Nikel

Listrik Baru Perkuat Kawasan Nikel Sulawesi

Listrik Baru Perkuat Kawasan Nikel Sulawesi
Listrik Baru Perkuat Kawasan Nikel Sulawesi

JAKARTA - Peningkatan keandalan pasokan listrik di kawasan industri menjadi fokus utama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah. Di Sulawesi Tengah, langkah besar diambil oleh PT PLN (Persero) dengan mengoperasikan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Kolonodale-Bungku yang kini resmi mengalirkan listrik ke dua kabupaten sentra nikel, Morowali dan Morowali Utara.

Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa transformasi infrastruktur energi terus digalakkan, tak hanya untuk rumah tangga, tetapi juga demi menopang aktivitas industri strategis yang berkembang pesat di kawasan tersebut. Kawasan Morowali selama ini dikenal sebagai pusat kegiatan pengolahan nikel nasional, menjadikannya wilayah vital dalam ekosistem industri logam dasar.

Dengan hadirnya jaringan SUTT ini, PLN menyambungkan sistem kelistrikan isolated di Bungku dengan Sistem Sulbagsel (Sulawesi Bagian Selatan), sehingga mengintegrasikan sumber daya energi yang lebih efisien dan andal. Daya listrik yang dialirkan ke Morowali kini memanfaatkan potensi energi baru terbarukan dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Poso di Kabupaten Poso, menggantikan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang selama ini digunakan.

General Manager PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Sulawesi, Wisnu Kuntjoro Adi, menegaskan bahwa proyek ini bukan sekadar pengganti pembangkit berbahan bakar fosil, tetapi juga bagian dari langkah dedieselisasi yang tengah digenjot. “Melalui penggantian PLTD dan peningkatan infrastruktur kelistrikan, kami tidak hanya menekan biaya operasional, tetapi turut meningkatkan program dedieselisasi pada sistem kelistrikan di Bungku hingga sekitar 25 MW,” ujar Wisnu.

Ia juga menyampaikan, proyek ini berdampak signifikan secara teknis dan finansial. Dari sisi operasional, sistem ini mampu menurunkan biaya pokok penyediaan (BPP) listrik hingga Rp 137 miliar per tahun. Sementara dari sisi teknis, sistem kelistrikan ini diproyeksikan mampu menyalurkan tambahan beban pelanggan sebesar sekitar 16,8 MW. Angka ini jauh lebih tinggi dari defisit listrik sebelumnya yang mencapai 5 MW. Selain itu, kualitas tegangan distribusi mengalami peningkatan dari 18,37 kV menjadi 20,3 kV.

Secara keseluruhan, jaringan SUTT Kolonodale-Bungku membentang sepanjang 162,5 kilometer sirkit (kms) dan terdiri atas 254 tower transmisi. Sistem ini ditopang oleh keberadaan Gardu Induk (GI) Bungku berkapasitas 30 MVA yang turut memperkuat sistem distribusi di dua kabupaten tersebut.

Tak hanya berdampak pada sisi teknis kelistrikan, proyek ini juga mendapat apresiasi dari Pemerintah Daerah. Bupati Morowali, Iksan Baharudin Abdul Rauf, menyambut baik selesainya pembangunan infrastruktur strategis ini. Ia menilai proyek ini akan menjadi pendorong utama terciptanya ketahanan energi dan peningkatan pelayanan listrik kepada masyarakat serta pelaku usaha.

“Kami berterima kasih kepada jajaran PLN atas kesungguhan dan komitmennya menyelesaikan infrastruktur kelistrikan yang sangat krusial ini. Dengan pengoperasian GI Bungku dan SUTT Kolonodale-Bungku, kami optimistis kebutuhan listrik masyarakat dan pelaku industri akan terpenuhi secara andal dan berkelanjutan,” ujar Iksan.

Morowali dan Morowali Utara dikenal luas sebagai pusat industri nikel yang terus berkembang. Salah satu kawasan industri yang berada di wilayah ini adalah PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) yang menjadi rumah bagi ribuan tenaga kerja lokal dan asing. Hingga kini, IMIP mempekerjakan lebih dari 30.000 tenaga kerja lokal serta sekitar 2.400 tenaga kerja asing, menjadikannya salah satu penyumbang utama pertumbuhan ekonomi daerah.

Keberadaan sentra industri nikel tersebut telah berdampak langsung pada dunia usaha di sektor lain, termasuk logistik, kuliner, perhotelan, hingga UMKM lokal yang turut bertumbuh seiring meningkatnya aktivitas ekonomi di wilayah tersebut. Namun, sebelumnya, pasokan listrik yang belum stabil menjadi salah satu kendala utama yang sering dikeluhkan masyarakat dan pelaku usaha.

Kini, dengan beroperasinya SUTT Kolonodale-Bungku, harapan terhadap layanan listrik yang andal mulai menjadi kenyataan. Iksan menyebutkan bahwa perbaikan sistem kelistrikan ini bukan hanya menyasar kebutuhan industri besar, tetapi juga untuk mendukung aktivitas UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal.

”Kami berharap tidak ada lagi pemadaman di Morowali dan aktivitas UMKM serta industri dapat berjalan lancar. Ini juga menjadi kabar baik bagi para investor yang sebelumnya terkendala suplai listrik,” ujar Iksan menambahkan.

Dampak jangka panjang dari proyek ini pun menjadi perhatian serius Pemerintah Daerah. Dalam rencana pembangunan jangka menengah, Kabupaten Morowali menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 12,9 persen. Peningkatan keandalan pasokan listrik dinilai sebagai salah satu faktor penting untuk mencapai target tersebut.

Tak hanya itu, hadirnya infrastruktur kelistrikan modern juga membuka peluang bagi pengembangan energi bersih di masa depan. Dengan menyambungkan sistem ke PLTA Poso, PLN menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan energi hijau yang ramah lingkungan, sejalan dengan program transisi energi nasional.

Langkah ini juga menjadi bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang didorong pemerintah dalam upaya meratakan pembangunan infrastruktur di wilayah timur Indonesia. Keberhasilan proyek ini menjadi contoh nyata bahwa kolaborasi antara BUMN dan pemerintah daerah dapat memberikan dampak positif langsung bagi masyarakat.

Dengan demikian, pengoperasian SUTT Kolonodale-Bungku bukan hanya menjawab tantangan listrik saat ini, tetapi juga menjadi fondasi penting bagi pengembangan kawasan industri nikel yang lebih kompetitif, hijau, dan berkelanjutan di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index