JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Maros tengah fokus memperkuat pelayanan kesehatan di wilayah pegunungan yang hingga kini masih menghadapi tantangan kekurangan tenaga dokter. Sejumlah puskesmas yang berada di daerah terpencil seperti Mallawa, Camba, Cenrana, dan Tompobulu belum memiliki jumlah dokter yang ideal.
Kepala Dinas Kesehatan Maros, Muhammad Yunus, menyebutkan bahwa kondisi ini sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Ia menjelaskan, “Di Puskesmas Mallawa hanya ada satu dokter gigi. Di Camba dan Cenrana masing-masing satu dokter. Di Tompobulu ada dua,” katanya saat menjelaskan kondisi terkini.
Idealnya, satu puskesmas memiliki minimal tiga hingga empat dokter untuk memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Standar pelayanan kesehatan mengacu pada rasio satu dokter untuk 5.000 penduduk. Sementara itu, di beberapa wilayah pegunungan jumlah penduduk dalam satu kecamatan bisa mencapai 15.000 hingga 20.000 jiwa. Ketimpangan antara jumlah dokter dan populasi ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
Yunus juga mengungkapkan bahwa kondisi tersebut tidak lantas menghentikan jalannya pelayanan di puskesmas. Koordinasi tetap dilakukan dengan para dokter yang ada. Pelayanan kesehatan terus berjalan meski dengan sumber daya yang terbatas.
Mengapa Wilayah Pegunungan Kurang Diminati
Tantangan utama dalam pemenuhan tenaga kesehatan di wilayah pegunungan terletak pada lokasi yang jauh dari pusat kota. Yunus menuturkan, “Beberapa kali dibuka formasi dokter lewat CPNS, tapi tidak ada yang melamar di wilayah pegunungan.”
Ia memahami bahwa lokasi yang relatif terpencil menjadi pertimbangan bagi para tenaga medis, terutama para dokter muda yang baru lulus dan sedang menentukan tempat pengabdian mereka. Menurutnya, meskipun gaji yang ditawarkan sama dengan daerah lainnya, lokasi yang jauh membuat para pelamar lebih tertarik bertugas di daerah yang lebih dekat dengan pusat kota.
“Jauh dari kota, tapi gaji sama. Jadi banyak dokter lebih memilih bertugas di wilayah perkotaan,” jelasnya.
Inisiatif Pemerintah untuk Dorong Minat Dokter
Menyadari tantangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Maros tidak tinggal diam. Bupati Maros, Chaidir Syam, mengungkapkan bahwa pada tahun 2025 ini pemerintah kembali membuka formasi dokter melalui jalur CPNS. Namun, hasilnya serupa seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu nihil pelamar untuk daerah pegunungan.
Menghadapi situasi ini, Pemkab Maros menempuh langkah alternatif. Salah satunya dengan menggandeng sejumlah perguruan tinggi kedokteran, seperti Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Muslim Indonesia (UMI). Kerja sama ini bertujuan menghadirkan program magang bagi mahasiswa kedokteran di puskesmas-puskesmas wilayah pegunungan.
Melalui program ini, para mahasiswa kedokteran diharapkan bisa mendapatkan pengalaman langsung dalam memberikan pelayanan kesehatan di wilayah terpencil. Di sisi lain, masyarakat juga mendapat manfaat dari tambahan tenaga medis.
“Ini adalah bagian dari solusi jangka pendek sekaligus upaya jangka panjang untuk menarik minat dokter muda,” kata Bupati Chaidir Syam.
Insentif Khusus Sebagai Bentuk Apresiasi
Untuk memberikan motivasi lebih besar kepada para dokter, Pemkab Maros juga menyiapkan regulasi khusus. Salah satunya berupa peraturan bupati tentang insentif tambahan bagi dokter yang bersedia mengabdi di wilayah pegunungan. Langkah ini dinilai strategis untuk mendorong pemerataan pelayanan kesehatan di seluruh wilayah kabupaten.
Insentif tersebut diharapkan menjadi daya tarik tambahan yang mampu mengubah persepsi bahwa bertugas di daerah terpencil selalu identik dengan keterbatasan. Sebaliknya, dengan adanya penghargaan khusus bagi mereka yang bersedia mengabdi di sana, para dokter justru bisa merasa lebih dihargai dan memiliki pengalaman yang sangat berharga dalam karier mereka.
“Harapannya bisa jadi daya tarik agar ada yang bersedia mendaftar ke daerah pegunungan,” ujar Bupati Chaidir.
Memberi Makna Lebih dalam Profesi Dokter
Pengabdian di daerah pegunungan bukan hanya tentang memberikan pelayanan medis, tetapi juga menciptakan dampak yang nyata bagi masyarakat yang jarang tersentuh fasilitas kesehatan yang optimal. Bagi seorang dokter, kesempatan untuk bertugas di daerah semacam ini bisa menjadi ladang pembelajaran yang luas, sekaligus bentuk pengabdian kepada negara dan kemanusiaan.
Dengan langkah-langkah yang telah disiapkan, Pemkab Maros menunjukkan komitmen yang kuat untuk memperbaiki distribusi tenaga medis. Meskipun masih banyak tantangan yang harus dihadapi, upaya yang berkelanjutan seperti kerja sama dengan kampus dan pemberian insentif diyakini mampu membawa perubahan positif.
Pemerintah daerah berharap, semakin banyak lulusan kedokteran yang memiliki semangat pengabdian tinggi, melihat wilayah pegunungan bukan sebagai tempat yang dihindari, melainkan sebagai ladang amal dan karier yang bermakna.