Petani

Petani Naik Kelas Bukti Perubahan dari Desa

Petani Naik Kelas Bukti Perubahan dari Desa
Petani Naik Kelas Bukti Perubahan dari Desa

JAKARTA - Para petani sawit di Papua Selatan kini tengah menapaki babak baru dalam dunia perkebunan. Pemerintah Provinsi Papua Selatan memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada peningkatan hasil panen, tetapi juga pada penguatan sumber daya manusia serta hubungan kemitraan yang adil dan berkelanjutan. Sebuah pendekatan yang menjanjikan perubahan nyata dalam ekosistem industri kelapa sawit.

Pendekatan ini menandai pergeseran cara pandang terhadap peran petani—bukan lagi sekadar penghasil tandan buah segar, melainkan sebagai aktor penting yang perlu diberdayakan dan diberi ruang untuk berkembang. Melalui pelatihan dan pembinaan, petani didorong untuk memahami lebih dalam seluk-beluk teknis, manajemen usaha tani, hingga aspek hukum dalam berkemitraan dengan perusahaan.

Langkah konkret ini terlihat dari penyelenggaraan kegiatan Capacity Building Petani Sawit Rakyat yang dilaksanakan di Merauke. Acara tersebut menjadi titik tolak untuk membekali para petani dengan keterampilan dan pengetahuan yang lebih komprehensif. Pelatihan ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil kolaborasi antara Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Yayasan Bentang Lestari, serta dukungan teknis dari Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua Selatan.

Penjabat Gubernur Papua Selatan, Apolo Safanpo, menegaskan bahwa pemerintah daerah berada di barisan terdepan dalam mendukung penguatan petani sawit. Ia memandang peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai kunci penting menuju keberlanjutan dan kemandirian petani.

“Kami memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan yang bertujuan meningkatkan kualitas SDM petani sawit dan penguatan kemitraan antara petani dengan perusahaan,” ujar Apolo Safanpo saat membuka acara tersebut.

Bagi Apolo, kegiatan ini bukan semata pelatihan rutin, melainkan bagian dari strategi besar pembangunan sektor perkebunan kelapa sawit di wilayah Papua Selatan. Ia berharap, dengan bekal yang tepat, para petani mampu berdiri sejajar sebagai mitra sejati perusahaan, bukan sebagai pihak yang dirugikan.

Apresiasi terhadap peran petani juga tercermin dari semangat kolaboratif yang dibangun dalam program ini. Yayasan Bentang Lestari sebagai pelaksana kegiatan menaruh perhatian besar terhadap peningkatan kapasitas lokal yang berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sementara BPDPKS, sebagai lembaga pengelola dana industri sawit, memiliki misi untuk memastikan dana sawit digunakan kembali untuk kemajuan para pelaku sektor ini, terutama petani kecil. Melalui kegiatan seperti ini, tujuan tersebut diupayakan agar bisa benar-benar terasa di akar rumput.

Selain itu, keterlibatan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Papua Selatan memberikan bobot tambahan terhadap program ini. Mereka hadir untuk memastikan transfer pengetahuan berlangsung dengan baik, serta mengawal implementasi kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat.

Kegiatan Capacity Building ini menitikberatkan pada aspek-aspek praktis yang dibutuhkan petani. Mulai dari pemahaman teknis budidaya kelapa sawit yang baik, penggunaan pupuk yang tepat, manajemen hasil kebun, hingga pengelolaan kelembagaan koperasi dan kemitraan usaha dengan pihak perusahaan.

Dengan pelatihan seperti ini, para petani diharapkan tidak lagi bergantung sepenuhnya pada perusahaan atau tengkulak dalam menentukan arah usaha mereka. Sebaliknya, mereka bisa membangun posisi tawar yang lebih kuat dan ikut mengambil peran dalam rantai pasok industri kelapa sawit secara lebih aktif dan adil.

Kemandirian menjadi kunci. Itulah benang merah dari berbagai inisiatif yang digalang Pemprov Papua Selatan. Ketika petani memiliki kompetensi dan akses informasi yang memadai, maka keputusan-keputusan penting terkait kebun, penjualan hasil, dan pengelolaan kelembagaan bisa diambil secara bijak dan berorientasi jangka panjang.

Hal ini pula yang membuat pendekatan Papua Selatan layak dijadikan contoh bagi wilayah lain. Alih-alih hanya fokus pada peningkatan produksi, mereka memilih membangun fondasi yang lebih kokoh lewat pendidikan dan pelatihan.

Langkah ini juga membuka ruang baru dalam dinamika hubungan petani dengan perusahaan. Konsep kemitraan yang selama ini cenderung timpang dapat diperbaiki melalui peningkatan pemahaman petani terhadap kontrak, pembagian hasil, dan hak serta kewajiban masing-masing pihak.

Papua Selatan menunjukkan bahwa keberhasilan pembangunan sektor sawit tidak bisa hanya diukur dari jumlah tandan buah segar yang dihasilkan, melainkan dari seberapa jauh petani bisa sejahtera dan mandiri. Dan semua itu berawal dari peningkatan kualitas manusia.

Seiring waktu, dampak dari pendekatan ini diharapkan meluas. Petani tidak hanya lebih mahir mengelola kebun, tapi juga lebih percaya diri dalam mengambil peran sebagai mitra sejajar di industri kelapa sawit nasional.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan, Pemprov Papua Selatan menegaskan bahwa petani sawit adalah aset penting yang perlu terus diberdayakan. Dan saat petani naik kelas, maka masa depan industri sawit Indonesia pun ikut terangkat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index