JAKARTA - Tidak semua seniman muda bisa merasakan langsung pembelajaran dari para maestro. Pemerintah, melalui program Belajar Bersama Maestro (BBM), hanya membuka peluang bagi mereka yang dinilai benar-benar memiliki kapasitas dan nilai budaya di atas rata-rata.
Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa program BBM memang dirancang khusus untuk peserta yang dianggap layak secara kompetensi. Menurutnya, penyaringan peserta dilakukan secara ketat untuk memastikan hanya talenta-talenta terbaik yang bisa mendapatkan kesempatan emas ini. “Sistem BBM ini diseleksi bagi mereka yang dianggap mempunyai kapasitas bakat lebih dari yang lain. Yang kemudian akan dibina oleh para maestro,” ungkap Fadli Zon kepada wartawan setelah menghadiri peluncuran program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSM) dan BBM di Gedung Graha Utama Kemendikdasmen, Jakarta Selatan.
Kuota Terbatas, Peminat Membludak
Program BBM memang tidak dirancang untuk menjaring peserta dalam jumlah besar. Tahun ini, Kementerian Kebudayaan hanya membuka kuota untuk 60 orang peserta, meski jumlah pendaftar telah mencapai lebih dari 500 orang.
Tingginya antusiasme tersebut mencerminkan minat generasi muda terhadap seni dan budaya nasional. Namun dengan keterbatasan kuota dan kebutuhan akan kualitas, tidak semua pelamar bisa diterima. “Kita harus memastikan bahwa yang lolos adalah mereka yang paling siap dan punya potensi besar. Karena mereka akan dibina langsung oleh para maestro, tidak bisa asal pilih,” jelas Fadli.
Fokus pada Mutu, Bukan Kuantitas
Fadli menekankan bahwa tujuan utama dari program BBM bukan pada kuantitas, melainkan kualitas. Ia menginginkan agar BBM bisa menjadi ruang eksklusif bagi seniman muda untuk mengasah keahlian langsung dari para tokoh besar di dunia seni.
Menurutnya, pengalaman belajar langsung dari maestro bukan sekadar pelatihan teknis, tetapi juga bentuk transfer nilai dan karakter. “Program ini juga bagian dari pembentukan jati diri kebudayaan generasi muda,” ujar Fadli.
Dukungan Anggaran dan Kolaborasi Antar Direktorat
Pelaksanaan BBM tak lepas dari sokongan anggaran yang melibatkan kerja sama antara Kementerian Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi. Pendanaan tersebut digunakan untuk memastikan seluruh kebutuhan pembelajaran peserta dapat terpenuhi dengan baik.
Kolaborasi lintas unit ini menunjukkan bahwa pemerintah serius dalam membina potensi muda melalui pendekatan kebudayaan. Tidak hanya sekadar pelatihan, tapi membangun sistem berkelanjutan dalam regenerasi seniman nasional.
Gagas Pembentukan Komunitas Alumni BBM
Melihat dampak positif dari program BBM selama beberapa tahun pelaksanaan, Fadli Zon juga mengungkapkan rencana untuk membentuk komunitas alumni BBM. Tujuannya adalah membangun jaringan antar peserta lintas angkatan yang telah mendapatkan manfaat langsung dari pelatihan bersama para maestro. “Kita akan membuat jejaring dari para alumni BBM yang telah mendapatkan benefit dari program ini,” jelas Fadli.
Komunitas ini nantinya diharapkan bisa menjadi motor penggerak berbagai aktivitas seni dan budaya di berbagai daerah. Selain itu, keberadaan mereka akan menjadi bukti nyata dari hasil investasi negara dalam pengembangan SDM kebudayaan.
Arahkan untuk Pendidikan dan Penguatan Karakter
Lebih jauh, Fadli juga menaruh harapan besar agar lulusan BBM tidak hanya berkembang sebagai seniman, tapi juga bisa berperan aktif dalam dunia pendidikan. Ia ingin agar mereka bisa menginspirasi peserta didik di sekolah, sekaligus menjadi agen dalam memperkuat karakter bangsa.
“Program ini kita harapkan dapat melahirkan seniman unggul yang mampu memperkenalkan budaya Indonesia kepada peserta didik di sekolah,” katanya.
Keterlibatan seniman dalam pendidikan, menurut Fadli, adalah bagian penting dari pembentukan karakter generasi muda. Lewat pembelajaran seni, nilai-nilai budaya bisa ditanamkan secara langsung dan menyentuh, bukan sekadar lewat teori.
Sinergi dengan Program GSM
BBM juga disinergikan dengan Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSM), yang telah lebih dulu dikenal luas. Melalui sinergi ini, seniman tidak hanya mendapatkan ruang untuk berkembang, tetapi juga berkontribusi langsung dalam dunia pendidikan.
Dengan demikian, program kebudayaan ini tidak hanya menyasar peningkatan kemampuan individu, melainkan turut memperkuat ekosistem seni dan pendidikan nasional. GSM dan BBM berjalan berdampingan, saling memperkuat tujuan dalam pembinaan karakter generasi muda.
Memperkuat Identitas Budaya Nasional
Seluruh upaya ini pada akhirnya bermuara pada satu hal: memperkuat identitas budaya Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan memanfaatkan pendekatan seni sebagai strategi untuk menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi penerus bangsa.
Melalui program BBM, seniman muda tidak hanya belajar teknik, tetapi juga menggali filosofi, sejarah, dan nilai budaya dari para maestro yang telah berkiprah puluhan tahun. Inilah cara elegan membangun warisan budaya secara berkelanjutan. “Ini adalah bentuk komitmen kita dalam membina generasi muda, agar mereka tak hanya jadi seniman, tapi juga penjaga budaya bangsa,” tutup Fadli Zon.