Pelni

Pelni Perkuat Distribusi Lewat Armada Logistik

Pelni Perkuat Distribusi Lewat Armada Logistik
Pelni Perkuat Distribusi Lewat Armada Logistik

JAKARTA - Langkah strategis PT Pelayaran Nasional Indonesia (Persero) atau Pelni dalam mengoptimalkan layanan logistik nasional kian menunjukkan hasil nyata. Melalui pengoperasian delapan kapal logistik, perusahaan pelat merah ini berhasil memberikan dampak signifikan terhadap distribusi barang, khususnya ke wilayah-wilayah terpencil dan perbatasan Indonesia.

Pagi itu, Terminal Petikemas Tanjung Priok tampak hidup. Truk-truk kontainer silih berganti keluar-masuk pelabuhan, bersamaan dengan alat berat yang sibuk menata kargo. Di sisi dermaga, KM Logistik Nusantara 4 tengah bersiap memulai pelayaran. Kapal ini menjadi bagian dari trayek T-2 yang menjangkau berbagai wilayah di Indonesia Barat, dari Tanjung Priok hingga kembali ke pelabuhan yang sama melalui sejumlah titik persinggahan seperti Tarempa, Serasan, dan Subi.

KM Logistik Nusantara 4 adalah satu dari sembilan kapal logistik yang dikelola Pelni. Enam di antaranya merupakan kapal milik sendiri hasil Penyertaan Modal Negara (PMN) dan tiga lainnya berasal dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Dalam operasional tahun 2025 ini, delapan kapal menjalankan trayek rutin, sementara satu kapal lainnya menjadi cadangan sesuai kontrak penugasan.

“Untuk di tahun 2025 ini dari enam kapal logistik yang kami miliki, kami juga ada tiga kapal logistik milik Kementerian Perhubungan sehingga total kapal sembilan,” ujar Direktur Utama Pelni, Tri Andayani, dalam konferensi pers di atas kapal KM Logistik Nusantara 4.

Sejak dioperasikan, kapal-kapal logistik Pelni mencatat pertumbuhan kinerja yang stabil. Tri menyampaikan bahwa volume muatan terus bertambah setiap tahunnya. Sampai tahun ini, Pelni telah mengangkut sekitar 86.000 TEUs, atau 86.000 kontainer dalam 10 tahun terakhir, melalui lebih dari 1.000 pelayaran.

“Adapun kinerja produksi dan operasional dari kapal penugasan yang ditugaskan kepada kami sejak ada 86.000 TEUs yang telah kami angkut selama 10 tahun terakhir,” kata Tri.

Kontribusi kapal-kapal logistik Pelni terhadap distribusi nasional cukup signifikan. Dari total 39 kapal logistik dalam program penugasan nasional, delapan kapal Pelni memberikan kontribusi hingga 40 persen dari total volume muatan nasional. Hal ini mencerminkan efektivitas dan daya jangkau armada Pelni dalam mendistribusikan logistik ke berbagai pelosok negeri.

“Kontribusi kami terhadap total kapal penugasan logistik itu 20 persen dari delapan (jumlah trayek) dari 39 yang ada. Tetapi Alhamdulillah dari delapan kapal ini kami memberikan kontribusi sebesar 40 persen dari muatan logistik nasional,” ungkap Tri.

Rute-rute yang dijalani armada logistik Pelni pun dirancang menyasar daerah-daerah dengan kebutuhan distribusi tinggi, namun terbatas akses. Di tahun ini, kapal-kapal logistik Pelni melayani tiga wilayah utama, yakni satu kapal untuk wilayah Barat, lima kapal untuk wilayah Tengah, dan dua kapal untuk wilayah Timur Indonesia.

Menurut Tri, salah satu trayek yang paling dominan adalah rute Surabaya, Makassar, Kepulauan Maluku Utara, yang mengangkut lebih dari 3.000 kontainer per tahun. Rute ini dinilai sangat optimal karena memiliki volume muatan berangkat sebesar 73 persen dan muatan balik 27 persen. “Trayek ini memang jalur yang benar-benar efektif atau optimal,” ujarnya.

Tak hanya soal volume dan rute, manfaat langsung dari keberadaan kapal logistik Pelni juga dirasakan oleh masyarakat. Penurunan harga barang menjadi salah satu dampak paling nyata. Kapal logistik ini secara rutin mengangkut barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, daging, dan sayuran. Selain itu, juga ada barang strategis seperti semen, baja, pupuk, hingga gas LPG.

Tri menegaskan bahwa kehadiran kapal logistik Pelni mampu menurunkan harga barang di wilayah-wilayah yang sebelumnya memiliki akses terbatas terhadap distribusi barang.

“Kalau kita melihat dampaknya yang paling signifikan adalah terkait dengan penurunan harga. Di Indonesia Barat memberikan dampak penurunan harga 5 sampai 10 persen, Indonesia Tengah 10 sampai 30 persen, dan Indonesia Timur 15 sampai 45 persen,” jelasnya.

Pencapaian ini menandakan bahwa peran Pelni bukan sekadar pelayaran komersial, melainkan juga sebagai alat pemerataan ekonomi. Wilayah yang sebelumnya menghadapi harga tinggi akibat keterbatasan akses logistik kini mulai menikmati harga yang lebih terjangkau berkat intervensi armada Pelni.

Langkah ini juga menunjukkan sinergi antara BUMN dan pemerintah dalam menjawab tantangan logistik nasional. Ke depan, diharapkan model serupa bisa terus diperkuat agar ketimpangan distribusi antarwilayah semakin dapat diminimalisir.

Dengan pengalaman selama satu dekade dalam menjalankan kapal logistik penugasan, Pelni terbukti mampu menjawab tantangan distribusi barang nasional. Efisiensi, jangkauan luas, serta dampak langsung terhadap masyarakat menjadi bukti bahwa peran BUMN di sektor pelayaran tetap relevan dan krusial.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index