Nikel

Inovasi Nikel Mendorong Masa Depan Hijau

Inovasi Nikel Mendorong Masa Depan Hijau
Inovasi Nikel Mendorong Masa Depan Hijau

JAKARTA - Ketika sebagian orang masih memandang industri nikel sekadar sektor ekstraktif yang hanya mengejar keuntungan, PT Vale Indonesia Tbk justru melangkah lebih jauh. Perusahaan yang telah hadir sejak 1968 ini menyadari bahwa keberlanjutan adalah masa depan, dan inovasi menjadi kunci agar manfaat nikel bisa menjangkau lebih luas, tidak hanya secara ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan.

Melalui berbagai terobosan teknologi dan program tanggung jawab lingkungan yang konsisten, Vale Indonesia berhasil mengubah cara pandang publik terhadap industri nikel. Dari yang semula dicurigai merusak alam, kini mulai dikenal sebagai mitra pembangunan berkelanjutan di wilayah operasionalnya.

Salah satu bukti komitmen Vale dalam menjaga lingkungan adalah penerapan teknologi Lamella Gravity Settler (LGS). Teknologi ini merupakan sistem penjernihan air yang telah digunakan dan menjadi standar baru di industri pertambangan di Indonesia. Teknologi ini hasil kerja sama Vale dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) selama dua tahun.

Dengan LGS, PT Vale Indonesia mampu mengolah limbah cair secara efisien sebelum dialirkan kembali ke lingkungan. Hal ini memperlihatkan kepatuhan perusahaan terhadap Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9 Tahun 2006. Hasilnya, Danau Matano—salah satu danau tertua di Indonesia yang berada di area operasional Vale di Sorowako, Luwu Timur tetap terjaga kejernihannya. Kawasan ini kini menjadi daya tarik wisata, sekaligus simbol harmoni antara industri dan alam.

Komitmen terhadap lingkungan juga ditunjukkan melalui fasilitas nursery atau pusat pembibitan yang dibangun Vale di Sorowako. Di atas lahan seluas 2,5 hektare, perusahaan memproduksi sekitar 700 ribu bibit tanaman endemik. Ada 34 jenis tanaman lokal yang dibudidayakan, seperti Nyatoh, Bitti, Betau, Agathis, Jamu-jambu, dan Mata Kucing. Bibit-bibit ini telah digunakan untuk mereklamasi lahan bekas tambang, yang hingga kini telah mencapai 3.791 hektare dari total 5.894 hektare yang pernah digunakan.

Langkah ini tak hanya memperbaiki lanskap pascatambang, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya ekosistem lokal. Inisiatif ini memperlihatkan bahwa industri nikel bisa turut mendukung konservasi lingkungan, bahkan dalam konteks pertambangan.

Sejalan dengan upaya global menurunkan emisi karbon, Vale Indonesia turut mengambil peran aktif. Salah satu langkah nyatanya adalah penggunaan kendaraan listrik untuk operasional perusahaan. Bus listrik yang digunakan memiliki kapasitas 48 penumpang dengan tenaga 240 kilowatt (setara 320 horsepower), dan baterai 315 KWh yang mampu menempuh jarak 250 km.

Tak hanya ramah lingkungan, bus ini juga dilengkapi teknologi regenerative braking yang memungkinkan pengisian ulang baterai saat pengereman. Fitur air suspension pada kendaraan tersebut turut memberi kenyamanan lebih bagi pengguna. Peluncuran bus listrik pertama di Sulawesi Selatan ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Vale menuju target pengurangan emisi GRK sebesar 33 persen pada 2030 dan net zero emission pada 2050.

Selain transportasi ramah lingkungan, sumber energi yang digunakan Vale juga memperkuat reputasinya sebagai perusahaan tambang yang berorientasi pada energi hijau. Di Sorowako, Vale mengoperasikan tiga Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yaitu PLTA Larona (165 MW), PLTA Balambano (110 MW), dan PLTA Karebbe (90 MW). Total investasi untuk pembangunan ketiga PLTA tersebut mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS.

PLTA tidak hanya memenuhi kebutuhan operasional Vale, tetapi juga menopang kebutuhan listrik masyarakat sekitar. Dari sisi lingkungan, penggunaan pembangkit listrik tenaga air ini berhasil menghindarkan pelepasan emisi karbon setara 1 juta CO2eq, selaras dengan komitmen perusahaan dalam menurunkan emisi karbon.

Inovasi lainnya datang dari program Zero Hour Refurbished Truck yang dijalankan bekerja sama dengan PT Trakindo Utama dan PT United Tractors. Dalam program ini, Vale merekondisi dua unit truk 100T (CAT 777 dan Komatsu HD 785) dari kondisi rusak berat menjadi berfungsi seperti baru kembali. Inisiatif ini memperpanjang umur pakai alat berat dan mengurangi limbah alat tambang.

Di samping itu, Vale Indonesia juga memanfaatkan limbah organik dan enceng gondok menjadi kompos untuk pertanian, serta memanfaatkan ban bekas sebagai penguat struktur tebing menggantikan bronjong. Guna menekan konsumsi kertas, perusahaan ini juga telah menerapkan IT Software untuk efisiensi kegiatan administratif secara daring.

Seluruh langkah ini mendukung target Vale Indonesia untuk mencapai zero waste to landfill pada 2025, bahkan lima tahun lebih cepat dari target nasional.

Tak hanya itu, sentuhan inovasi Vale juga menjangkau sektor pertanian. Perusahaan turut membina petani untuk beralih ke sistem pertanian organik, termasuk dalam budidaya padi organik menggunakan metode System of Rice Intensification (SRI). Kolaborasi lintas sektor ini membuktikan bahwa industri nikel dapat bersinergi secara positif dengan sektor lain yang esensial bagi kehidupan masyarakat.

Melalui berbagai inisiatif tersebut, PT Vale Indonesia bukan hanya menambang nikel, tetapi juga menanam harapan bahwa keberlanjutan dan inovasi bisa menjadi jalan tengah antara eksploitasi sumber daya alam dan perlindungan lingkungan hidup.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index