JAKARTA - Perombakan berkala pada konstituen indeks LQ45 oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka peluang baru bagi para pelaku pasar. Mulai awal Agustus hingga akhir Oktober 2025, komposisi indeks ini mengalami perubahan, yang menjadi bahan pertimbangan penting bagi investor dalam menentukan strategi investasinya.
Di tengah dinamika pasar yang bergerak fluktuatif, sejumlah analis menilai bahwa terdapat beberapa saham yang tetap menunjukkan performa menjanjikan meskipun terjadi pelemahan secara umum pada indeks LQ45.
Muhammad Wafi, analis dari Korea Investment & Sekuritas Indonesia, menyoroti beberapa saham yang layak dipertimbangkan dalam kondisi saat ini. Menurutnya, saham-saham seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), dan PT United Tractors Tbk (UNTR) berhasil mempertahankan kinerja yang positif sepanjang tahun berjalan.
“Seperti PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT United Tractors Tbk (UNTR), yang menunjukkan kinerja positif sepanjang tahun berjalan,” ujar Wafi.
Ia menjelaskan bahwa daya tahan saham-saham tersebut tidak lepas dari kekuatan fundamental perusahaan masing-masing. Selain itu, sektor tempat emiten tersebut beroperasi termasuk dalam kategori yang tangguh dan tahan terhadap tekanan ekonomi yang mungkin muncul akibat perubahan global maupun domestik.
Lebih lanjut, Wafi mengidentifikasi adanya katalis spesifik yang mempengaruhi performa saham-saham tersebut. Beberapa di antaranya adalah restrukturisasi bisnis yang dilakukan perusahaan dan sentimen positif dari perkembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV), yang menjadi isu utama dalam sektor pertambangan dan energi.
“Minat beli dari investor institusi turut menjadi pendorong kenaikan harga saham,” katanya lagi, menyampaikan bagaimana partisipasi investor besar menjadi salah satu faktor utama di balik penguatan harga.
Dengan melihat kondisi tersebut, Wafi menyarankan agar investor mulai mempertimbangkan untuk menambah eksposur terhadap saham-saham tersebut. Prospek yang stabil dan didukung sentimen positif diperkirakan masih akan memberikan peluang keuntungan dalam beberapa bulan mendatang.
Namun demikian, ia juga mengingatkan agar tetap selektif dalam memilih saham. Beberapa emiten yang masih berada di dalam indeks LQ45 dinilai memiliki kinerja yang kurang optimal dan bisa dipertimbangkan untuk dikurangi porsinya dalam portofolio.
“Melihat dari kinerjanya, ada beberapa saham dari indeks LQ45 yang bisa dikurangi atau dilepas sebagian, seperti PT Timah Tbk (TINS), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM),” ungkapnya.
Pergerakan saham-saham dalam indeks LQ45, lanjutnya, akan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal. Beberapa aspek yang menjadi perhatian adalah arah kebijakan pemerintah, perkembangan makroekonomi nasional dan global, serta rotasi sektoral yang dilakukan oleh pelaku pasar institusional.
Selain itu, dalam waktu dekat, rilis laporan keuangan emiten untuk kuartal II-2025 dipandang sebagai salah satu katalis penting yang berpotensi mengubah arah pergerakan harga saham. Investor diimbau untuk mencermati kinerja aktual perusahaan melalui laporan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan investasi yang rasional.
“Rilis laporan keuangan emiten untuk kuartal II-2025 juga menjadi salah satu katalis penting,” ujar Wafi menegaskan pentingnya laporan keuangan dalam menganalisis prospek saham ke depan.
Bagi investor yang mengincar saham-saham baru yang masuk ke dalam indeks, terdapat dua nama yang patut diperhatikan. Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) resmi bergabung dalam indeks LQ45 per awal Agustus 2025.
Menurut Wafi, kedua saham ini juga bisa menjadi pilihan investasi yang menarik dalam waktu dekat. Potensi pertumbuhan keduanya dinilai positif, terutama karena didukung oleh membaiknya kondisi ekonomi nasional dan meningkatnya minat dari kalangan investor ritel maupun institusi.
“Prospek keduanya masih positif seiring potensi membaiknya kondisi makro dan meningkatnya minat investor,” katanya.
Di tengah proses pemulihan ekonomi dan dinamika global yang terus bergulir, investor dinilai perlu semakin cermat dalam mengelola portofolionya. Pemilihan saham yang tepat, didasarkan pada analisis fundamental dan potensi jangka panjang, akan memberikan hasil yang lebih optimal ketimbang hanya mengikuti tren jangka pendek.
Dalam situasi seperti ini, investor juga disarankan agar lebih berhati-hati terhadap saham-saham yang memiliki risiko pendapatan tinggi (high earning risk) atau valuasi yang terbilang tinggi dibandingkan rerata industrinya. Manajemen risiko menjadi salah satu kunci utama dalam menjaga nilai investasi tetap stabil.
Dengan rebalancing indeks LQ45 sebagai momentum, pelaku pasar memiliki peluang untuk menyusun ulang strategi portofolio dengan mempertimbangkan saham-saham unggulan yang berpotensi menguat dalam jangka menengah hingga panjang. Fokus terhadap kualitas emiten dan daya tahan sektor menjadi fondasi utama untuk tetap bertahan di tengah volatilitas pasar.