JAKARTA - Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menegaskan nilai strategis kemenyan yang tak kalah pentingnya dengan nikel dalam perekonomian Indonesia. Dalam sebuah pembekalan kepada peserta Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) dan Pendidikan Penyiapan dan Pemantapan Pimpinan Nasional (P4N) di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Gibran membagikan pengalaman serta pandangannya tentang pengembangan hilirisasi kemenyan yang kerap dipandang sebelah mata.
Awalnya, Gibran menceritakan kunjungannya ke Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, daerah penghasil kemenyan terbesar di Indonesia, di mana ia menemukan potensi besar bahan tersebut sekaligus menghadapi tawa skeptis saat mengusulkan hilirisasi kemenyan. Pendapat umum yang mengasosiasikan kemenyan hanya untuk ritual mistis disebutnya salah besar. Justru kemenyan merupakan bahan baku berharga yang dipakai dalam produk parfum kelas dunia seperti Louis Vuitton dan Gucci.
Lebih jauh, Gibran mengungkapkan bahwa nilai kemenyan tak kalah dengan nikel, komoditas ekspor utama Indonesia yang sudah lama diketahui manfaat ekonominya. Sayangnya, selama ini Indonesia cenderung menjual kemenyan dalam bentuk mentah tanpa nilai tambah. Gibran bertekad mendorong riset dan pengembangan teknologi agar kemenyan dapat diolah secara hilirisasi, meningkatkan nilai ekonomis dan membuka peluang inovasi produk berbasis herbal alami.
Sebagai tanaman penghasil resin, kemenyan berasal dari getah Styrax benzoin yang selain berperan dalam pembuatan parfum juga digunakan dalam lilin aroma dan berbagai produk konsumsi seperti permen karet dan minuman. Ekspor kemenyan Indonesia meliputi pasar utama seperti China, Prancis, Bangladesh, Mesir, dan India. Ekspor kemenyan mencapai volume 43.000 ton dengan nilai lebih dari 52 juta dolar AS.
Kunjungan Gibran ke Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura di Humbang Hasundutan menunjukkan bagaimana riset dan inovasi di bidang herbal terus digalakkan. Di sana dikembangkan berbagai produk turunan dari tanaman lokal tidak hanya kemenyan, tapi juga kunyit, bunga telang, dan kentang yang sedang diuji untuk bioetanol dan kegunaan lain dalam industri. Gibran menyambut antusias pendalaman hilirisasi herbal ini, karena memperkuat kemandirian pangan dan produk nasional serta menambah nilai ekspor bangsa.
Gibran juga memberikan dukungan kuat terhadap anak muda Indonesia agar lebih banyak menggeluti riset terkait komoditas herbal termasuk kemenyan. Dengan akses terhadap alat-alat riset modern, generasi muda diyakini mampu menciptakan produk bernilai tinggi yang tidak sekadar menjual bahan mentah, tetapi produk akhir bernilai ekonomi global. Hal ini menjadi salah satu langkah strategis mengangkat potensi kekayaan alam Indonesia ke panggung dunia.
Dengan perhatian yang semakin besar terhadap hilirisasi komoditas herbal seperti kemenyan, Indonesia membuka peluang baru untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor non-mineral. Inovasi pada tanaman-tanaman unggulan ini turut mendukung visi pembangunan nasional yang fokus pada kemajuan pertanian, hortikultura, dan industri pengolahan berbasis sumber daya lokal.
Kemenyan, yang selama ini dipandang sebelah mata sebagai bahan ritual, kini mendapat tempat sejajar dengan komoditas strategis seperti nikel. Upaya pengembangan hilirisasi ini tidak hanya menyelamatkan nilai ekonomisnya tetapi juga mengangkat nama Indonesia sebagai penghasil bahan herbal dan parfum berkualitas tinggi di dunia. Ini merupakan kabar baik sekaligus peluang besar bagi perekonomian berbasis sumber daya alam berkelanjutan.
Secara keseluruhan, dorongan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dalam mengangkat potensi kemenyan menjadi contoh nyata bagaimana sumber daya alam Indonesia diarahkan untuk menghasilkan nilai tambah dan mendukung kemandirian ekonomi nasional. Melalui pemanfaatan maksimal kekayaan herbal lokal, Indonesia siap menorehkan prestasi di pasar global dengan produk inovatif dan bernilai tinggi. Sungguh, kemenyan bukan hanya warisan tradisi, melainkan aset ekonomi penting yang harus terus dikembangkan demi kemajuan bangsa.