Energi

Program Wasteco Pertamina, Solusi Sampah Jadi Energi

Program Wasteco Pertamina, Solusi Sampah Jadi Energi
Program Wasteco Pertamina, Solusi Sampah Jadi Energi

JAKARTA - Pengelolaan sampah selama ini identik dengan persoalan klasik kota besar—penumpukan, bau menyengat, dan keterbatasan lahan. Namun, PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), anak perusahaan PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) Regional Kalimantan, menawarkan cara pandang berbeda. Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk Waste to Energy for Community (Wasteco), sampah justru diperlakukan sebagai sumber energi alternatif yang bermanfaat bagi masyarakat.

Inovasi ini mendapat perhatian luas, tidak hanya dari masyarakat Balikpapan, tetapi juga tingkat nasional dan internasional. Bahkan pada 2024, Wasteco diundang ke ajang prestisius United Nations Global Compact (UNGC) di New York sebagai salah satu praktik baik dalam pengelolaan lingkungan. Tak hanya itu, Menteri Lingkungan Hidup RI Hanif Faisol Nurofiq pun menyempatkan diri berkunjung langsung ke lokasi program di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Manggar, Balikpapan, pada 13 April lalu.

Sampah Jadi Energi Terbarukan

Program Wasteco mengubah gas metana yang muncul dari timbunan sampah organik menjadi sumber energi baru terbarukan (EBT). Energi ini kemudian dialirkan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga maupun usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sekitar TPAS Manggar.

Manager Communication, Relations & CID PHI, Dony Indrawan, menyebut Wasteco sebagai pionir dalam pemanfaatan gas metana dari sampah organik.

“Di PHI, kami percaya bahwa hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah operasi di Kalimantan akan mendukung keberlanjutan operasi dan bisnis perusahaan dalam menghasilkan energi bagi Indonesia,” ujarnya.

Langkah ini sejalan dengan kebijakan keberlanjutan PT Pertamina (Persero) dan Pertamina Hulu Energi (PHE) dalam hal penurunan emisi, efisiensi energi, pengelolaan limbah, hingga konservasi lingkungan.

Dampak Nyata untuk Lingkungan dan Warga

Dari sisi lingkungan, Wasteco memberikan kontribusi signifikan. Program ini berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 100.651,70 ton CO₂eq per tahun. Angka tersebut setara dengan mencegah pelepasan karbon yang dapat memperparah pemanasan global serta menekan risiko bencana akibat kerusakan lingkungan.

Sementara dari sisi sosial-ekonomi, manfaatnya dirasakan langsung oleh masyarakat. Dari 385 ton sampah per hari yang masuk ke TPAS Manggar, potensi gas metana mencapai 1,5 juta meter kubik per tahun. Dari jumlah itu, sudah termanfaatkan 820.800 meter kubik per tahun untuk kebutuhan energi sekitar 380 rumah tangga atau 1.520 jiwa.

Lebih jauh, keberadaan Wasteco melahirkan geliat ekonomi baru. Sebanyak 29 UMKM baru dan kelompok bank sampah yang melibatkan 113 warga dari tiga RT sekitar ikut berkembang berkat energi murah dan stabil yang dihasilkan. Program ini juga menekan biaya memasak rumah tangga hingga Rp456 juta per tahun, karena mengurangi penggunaan gas elpiji 3 kg sebanyak 16.800 tabung per tahun.

Seorang warga penerima manfaat menuturkan, keberadaan program ini benar-benar meringankan beban hidup. Energi yang dihasilkan dari pengolahan sampah membuat biaya rumah tangga lebih hemat, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap elpiji.

Apresiasi dan Replikasi Program

Inovasi ini tidak berhenti di Balikpapan saja. Wasteco telah direplikasi di Bontang dan Bali, serta menjadi rujukan banyak pihak, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.

Senior Manager External Communication & Stakeholder Relations PHE, Fitri Erika, menegaskan bahwa kesadaran dan kepedulian lingkungan adalah kunci lahirnya inovasi semacam ini.

“Dari sisi teknis, pengolahan sampah menjadi gas metana adalah langkah maju dalam menghadapi persoalan sampah,” jelasnya.

PHM bahkan telah mendaftarkan teknologi Wasteco dan memperoleh Hak Kekayaan Intelektual serta Hak Paten dari Kementerian Hukum & HAM RI. Teknologi yang diadopsi merupakan hasil pengembangan dari enam teknik eksplorasi migas, sehingga memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri.

Selaras dengan SDGs

Program Wasteco mendukung pencapaian sejumlah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya:

-SDG 7: Energi Bersih dan Terjangkau,

-SDG 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi,

-SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim.

Dengan kontribusi tersebut, PHM menunjukkan bahwa perusahaan migas pun dapat menjalankan operasi berdasarkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

Komitmen Keberlanjutan

Sebagai bagian dari PHI, PHM mengelola Wilayah Kerja Mahakam di Kalimantan Timur. Di luar operasi hulu migas, perusahaan ini konsisten melaksanakan program tanggung jawab sosial dan lingkungan di bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur, dan tanggap bencana.

Keberadaan Wasteco menjadi bukti bahwa pendekatan keberlanjutan bukan sekadar jargon, melainkan praktik nyata yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat dan bumi.

“Program ini memberikan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat. Keberlanjutannya butuh dukungan semua pihak,” tegas Dony Indrawan.

Sampah yang selama ini dipandang sebagai masalah ternyata bisa menjadi solusi, bahkan sumber energi baru. Program Wasteco karya PHM bukan hanya membantu mengurangi tumpukan sampah dan emisi karbon, tapi juga memberi energi bersih, menekan biaya rumah tangga, serta membuka peluang usaha baru.

Balikpapan menjadi saksi bagaimana inovasi lokal mampu memberi inspirasi global. Dengan replikasi di berbagai daerah, bukan mustahil model Wasteco akan menjadi salah satu pilar penting transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index