Dokter

Dokter Ingatkan Bahaya Headset untuk Telinga

Dokter Ingatkan Bahaya Headset untuk Telinga
Dokter Ingatkan Bahaya Headset untuk Telinga

JAKARTA - Di tengah tren penggunaan perangkat audio pribadi seperti headset yang semakin masif, terutama di kalangan muda, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa kenyamanan mendengarkan musik bisa membawa dampak jangka panjang jika tidak digunakan dengan bijak. Menyikapi hal ini, seorang dokter dari Universitas Indonesia mengingatkan bahwa risiko gangguan pendengaran akibat kebisingan kini semakin nyata, bahkan mengancam mereka yang masih berusia muda.

Paparan suara keras dari headset yang digunakan terus-menerus menjadi perhatian serius. Menurut data dari badan kesehatan dunia, lebih dari 1 miliar remaja di seluruh dunia berisiko mengalami gangguan pendengaran akibat kebisingan berlebih. Temuan dari studi terbaru untuk memperkuat fakta ini, mengungkapkan bahwa sekitar 23,8 persen pengguna headset berisiko mengalami gangguan pendengaran, atau setara dengan satu dari empat pengguna.

Tuli Bukan Lagi Ancaman Bagi Pekerja Industri Saja

Dokter Fikri Mirza Putranto, staf pengajar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, menyampaikan bahwa kondisi yang dikenal sebagai tuli akibat bising tidak lagi hanya dialami oleh para pekerja industri seperti buruh pabrik atau pengemudi kendaraan umum di masa lampau. Saat ini, masyarakat umum pun menghadapi risiko yang sama karena penggunaan perangkat audio pribadi yang berlebihan.

“Kita justru menikmati bising setiap hari, seperti konser, tempat musik, atau tempat bermain yang memiliki pengeras suara bervolume tinggi,” ujarnya.

Fenomena ini disebut sebagai Noise-Induced Hearing Loss (NIHL), yaitu kerusakan pendengaran akibat paparan suara keras dalam jangka waktu tertentu. Yang membedakan kondisi ini adalah sifatnya yang bersifat permanen jika tidak dicegah sejak awal. Meskipun telinga manusia memiliki kemampuan beradaptasi, namun paparan yang terus-menerus tanpa jeda akan memperburuk kondisi indera pendengaran.

Kebiasaan Sehari-hari yang Sering Diabaikan

Penggunaan headset saat bekerja, belajar, bahkan saat berolahraga kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup harian banyak orang. Namun, yang kerap luput diperhatikan adalah durasi dan volume suara yang digunakan. Headset memang menawarkan pengalaman mendengarkan yang lebih personal, tetapi bila digunakan dalam volume tinggi selama berjam-jam, dampaknya bisa serius.

“Sekarang, banyak orang menggunakan headset bukan cuma untuk mendengarkan musik, tapi juga saat menelepon, meeting online, atau bahkan saat ingin menyendiri,” ungkap dr. Fikri.

Kebiasaan ini dianggap sepele, tetapi jika dilakukan secara terus-menerus tanpa memperhatikan volume dan durasi pemakaian, maka risiko kehilangan pendengaran akan semakin tinggi. Tidak hanya itu, beberapa orang bahkan tidur sambil mendengarkan musik lewat headset, yang memperpanjang waktu paparan bising tanpa disadari.

Tips Aman Gunakan Headset dari Dokter UI

Agar tetap dapat menikmati perangkat audio tanpa mengorbankan kesehatan telinga, dr. Fikri memberikan beberapa kiat penting. Tips ini ditujukan untuk menjaga keseimbangan antara kenyamanan dan kesehatan indera pendengaran.

Pertama, penting untuk tidak menggunakan volume melebihi 60% dari kapasitas maksimum perangkat. Volume suara yang terlalu keras adalah penyebab utama dari kerusakan sel rambut halus di dalam telinga yang berfungsi menangkap gelombang suara.

Kedua, batasi waktu pemakaian headset. Idealnya, penggunaan tidak lebih dari 60 menit dalam satu waktu. Jika ingin melanjutkan, berikan jeda minimal 10 hingga 15 menit agar telinga memiliki waktu untuk beristirahat.

Ketiga, pilih jenis headset yang berkualitas baik, terutama yang memiliki fitur noise cancelling. Dengan begitu, pengguna tidak perlu menaikkan volume terlalu tinggi saat berada di tempat ramai.

Keempat, hindari menggunakan headset dalam kondisi tertidur. Selain meningkatkan durasi paparan suara, kebiasaan ini juga bisa menyebabkan tekanan pada telinga dalam waktu lama.

Kelima, lakukan pemeriksaan telinga secara rutin, terutama jika merasa mulai sulit mendengar suara pelan, sering mengalami telinga berdenging (tinnitus), atau merasa telinga penuh.

Pentingnya Edukasi Sejak Dini

Mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda, sangat penting untuk membangun kesadaran terhadap potensi bahaya kebisingan. Dengan semakin banyaknya aktivitas belajar dan hiburan yang dilakukan secara daring, penggunaan headset menjadi tidak terelakkan. Oleh sebab itu, penting bagi orang tua dan pendidik untuk memberikan pemahaman tentang cara pemakaian yang sehat dan aman.

“Risiko gangguan pendengaran akibat headset sebenarnya bisa dicegah jika kita mengetahui cara penggunaan yang tepat. Inilah pentingnya edukasi dari awal,” kata dr. Fikri.

Selain itu, pemerintah maupun lembaga pendidikan juga diharapkan turut mengambil peran dengan mengadakan kampanye kesehatan pendengaran secara rutin, termasuk menyediakan fasilitas pemeriksaan telinga secara gratis di lingkungan sekolah maupun tempat umum.

Tetap Gaya, Tetap Sehat

Kesadaran untuk menggunakan teknologi secara bijak adalah kunci agar gaya hidup modern tetap selaras dengan kesehatan. Dengan mengikuti panduan yang diberikan oleh para dokter dan ahli kesehatan, masyarakat tetap bisa menikmati musik, podcast, atau video daring favorit mereka tanpa perlu khawatir kehilangan pendengaran di usia muda.

Menjadikan kesehatan telinga sebagai bagian dari gaya hidup adalah langkah awal untuk mencegah risiko serius di masa depan. Sebab, kualitas hidup yang baik dimulai dari indera yang sehat dan berfungsi optimal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index