JAKARTA - Meningkatnya pasokan minyak mentah dari negara-negara produsen utama OPEC+ ternyata belum cukup untuk mengendurkan ketegangan pasar energi global. Di tengah suplai yang masih ketat dan kekhawatiran akan ketidakseimbangan di akhir tahun, langkah strategis Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Kuwait untuk meningkatkan output dinilai sebagai keputusan yang memang diperlukan.
Harga minyak sempat menunjukkan kenaikan tipis dalam beberapa hari terakhir, merefleksikan sentimen pasar yang tampaknya menerima keputusan OPEC+ dengan tenang. Namun, di balik itu, para pelaku industri terus mencermati dinamika antara pasokan dan permintaan yang semakin kompleks.
Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Al Mazrouei, mengungkapkan bahwa pasar global memang masih membutuhkan tambahan pasokan. “Anda bisa melihat bahwa meskipun ada peningkatan selama beberapa bulan, kami belum melihat penumpukan besar dalam persediaan, yang berarti pasar memang membutuhkan barel-barel tersebut,” katanya dalam pernyataan di sela seminar OPEC di Wina.
Pernyataan Al Mazrouei mendapat penguatan dari pejabat tinggi di perusahaan minyak negara Arab Saudi dan Kuwait. Ketiganya sepakat bahwa penambahan produksi terbaru merupakan langkah yang sejalan dengan kebutuhan riil pasar.
Cadangan Menipis, Sinyal Ketat
Salah satu indikator yang memperkuat analisis ini adalah cadangan minyak mentah di Cushing, Oklahoma pusat penyimpanan utama di Amerika Serikat yang kini berada pada level musiman terendah sejak 2014. Sementara itu, stok solar juga tercatat turun drastis, menandakan berlanjutnya permintaan bahan bakar untuk transportasi dan industri.
Indikator lainnya, yakni selisih harga antara kontrak berjangka jangka pendek dan jangka panjang menunjukkan ketatnya kondisi pasar dalam jangka pendek. Ini memperkuat argumen bahwa tambahan pasokan dari OPEC+ diperlukan agar pasar tetap stabil menjelang paruh kedua tahun ini.
Arah Permintaan Masih Positif
Saudi Aramco, perusahaan minyak nasional Arab Saudi, tidak tinggal diam. Sehari setelah pertemuan OPEC+ akhir pekan lalu, mereka langsung menaikkan harga jual minyak utama ke pelanggan Asia. Langkah ini mencerminkan keyakinan perusahaan terhadap prospek permintaan.
“Permintaan minyak global masih sehat,” kata Presiden dan CEO Aramco, Amin Nasser, dalam seminar OPEC di Wina. Ia menyebutkan bahwa tantangan seperti tarif perdagangan dan kondisi ekonomi global belum berdampak signifikan terhadap konsumsi energi secara keseluruhan.
Kelompok OPEC+ sendiri mulai menaikkan produksinya sejak April, dengan tambahan 411.000 barel per hari, lalu mengulanginya pada Mei dan Juni. Puncaknya, pada hari Sabtu lalu, mereka menyepakati kenaikan sebesar 548.000 barel per hari.
Sheikh Nawaf Al-Sabah, CEO Kuwait Petroleum Corp., menyebut kondisi saat ini sebagai peluang strategis. “Kami melihat adanya potensi pengetatan pasar, yang memberi kami peluang untuk merebut pangsa pasar di masa depan,” ujarnya.
Kecukupan Pasokan Masih Diperdebatkan
Namun tidak semua pihak sepenuhnya optimistis. CEO TotalEnergies SE asal Prancis, Patrick Pouyanne, menyoroti fakta bahwa pasar minyak tidak melonjak tajam meskipun konflik Israel-Iran sempat memanas. Ia menilai kondisi pasokan saat ini relatif cukup.
“Pasar ini pasokannya cukup, sejauh ini,” ujarnya. “Terus terang, saya agak terkejut karena pasar hanya naik sedikit.”
Ini menunjukkan bahwa meski produsen merasa pasokan perlu ditambah, sebagian pelaku pasar menganggap suplai global masih memadai — setidaknya untuk saat ini.
Jelang Kuartal Baru, Ketidakpastian Meningkat
Ketidakpastian justru diprediksi akan meningkat pada paruh kedua tahun ini. Permintaan biasanya melonjak selama musim panas, namun prospek ekonomi global yang belum pulih sepenuhnya dan ketegangan geopolitik membuat banyak pihak berhati-hati.
“Saat ini, jika Anda melihat ke luar jendela, pasarnya memang cukup ketat,” kata Bob McNally, Presiden Rapidan Energy Group dan mantan pejabat energi di Gedung Putih. Ia menambahkan bahwa dalam waktu dekat, pasokan bisa mulai melampaui permintaan ketika kilang mengurangi kapasitas pengolahan dan barel tambahan mulai masuk ke pasar.
Komentar-komentar ini menyoroti ketegangan antara persepsi atas pasokan yang cukup versus kebutuhan riil pasar yang mungkin masih belum sepenuhnya terlayani. Hal inilah yang membuat keputusan OPEC+ untuk menambah produksi menjadi relevan, meskipun pasar bereaksi tenang.
Tantangan Komunikasi dan Transparansi
Di luar aspek teknis dan ekonomi, tantangan lain juga muncul dalam hal komunikasi. Bloomberg News, salah satu media global utama, belum mendapatkan akreditasi untuk meliput seminar OPEC, meskipun telah mengajukan beberapa permintaan. Hingga kini, belum ada penjelasan dari penyelenggara.
Hal ini menimbulkan pertanyaan soal transparansi dan akses informasi, terutama saat kebijakan OPEC+ mendapat sorotan tajam dari berbagai belahan dunia.
Penambahan produksi oleh OPEC+ dipandang oleh para produsen besar sebagai langkah antisipatif atas dinamika pasar yang ketat. Meski tidak serta-merta menaikkan harga minyak secara signifikan, kebijakan ini mencerminkan kekhawatiran bahwa tanpa intervensi, ketidakseimbangan pasokan bisa terjadi.
Namun, arah pasar ke depan masih akan bergantung pada sejumlah faktor, mulai dari permintaan musiman, keputusan kilang, hingga stabilitas geopolitik. Dengan kata lain, meski minyak terus mengalir, ketidakpastian tetap mengintai.