Kemenkes

Kemenkes Perkuat Tenaga Medis Hadapi Krisis Kesehatan

Kemenkes Perkuat Tenaga Medis Hadapi Krisis Kesehatan
Kemenkes Perkuat Tenaga Medis Hadapi Krisis Kesehatan

JAKARTA - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia semakin serius memperkokoh ketahanan kesehatan nasional dengan mengembangkan kapasitas tenaga cadangan kesehatan yang siap menghadapi situasi darurat. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah melalui pelatihan intensif Emergency Medical Team (EMT) Tipe 2 yang dilaksanakan pada awal Agustus 2025 di Sentul, Kabupaten Bogor.

Pelatihan ini merupakan upaya penting dalam memenuhi standar klasifikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekaligus meningkatkan kesiapsiagaan tenaga kesehatan di Indonesia dalam menghadapi bencana dan krisis kesehatan. Sebanyak 95 peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari rumah sakit vertikal Kemenkes, POLRI, hingga organisasi profesi dan LSM, terlibat aktif dalam kegiatan yang berlangsung selama lima hari tersebut.

Kesiapan Menghadapi Risiko Bencana Tinggi

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan tingkat risiko bencana yang tinggi. Oleh sebab itu, penguatan sumber daya manusia kesehatan yang siap dimobilisasi kapan saja menjadi kebutuhan utama. Agus Jamaludin, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, menegaskan pentingnya pelatihan ini sebagai bagian dari transformasi sistem kesehatan di pilar ketahanan kesehatan.

“Indonesia termasuk negara dengan risiko bencana tinggi. Oleh karena itu, kita membutuhkan tenaga kesehatan yang terlatih dan siap dimobilisasi kapan saja,” ujar Agus.

Pelatihan EMT Tipe 2 ini tidak hanya menyiapkan tenaga medis untuk operasi di dalam negeri, tetapi juga meningkatkan kapasitas mereka agar dapat berperan dalam bantuan internasional sesuai standar WHO.

Materi Pelatihan Berbasis Standar Internasional

Kegiatan ini dirancang dengan materi pelatihan yang komprehensif dan praktis, mengacu pada standar operasional EMT Tipe 2 sesuai Blue Book WHO 2021. Peserta mendapatkan pembekalan mulai dari manajemen operasional di lokasi bencana, kesiapan logistik, koordinasi tim, hingga pelayanan medis darurat.

Ketua Pelaksana kegiatan, Eko Medistianto, menyampaikan bahwa para peserta merupakan tenaga cadangan kesehatan resmi yang dipilih oleh pimpinan instansinya. “Kegiatan ini juga menjadi bagian dari proses menuju sertifikasi WHO dan global classification bagi TCK-EMT Tipe 2 Indonesia,” jelas Eko.

Para fasilitator pelatihan berasal dari institusi terkemuka dan berpengalaman, termasuk Universitas Pertahanan RI, Universitas Indonesia, dan WHO. Metode pelatihan yang diterapkan beragam, seperti paparan materi, diskusi interaktif, simulasi lapangan, dan praktik mendirikan rumah sakit lapangan.

Tantangan Pelayanan Kesehatan di Lokasi Bencana

Pelatihan ini memberikan gambaran nyata kepada peserta tentang bagaimana pelayanan kesehatan harus tetap optimal meskipun di tengah keterbatasan fasilitas dan kondisi sulit. Franky Moudy Rumondor, salah satu peserta, mengungkapkan bahwa pengalaman mengikuti pelatihan membuka wawasan terkait dinamika pelayanan di lapangan.

“Di lokasi bencana, tenaga kesehatan harus tetap mampu memberikan pelayanan optimal, meski menghadapi tantangan logistik, komunikasi, bahkan kebutuhan dasar seperti makanan dan tempat tinggal,” ujarnya.

Komitmen Membangun Ketahanan Kesehatan yang Tangguh

Melalui pelatihan ini, Kemenkes menegaskan komitmennya untuk membangun ketahanan kesehatan nasional yang kuat dan responsif. Semua anggota Tenaga Cadangan Kesehatan - Emergency Medical Team (TCK-EMT) Tipe 2 diharapkan memiliki standar kompetensi yang seragam sesuai ketentuan internasional.

Upaya ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam penanganan krisis kesehatan, baik di dalam negeri maupun sebagai bagian dari bantuan kemanusiaan global. Dengan tenaga medis yang siap, terlatih, dan bersertifikasi internasional, Indonesia dapat meningkatkan kapasitas respons bencana secara signifikan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index