JAKARTA - Dalam upaya mempercepat transformasi energi nasional, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) menunjukkan komitmen kuat dengan mengalokasikan sebagian besar anggaran belanja modal (capex) untuk membangun infrastruktur gas. Tanpa banyak gembar-gembor, langkah ini mempertegas posisi gas sebagai sumber energi utama yang tidak hanya efisien, tetapi juga lebih bersih dan ramah lingkungan.
Sebanyak 65 hingga 67 persen dari total capex PGN diarahkan untuk pengembangan jaringan gas bumi. Direktur Komersial PGN, Ratih Esti Prihatini, mengungkapkan bahwa fokus ini menjadi kunci untuk memastikan pemerataan energi dan mendukung kebutuhan sektor industri maupun rumah tangga secara berkelanjutan. "Belanja modal perusahaan yang 67 persennya dialokasikan khusus untuk infrastruktur," jelas Ratih, menandakan keseriusan dalam menghadirkan konektivitas energi ke seluruh penjuru negeri.
Pembangunan infrastruktur gas tidak hanya menyangkut pemasangan pipa, namun juga mencakup penguatan jalur distribusi, pembangunan fasilitas regasifikasi, hingga pengembangan moda pengangkutan non-pipa seperti CNG dan LNG. Dengan pendekatan menyeluruh ini, PGN menargetkan terciptanya akses energi yang inklusif, merata, dan handal.
Salah satu proyek besar yang tengah digarap adalah jaringan transmisi Sumatera hingga Jawa, termasuk fasilitas Floating Storage Regasification Unit (FSRU) di wilayah Lampung dan Jawa Barat. Proyek ini menjadi bagian dari strategi besar PGN dalam mengintegrasikan sistem distribusi energi antarwilayah, dari barat hingga timur Indonesia.
Jalur pipa Dumai Sei Mangkei juga terus dioptimalkan, dengan koneksi yang diproyeksikan menjangkau hingga ke Jawa Timur. Ini membuktikan bahwa proyek-proyek strategis PGN bukan hanya berskala lokal, tetapi berperan dalam memperkuat sinergi energi lintas pulau.
Kebijakan dan dokumen perencanaan nasional seperti Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN), Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menjadi dasar kuat PGN dalam mengimplementasikan strategi GAS (Grow, Adapt, Step Out). Strategi ini menyasar peningkatan konektivitas antar-pemasok dan pengguna akhir gas dengan cara adaptif, progresif, dan menyeluruh.
Di Pulau Jawa, PGN tengah mengembangkan dua jalur utama: Pipa Cirebon–Semarang Tahap II dan Pipa Tegal–Cilacap. Jalur ini dirancang untuk melayani kebutuhan energi masyarakat dan sektor industri di sepanjang wilayah selatan Jawa. Setelah rampung, dua proyek tersebut akan memungkinkan pengalihan pasokan gas dari timur ke barat Pulau Jawa, memperluas cakupan distribusi sekaligus meningkatkan efisiensi pengiriman energi.
Sementara di wilayah timur Indonesia, PGN mengambil langkah proaktif dengan mengembangkan terminal LNG dan menyiapkan suplai biomethane serta gasifikasi untuk mendukung pembangkit listrik, termasuk di daerah-daerah yang masih memiliki keterbatasan akses seperti Papua Utara.
Tidak hanya berfokus pada jaringan pipa, PGN juga memaksimalkan potensi jaringan gas kota (jargas) berbasis CNG dan LNG, khususnya di wilayah-wilayah yang belum terjangkau oleh jaringan pipa utama. Di Jawa Tengah bagian selatan misalnya, PGN telah membangun jargas mandiri yang menjangkau kawasan permukiman dan sentra industri kecil, memberikan akses gas kepada ribuan rumah tangga dan pelaku usaha.
Langkah ini tidak hanya mendukung upaya pengurangan ketergantungan pada LPG, tetapi juga mendekatkan masyarakat pada sumber energi yang lebih efisien dan bersih. Dari sisi lingkungan, pemanfaatan gas bumi sebagai sumber energi dianggap mampu mengurangi emisi karbon secara signifikan, sejalan dengan target Indonesia untuk mencapai net-zero emissions pada tahun 2060.
Salah satu titik penting dalam pengembangan jaringan gas nasional adalah Terminal LNG Arun di Aceh. Proyek ini menjadi pusat energi strategis yang disiapkan sebagai hub internasional. Terminal LNG Arun diharapkan mampu menampung pasokan dari berbagai negara dan mendistribusikannya ke wilayah timur Indonesia. Bahkan, ada potensi untuk pengembangan gas bunkering bagi sektor pelayaran yang akan meningkatkan daya saing maritim Indonesia.
Upaya revitalisasi fasilitas dan pembangunan infrastruktur baru di Arun juga akan mendukung distribusi LNG yang lebih fleksibel dan stabil. Dengan begitu, PGN mampu memberikan jaminan pasokan bagi berbagai wilayah yang membutuhkan sumber energi alternatif yang andal.
Tak hanya itu, PGN juga mulai memperluas fokusnya ke masa depan energi dengan mengembangkan teknologi biometana, hidrogen, ammonia, serta sistem transportasi karbon dioksida (CO₂ transport). Langkah-langkah ini menunjukkan kesiapan PGN menghadapi tantangan global dan mendukung kebijakan energi bersih nasional.
Di sisi kebijakan harga, perusahaan turut mendukung kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) untuk sektor industri yang telah ditentukan. PGN memastikan kebijakan ini berjalan seiring dengan efisiensi operasional dan daya saing bisnis yang tetap dijaga secara optimal.
Dari segi manfaat ekonomi, fokus belanja modal pada infrastruktur gas berdampak langsung pada penguatan akses energi di daerah. Dengan distribusi yang lebih merata, industri dan rumah tangga mendapatkan pasokan gas yang lebih terjangkau. Hal ini membuka peluang pertumbuhan ekonomi lokal dan menciptakan rantai nilai yang berkelanjutan.
PGN juga aktif melakukan mitigasi terhadap berbagai tantangan, seperti penurunan produksi dari sumber-sumber gas existing. Perusahaan mengantisipasi hal ini dengan memperpanjang kontrak pasokan dan memanfaatkan sumber energi baru dari wilayah timur, serta memastikan ketersediaan LNG yang memadai.
Dari sisi teknis, PGN meningkatkan kualitas layanan dan keamanan jaringan melalui pemanfaatan teknologi seperti Supervisory Control and Data Acquisition (SCADA), inspeksi berkala, serta sistem pemeliharaan preventif.
Realisasi capex PGN telah mencapai sekitar USD 70 juta dari total target USD 361 juta tahun ini. Sebanyak 63 persen dari capex tersebut difokuskan pada sektor hilir (downstream), sementara 37 persen lainnya untuk sektor hulu (upstream). Pada tahun 2025 mendatang, perusahaan telah menyiapkan anggaran capex sebesar USD 338 juta, yang akan digunakan untuk delapan program utama pengembangan infrastruktur, termasuk pembangunan pipa baru dan pengembangan Terminal LNG Arun.
Dengan arah kebijakan dan strategi yang terfokus pada penguatan infrastruktur gas, PGN menegaskan perannya sebagai pelopor transisi energi di Indonesia. Tak hanya memberikan solusi atas kebutuhan energi saat ini, tapi juga mempersiapkan fondasi untuk energi masa depan yang lebih bersih, efisien, dan inklusif.
PGN optimistis, dengan sinergi bersama pemerintah serta adaptasi teknologi, pembangunan infrastruktur gas dapat terus mendorong pemerataan energi nasional dan membuka peluang pertumbuhan di berbagai wilayah Indonesia.