JAKARTA - Pelabuhan Yos Sudarso di Ambon menjadi pusat perhatian ketika puluhan anggota LIRA Maluku dan pedagang asongan bersama-sama menggelar aksi damai. Mereka datang bukan hanya untuk menyuarakan aspirasi, tapi juga membawa pesan penting tentang keadilan ekonomi yang selama ini dirasakan terpinggirkan. Aksi ini terfokus pada kebijakan Pelni dan KSOP yang melarang pedagang asongan berjualan di atas kapal, sehingga secara langsung menghilangkan sumber penghidupan mereka.
Korlap aksi, Salim Rumakefing, menjelaskan bahwa keputusan pelarangan tersebut diambil secara sepihak tanpa mempertimbangkan kondisi riil para pedagang yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas jual beli di kapal. “Larangan ini bukan sekadar soal peraturan, tapi menyangkut kehidupan banyak keluarga yang selama ini bergantung pada peluang ekonomi di pelabuhan,” ujarnya.
Keadilan Ekonomi untuk Pedagang Asongan
Lebih jauh Salim menegaskan, pedagang asongan bukan hanya pelaku usaha kecil biasa, melainkan tulang punggung keluarga mereka. Berjualan di kapal menjadi salah satu cara mereka mempertahankan mata pencaharian secara halal dan berdignitas. “Negara harus hadir untuk melindungi hak-hak ini, bukan malah menghilangkannya,” katanya.
Menurutnya, dengan melarang mereka berjualan, justru semangat kehadiran negara dalam membela rakyat kecil menjadi tercoreng. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ruang-ruang ekonomi strategis di pelabuhan semakin tidak ramah bagi kelompok rentan yang seharusnya dilindungi.
Permintaan Evaluasi Kepemimpinan Pelabuhan
Aksi yang digelar di depan kantor Pelni dan KSOP Pelabuhan Yos Sudarso ini juga membawa tuntutan konkret. LIRA Maluku mendesak Gubernur Maluku untuk segera melakukan evaluasi terhadap Kepala Pelni Cabang Ambon dan Kepala KSOP setempat. Mereka menilai bahwa keputusan pelarangan pedagang asongan tersebut tidak mempertimbangkan dampak sosial yang cukup besar bagi masyarakat kecil.
“Kami minta ada evaluasi cepat agar kebijakan ini bisa diperbaiki, karena yang dirugikan adalah masyarakat kecil yang ingin mencari nafkah dengan cara yang halal dan sederhana,” kata Salim.
Harapan Akan Kebijakan yang Lebih Humanis
Lebih dari sekadar penolakan, aksi ini juga membawa harapan besar agar pemerintah daerah dapat membuka ruang dialog dan solusi bersama. Para pedagang asongan berharap agar kebijakan yang ada tidak memutus mata rantai kehidupan mereka.
“Berikan kami kesempatan berjualan di kapal seperti sebelumnya. Masa depan keluarga kami bergantung pada itu,” seru massa aksi dalam orasinya. Mereka juga meminta Pemprov Maluku untuk turun tangan sebagai fasilitator agar dialog tersebut dapat terwujud dan menghasilkan kebijakan yang inklusif.
Perlindungan Hukum dan Hak Konstitusional
Dalam konteks yang lebih luas, Salim menyoroti bahwa perlindungan terhadap pedagang kecil dan kelompok rentan merupakan amanat negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Negara seharusnya tidak hanya hadir lewat regulasi, tapi juga memastikan bahwa kebijakan yang dibuat tidak merampas kesempatan hidup masyarakat kecil. “Larangan ini tidak hanya merampas peluang ekonomi, tetapi juga melemahkan tujuan kita bersama untuk menjaga kehidupan masyarakat yang paling membutuhkan,” ujarnya.
Membangun Ruang Ekonomi yang Inklusif
Demonstrasi yang berlangsung ini sekaligus menjadi tanda bahwa masyarakat kecil sangat menginginkan ruang ekonomi yang adil dan terbuka. LIRA Maluku bersama pedagang asongan menunjukkan optimisme mereka bahwa dengan dialog dan evaluasi kebijakan, akan tercipta kondisi yang lebih manusiawi dan berkeadilan.
“Ruang kapal harus menjadi akses ekonomi yang inklusif, bukan eksklusif. Ini soal hak hidup dan keadilan sosial,” tegas Salim.
Pelni sebagai Mitra Perubahan
Demonstrasi di pelabuhan Yos Sudarso ini mencerminkan keinginan kuat agar pelayanan pelabuhan tidak hanya sekadar efisien secara teknis, tapi juga ramah terhadap pelaku ekonomi kecil. LIRA Maluku dan para pedagang asongan berharap keberanian mereka menyuarakan keadilan dapat menjadi titik awal perubahan positif. Dengan langkah evaluasi dan dialog terbuka, Pelni diharapkan menjadi mitra yang mampu membawa kesejahteraan dan kemajuan bersama bagi semua lapisan masyarakat di Ambon.