Garuda Indonesia

Garuda Indonesia Perkuat Infrastruktur Produksi di Tengah Krisis Rantai Pasok Global

Garuda Indonesia Perkuat Infrastruktur Produksi di Tengah Krisis Rantai Pasok Global
Garuda Indonesia Perkuat Infrastruktur Produksi di Tengah Krisis Rantai Pasok Global

JAKARTA — PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus memaksimalkan kapasitas produksinya di tengah tantangan global yang menghantam industri penerbangan, terutama akibat terganggunya rantai pasok suku cadang pesawat yang bersifat krusial dalam menjaga kelangsungan operasional. Langkah ini menjadi strategi penting dalam menjaga ketahanan infrastruktur transportasi udara nasional di masa pemulihan pascapandemi dan peningkatan mobilitas masyarakat.

Direktur Teknik Garuda Indonesia, Rahmat Hanafi, menegaskan bahwa meskipun industri penerbangan global tengah menghadapi tekanan besar akibat kelangkaan suku cadang dan keterbatasan jadwal perawatan, pihaknya tetap berkomitmen mengoptimalkan armada agar dapat beroperasi secara maksimal.

“Garuda Indonesia Group terus mendorong optimalisasi kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global,” ujar Rahmat saat dikonfirmasi di Jakarta.

Krisis Rantai Pasok Pengaruhi Perawatan Armada

Rahmat mengungkapkan bahwa saat ini terdapat satu unit armada Garuda dan 14 armada Citilink yang tengah menunggu jadwal perawatan rutin, termasuk perawatan besar (heavy maintenance) dan penggantian suku cadang utama. Perawatan ini merupakan bagian dari upaya menjaga kualitas keselamatan serta memastikan kelayakan terbang armada sesuai dengan standar internasional.

“Tidak dapat dipungkiri kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan, sehingga menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang,” jelasnya.

Garuda Indonesia menjadwalkan seluruh proses perawatan armada tersebut akan diselesaikan pada tahun 2025. Fokus utama perusahaan adalah memastikan bahwa setiap pesawat yang keluar dari proses perawatan benar-benar dalam kondisi prima untuk kembali melayani masyarakat.

Heavy maintenance sendiri merupakan proses teknis intensif yang melibatkan inspeksi menyeluruh, penggantian komponen vital, serta pengujian kelaikan pesawat. Krisis rantai pasok global, yang disebabkan oleh kombinasi faktor geopolitik, kendala logistik internasional, dan lonjakan permintaan, menyebabkan keterlambatan pengiriman suku cadang dari produsen ke operator maskapai seperti Garuda Indonesia.

Penambahan Armada: Perkuat Kinerja dan Infrastruktur Operasi

Sebagai bagian dari strategi pemulihan dan antisipasi peningkatan permintaan, Garuda Indonesia telah mendatangkan empat unit pesawat narrow body Boeing 737-800NG. Dua di antaranya, yakni PK-GUF dan PK-GUG, telah masuk dalam armada operasional. Sementara dua lainnya, PK-GUH dan PK-GUI, dijadwalkan mulai melayani penerbangan pada kuartal II tahun 2025.

Kehadiran pesawat-pesawat ini dinilai menjadi bagian penting dalam memperkuat infrastruktur produksi Garuda Indonesia, di mana kapasitas operasional ditingkatkan secara bertahap sejalan dengan perbaikan kinerja keuangan dan operasional perusahaan.

“Langkah ini sejalan dengan pemulihan permintaan dan peningkatan trafik penumpang pascapandemi serta pertumbuhan sektor pariwisata nasional,” tambah Rahmat.

Menurutnya, pertumbuhan trafik penumpang yang signifikan dalam dua tahun terakhir memberikan sinyal positif bagi Garuda Indonesia untuk terus bertransformasi dan memperluas jangkauan layanan. Sektor pariwisata, yang menjadi motor utama pemulihan ekonomi nasional, juga memberikan kontribusi besar terhadap permintaan layanan penerbangan domestik maupun internasional.

Optimisme dalam Transformasi Bisnis dan Layanan

Garuda Indonesia berkomitmen untuk terus menyelaraskan kapasitas produksi dengan proyeksi permintaan pasar. Hal ini menjadi landasan penting dalam menjaga kesinambungan pertumbuhan bisnis dan mempertahankan daya saing perusahaan dalam industri yang kompetitif.

“Optimalisasi kapasitas produksi akan terus diselaraskan dengan outlook kinerja perusahaan sesuai dengan pertumbuhan demand pasar, guna memastikan penguatan landasan kinerja usaha dapat senantiasa terjaga secara berkelanjutan,” ujar Rahmat.

Selain dari sisi operasional, Garuda Indonesia juga memperkuat struktur bisnisnya melalui efisiensi, kolaborasi dengan mitra strategis, serta peningkatan kualitas layanan penumpang. Transformasi digital dalam sistem pemesanan tiket, peningkatan kenyamanan dalam kabin, hingga perbaikan manajemen waktu penerbangan menjadi bagian dari agenda besar perusahaan dalam menjawab tuntutan konsumen modern.

Rahmat menegaskan bahwa seluruh langkah tersebut bertujuan menjadikan Garuda Indonesia sebagai maskapai yang adaptif dan tangguh dalam menghadapi tantangan global. “Garuda Indonesia optimis dapat terus bertransformasi menjadi maskapai yang agile dan berdaya saing, menghadirkan layanan udara yang aman dan andal bagi masyarakat,” tegasnya.

Infrastruktur Aviasi Nasional Butuh Dukungan Holistik

Langkah Garuda Indonesia dalam memperkuat infrastruktur produksi dan operasional juga mencerminkan kebutuhan industri penerbangan nasional untuk mendapatkan dukungan menyeluruh dari ekosistem pendukung, termasuk pemerintah, industri manufaktur aviasi, serta pihak-pihak yang terlibat dalam logistik dan distribusi suku cadang.

Tantangan rantai pasok yang kini melanda bukan hanya berdampak pada maskapai besar seperti Garuda Indonesia, namun juga menyasar maskapai-maskapai regional dan pelaku usaha penerbangan swasta yang bergantung pada pengadaan suku cadang dari luar negeri.

Dengan demikian, upaya membangun ekosistem industri penerbangan nasional yang mandiri dan berkelanjutan menjadi hal mendesak. Investasi pada sektor produksi suku cadang dalam negeri, peningkatan kapasitas perawatan dan overhaul lokal, serta kebijakan fiskal yang mendukung impor alat vital industri menjadi langkah yang harus ditempuh.

Sebagai BUMN penerbangan andalan Indonesia, Garuda Indonesia diharapkan dapat menjadi pendorong lahirnya sinergi nasional dalam membangun infrastruktur aviasi yang tangguh.

Dengan fokus pada optimalisasi armada, efisiensi operasional, dan penambahan kapasitas produksi, Garuda Indonesia menunjukkan komitmennya untuk tetap menjadi tulang punggung infrastruktur transportasi udara nasional meskipun dihadapkan pada tekanan global. Transformasi ini menjadi kunci dalam mewujudkan layanan penerbangan yang aman, berkualitas, dan mendukung mobilitas masyarakat serta pertumbuhan ekonomi nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index