Juanda, Surabaya, sebelum melanjutkan perjalanan darat ke Gresik.
Latar Belakang Kebakaran dan Tindakan Awal
Kebakaran yang terjadi di fasilitas smelter PTFI pada 18 Oktober 2024 menyebabkan kerusakan signifikan. Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menjelaskan bahwa setelah kejadian tersebut, pihaknya segera melakukan pembongkaran fasilitas untuk menilai bagian mana saja yang rusak parah dan perlu diganti atau masih bisa diperbaiki. Proses pembongkaran ini melibatkan sekitar 2.000 tenaga kerja konstruksi dan selesai pada minggu pertama Januari 2025.
Pengadaan dan Pengiriman Peralatan
Untuk mempercepat perbaikan, PTFI memulai proses pengadaan peralatan sejak pertengahan November 2024. Tony Wenas menyebutkan bahwa pengiriman peralatan baru yang perlu diganti menggunakan layanan kargo pesawat terbang dengan total muatan 125 ton telah dilakukan. "Minggu yang lalu ada tiga Boeing 747 kargo yang memuat peralatan itu tiba di Surabaya. Peralatannya sekitar 20 hingga 30 ton lebih, kemudian ada juga pesawat Antonov yang kami sewa juga sudah tiba di Surabaya membawa peralatan," ujarnya.
Alasan Penggunaan Pesawat Kargo Besar
Penggunaan pesawat kargo besar seperti Antonov AN-124 dan Boeing 747 dipilih untuk menghemat waktu pengiriman. Tony Wenas menjelaskan bahwa jika pengiriman dilakukan melalui laut, prosesnya akan memakan waktu lama. Oleh karena itu, untuk memastikan perbaikan cepat selesai, peralatan diangkut menggunakan pesawat terbang.
Tahapan Perbaikan dan Target Operasional
Perbaikan smelter PTFI terdiri dari enam tahap utama:
Penilaian Peralatan (Equipment Assessment): Dimulai setelah kebakaran hingga pekan kedua Desember 2024. Dari 3.500 item yang terdampak, 30 persen mengalami kerusakan dan perlu diganti, sementara 70 persen dapat diperbaiki atau digunakan kembali. Estimasi biaya kerusakan mencapai US$ 130 juta atau sekitar Rp 2,12 triliun, yang akan ditutupi oleh asuransi.
Pembongkaran (Demolition): Dimulai pada akhir November 2024 dan selesai pada pekan pertama Januari 2025.
Pengadaan Peralatan (Procurement): Meliputi pembuatan, perbaikan, dan pengiriman peralatan, dilaksanakan sejak pekan kedua November 2024 hingga akhir Mei 2025.
Konstruksi dan Instalasi (Construction): Dilaksanakan sejak awal Januari hingga pekan ketiga Juni 2025.
Pengujian dan Komisining (Testing and Commissioning): Proses uji coba dan pre commissioning yang dimulai pada pertengahan Maret hingga minggu ketiga Juni 2025.
Peningkatan Produksi (Ramp-up Production): Dimulai dengan kapasitas 40 persen pada minggu keempat Juni 2025. Kapasitas produksi akan meningkat secara bertahap, yakni Agustus 50 persen, September 60 persen, Oktober 70 persen, November 80 persen, dan Desember 100 persen.
Dukungan dan Kerja Sama Pihak Terkait
Tony Wenas menegaskan bahwa pengiriman komponen ini merupakan hasil kerja sama dengan berbagai pihak yang terlibat dalam kelancaran logistik. Ia menyampaikan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, TNI AL dan AU, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Timur I, Kantor Bea Cukai Juanda, Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Gresik, Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus, Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan, serta Otoritas Bandara Juanda.
Dengan langkah-langkah strategis yang telah diambil, PTFI optimistis dapat menyelesaikan perbaikan smelter di Gresik sesuai jadwal yang ditetapkan. Penggunaan pesawat kargo besar untuk pengiriman peralatan menunjukkan komitmen perusahaan dalam mempercepat proses perbaikan dan meminimalkan dampak terhadap produksi. Dukungan dari berbagai pihak terkait juga menjadi kunci dalam kelancaran proses ini.