JAKARTA - Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan akibat sentimen pasar yang mendorong kekhawatiran terhadap peningkatan pasokan minyak global. Pada perdagangan terakhir, WTI tercatat di atas level $65 per barel dengan penurunan sekitar 0,55% secara harian, seiring para pelaku pasar mencerna keputusan terbaru Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan menantikan data inventaris minyak AS dari American Petroleum Institute (API).
Organisasi OPEC+, yang merupakan gabungan negara anggota OPEC dan sekutu non-OPEC seperti Rusia dan Meksiko, menyampaikan bahwa terjadi peningkatan produksi minyak secara bertahap sejak Juli yang akan berlanjut hingga Agustus. Langkah ini didasarkan pada permintaan yang tetap kuat di pasar Asia serta perbaikan kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan zona Euro, yang mendorong peningkatan pasokan minyak.
Kontribusi peningkatan ini tercermin dari laporan OPEC yang menyebutkan bahwa produksi minyak OPEC+ pada bulan Juni bertambah sebanyak 349.000 barel per hari, menjadikannya total produksi sebesar 41,56 juta barel per hari. Selain itu, proyeksi OPEC menyebutkan produksi minyak cair dari non-OPEC juga diperkirakan naik sekitar 0,8 juta barel sehari pada tahun 2025, didorong oleh peningkatan produksi di Amerika Serikat, Brasil, dan Kanada.
Fokus pasar selanjutnya tertuju pada laporan mingguan API yang akan dirilis dengan harapan adanya penurunan persediaan minyak AS setelah kenaikan tak terduga sebesar 7,1 juta barel pekan sebelumnya. Penyesuaian data ini diharapkan memberikan tekanan pada harga minyak karena penarikan stok yang lebih besar biasanya menjadi sinyal permintaan yang sehat dan mendukung harga. Sebaliknya, kenaikan stok dapat memperkuat tekanan jual di pasar minyak.
Dari sisi teknikal, harga WTI mendekati level support penting yang terbentuk di Simple Moving Average (SMA) 100-hari sekitar $64,81. Harga yang terus turun melewati level ini berpotensi menargetkan level support lebih rendah di sekitar $63,73 dan bahkan $60,58 jika penurunan berlanjut. Indikator momentum menunjukkan Relative Strength Index (RSI) yang juga menurun ke angka 47, menandakan meredanya tekanan bullish namun belum masuk ke zona oversold. Di sisi sebaliknya, harga masih menghadapi resistance kuat di level sekitar $66,75 dan $68 yang menjadi batasan untuk penguatan jangka pendek.
Secara keseluruhan, dinamika pasar minyak saat ini dipengaruhi oleh keseimbangan kompleks antara peningkatan pasokan global yang dipimpin oleh kesepakatan OPEC+ dan kondisi permintaan yang berkembang di berbagai wilayah dunia. Meskipun ada tekanan dari sisi suplai, prospek pemulihan ekonomi dan kebutuhan energi yang terus ada memastikan pasar minyak tetap menarik dengan peluang stabilitas harga yang seimbang.
Dengan perkembangan ini, pelaku pasar dan pengamat industri terus memantau data persediaan minyak serta perubahan kebijakan produksi dari negara produsen utama untuk menentukan arah harga minyak dalam waktu dekat. Hal ini turut menjadi indikator penting dalam perencanaan energi dan investasi sektor minyak serta implikasi ekonomi bagi negara-negara penghasil maupun pengguna minyak di seluruh dunia.