JAKARTA - Dalam upaya mendukung pengembangan sektor pertambangan yang mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Aceh bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD). Kegiatan ini mempertemukan berbagai elemen, mulai dari mahasiswa, akademisi, hingga pelaku industri pertambangan, guna merumuskan kontribusi strategis mahasiswa dalam penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
Diskusi yang berlangsung di ruang pertemuan Unmuha ini menegaskan pentingnya peran mahasiswa tidak hanya sebagai pelaku pendidikan, tetapi juga sebagai bagian aktif yang mendukung pembangunan berkelanjutan di sektor pertambangan. Salah satu poin utama yang disampaikan oleh Muhammad Dwi Cahyo, Ketua Umum DPD IMM Aceh, adalah tentang perluasan wawasan mahasiswa terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan yang melekat pada aktivitas pertambangan.
"Mahasiswa perlu memperluas wawasan mereka, memahami bahwa sektor pertambangan tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga harus memikul tanggung jawab besar terhadap lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG)," tegas Muhammad Dwi Cahyo. Pernyataan ini menjadi dasar bagi diskusi dalam merumuskan langkah konkret kolaborasi mahasiswa yang dapat memberikan dampak positif secara langsung maupun tidak langsung.
Salah satu narasumber penting lainnya, Nurchalis, Anggota Komisi III DPRA, menekankan bahwa penerapan ESG dalam industri pertambangan harus lebih dari sekadar formalitas. Penguatan regulasi dan keterlibatan masyarakat menjadi kunci agar pengawasan terhadap aktivitas pertambangan berjalan efektif dan berkelanjutan.
"Penerapan ESG tidak boleh hanya sebatas simbol. Peraturan harus diperketat, dan pengawasan terhadap perusahaan tambang mesti melibatkan unsur masyarakat, termasuk mahasiswa. Aceh membutuhkan lapangan kerja, jadi perusahaan tidak boleh main-main," ungkap Nurchalis. Hal ini membuka ruang untuk mahasiswa sebagai pengawas partisipatif yang kritis sekaligus mendukung keberlanjutan usaha pertambangan.
Dari sisi pelaku industri, Tengku Khaddafi, Division Head CSR PT Mifa Bersaudara, memaparkan komitmen perusahaan dalam mengintegrasikan ESG ke dalam seluruh aspek operasional mereka. Berbagai program yang menyentuh lingkungan dan pemberdayaan sosial masyarakat menjadi bukti nyata penerapan prinsip keberlanjutan.
"Di PT Mifa, kami tidak hanya berfokus pada produksi, tetapi juga berkomitmen penuh untuk memberdayakan masyarakat sekitar dan menjaga keseimbangan lingkungan," jelas Tengku Khaddafi. Ia juga menambahkan mengenai inisiatif sosial seperti beasiswa bagi masyarakat Aceh Barat yang mendukung kualitas sumber daya manusia dan menunjukkan kepedulian perusahaan dalam aspek sosial.
Pandangan akademisi Ir. Nurul Kamal, M.Sc dari Universitas Syiah Kuala (USK), turut memberikan gambaran positif mengenai implementasi ESG di beberapa perusahaan tambang di Aceh. PT Mifa disebut sebagai contoh yang berhasil menjalankan prinsip-prinsip keberlanjutan dengan baik.
"Jika membahas ESG, PT Mifa adalah contoh terbaik dan sangat tepat dalam implementasinya. Dari beberapa perusahaan tambang yang ada di Aceh, menurut saya PT Mifa cukup berhasil menjalankannya," ujar Nurul Kamal. Pengakuan ini menjadi titik terang yang menunjukkan bahwa penerapan ESG dapat berjalan efektif dengan sinergi antara berbagai pihak.
FGD ini tidak hanya bertujuan untuk mengedukasi, tetapi lebih jauh menciptakan jejaring kolaboratif antara mahasiswa, akademisi, dan pelaku industri. Dengan memahami dan menyepakati pentingnya ESG, mereka diharapkan mampu mendorong praktik tambang yang tidak hanya menghasilkan keuntungan ekonomi, tetapi juga memberikan manfaat sosial dan menjaga kelestarian lingkungan.
DPD IMM Aceh berharap diskusi ini menjadi platform berkelanjutan dalam memperkuat peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang aktif dalam sektor pertambangan. Partisipasi mahasiswa juga diharapkan memberikan inspirasi dan solusi inovatif yang dapat diterapkan dalam kondisi lapangan, menguatkan ikhtiar bersama mencapai pembangunan berkelanjutan di Aceh.
Melalui forum ini, tercermin bahwa penguatan prinsip Environmental, Social, and Governance di sektor pertambangan bukan hanya tugas perusahaan atau pemerintah semata, melainkan tanggung jawab bersama yang memerlukan dukungan dan kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat. Mahasiswa sebagai generasi penerus memiliki potensi besar untuk berkontribusi lewat kajian kritis, pengawasan, serta pengembangan ide-ide strategis demi keberlanjutan industri pertambangan di masa depan.
Dengan semangat kolaborasi dan komitmen yang kuat, diharapkan sektor pertambangan di Aceh bisa menjadi contoh positif dalam penerapan ESG, memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Kegiatan ini sekaligus membuka peluang besar bagi mahasiswa untuk terus belajar dan berperan aktif sebagai bagian dari perubahan positif yang berkelanjutan.