Kementrian PU

JIAT Jadi Solusi Kementerian PU untuk Daerah Tadah Hujan

JIAT Jadi Solusi Kementerian PU untuk Daerah Tadah Hujan
JIAT Jadi Solusi Kementerian PU untuk Daerah Tadah Hujan

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus memperluas pembangunan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) sebagai langkah strategis mendukung produktivitas pertanian, khususnya di wilayah rawan kekeringan seperti Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Langkah ini dinilai sebagai solusi efektif bagi daerah tadah hujan yang selama ini sangat bergantung pada curah hujan musiman dalam mengelola lahan pertanian.

Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menegaskan komitmen pemerintah untuk memastikan ketersediaan air bagi petani sepanjang tahun. 

“Kita sudah komit bersama Ibu Bupati untuk seluruh area Gunungkidul yang memiliki potensi air tanah memadai, kita akan bantu bangun beberapa titik tambahan jaringan irigasi air tanah secara bertahap, sekaligus memperhatikan kebutuhan jalan usaha tani agar akses petani ke lahan juga semakin mudah,” kata Dody dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Minggu.

JIAT Jadi Solusi Daerah Tadah Hujan Seperti Gunungkidul

Gunungkidul dikenal sebagai wilayah dengan kondisi geologi karst dan minim sumber air permukaan. Karena itu, irigasi air tanah menjadi salah satu jawaban untuk mengatasi persoalan klasik kekeringan dan keterbatasan air bagi sektor pertanian.

Menurut Dody, infrastruktur irigasi air tanah memberi harapan baru bagi petani agar tidak lagi sepenuhnya bergantung pada hujan. “Infrastruktur irigasi air tanah menjadi solusi bagi daerah tadah hujan seperti Gunungkidul agar petani bisa menanam lebih dari sekali dalam setahun,” ujar Dody.

Salah satu wilayah penerima manfaat dari program ini adalah Dukuh Bulak Blimbing, Kelurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. 

Di lokasi tersebut, JIAT dibangun dengan memanfaatkan potensi air tanah dalam, untuk menjamin ketersediaan air irigasi secara berkelanjutan sepanjang tahun.

Proyek JIAT Blimbing Dukung Produktivitas Pertanian Lokal

Pembangunan JIAT Blimbing bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan nilai proyek mencapai Rp578 juta. Jaringan irigasi ini memiliki panjang saluran 172 meter dan memberikan layanan air untuk area pertanian seluas 14,5 hektare.

Lebih jauh, Dody menjelaskan bahwa keberadaan JIAT Blimbing telah membawa dampak nyata bagi peningkatan produktivitas petani setempat. “Keberadaan JIAT Blimbing telah memberikan manfaat untuk meningkatkan luas tambah tanam (LTT) hingga 32 hektar,” ujarnya.

Keberhasilan tersebut tidak lepas dari dukungan sistem pompa air tanah yang dilengkapi sumur dalam sedalam 100 meter. Pompa ini mampu menyediakan debit air mencapai 30 liter per detik, sehingga kebutuhan irigasi dapat terpenuhi secara konsisten.

Teknologi Modern Perkuat Efisiensi dan Ketahanan Air

Selain mengandalkan sumber air tanah, sistem JIAT Blimbing juga dilengkapi dengan jaringan distribusi sepanjang 4,67 kilometer. Di dalamnya terdapat rumah genset dan panel pompa yang berfungsi menjaga kestabilan suplai air ke lahan pertanian sepanjang tahun.

Teknologi tersebut memungkinkan air dialirkan ke berbagai titik lahan secara efisien tanpa mengandalkan aliran air permukaan. 

Dody menegaskan bahwa pendekatan berbasis teknologi ini menjadi bagian dari visi besar Kementerian PU dalam menciptakan sistem irigasi modern yang hemat energi, berdaya guna tinggi, dan ramah lingkungan.

“Ke depan, kita ingin Gunungkidul tidak lagi bergantung sepenuhnya pada hujan. Secara perlahan, seluruh wilayah akan berubah menjadi kawasan yang produktif," ujarnya.

Dampak Positif terhadap Kesejahteraan Petani dan Ekonomi Daerah

Program irigasi air tanah bukan hanya soal infrastruktur, tetapi juga berhubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan petani. Dengan adanya pasokan air yang stabil, petani di wilayah tadah hujan seperti Gunungkidul kini bisa melakukan tanam lebih dari satu kali setahun.

Peningkatan intensitas tanam ini secara otomatis akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, mengurangi risiko gagal panen akibat kekeringan, serta memperkuat ketahanan pangan di tingkat lokal.

Kementerian PU berharap, dengan makin banyaknya JIAT yang dibangun, akan muncul efek domino positif di bidang sosial-ekonomi, mulai dari peningkatan hasil panen, terbukanya lapangan kerja baru, hingga tumbuhnya kegiatan ekonomi pendukung di sekitar kawasan pertanian.

Konsistensi Pemerintah Lanjutkan Program Irigasi Sejak 1980-an

Secara historis, pembangunan irigasi air tanah di Gunungkidul bukan hal baru. Sejak tahun 1980-an, telah terbangun sekitar 40 jaringan irigasi air tanah di berbagai wilayah kabupaten tersebut. 

Program ini terus berlanjut sebagai bagian dari komitmen jangka panjang pemerintah untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan kemandirian petani.

Dody menyebut pembangunan JIAT di Blimbing merupakan kelanjutan dari upaya pemerintah untuk memperluas jangkauan infrastruktur pertanian yang efektif.

“Pembangunan JIAT baru seperti di Blimbing menjadi bukti kesinambungan program Kementerian PU melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak dalam memanfaatkan potensi air bawah tanah untuk mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani,” ungkapnya.

Dengan dukungan berbagai pihak, terutama pemerintah daerah dan masyarakat petani, program ini diharapkan dapat terus berlanjut ke wilayah lain yang memiliki kondisi serupa.

Arah Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutan

Pembangunan JIAT menjadi simbol penting transformasi kebijakan pemerintah dalam sektor pertanian. Fokusnya tidak lagi semata pada peningkatan luas lahan, tetapi juga pada efisiensi penggunaan sumber daya air dan adaptasi terhadap perubahan iklim.

Dengan sistem irigasi berbasis air tanah, pemerintah berupaya memastikan bahwa setiap tetes air memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Langkah ini juga mendukung agenda besar nasional dalam mewujudkan ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan di masa depan.

Kesimpulan: Dari Lahan Gersang Menuju Pertanian Produktif

Melalui pembangunan jaringan irigasi air tanah di Gunungkidul, Kementerian PU menunjukkan komitmennya untuk menghadirkan solusi konkret bagi daerah rawan kekeringan.

Inisiatif ini tidak hanya menjawab kebutuhan petani akan air, tetapi juga menegaskan peran infrastruktur sebagai motor penggerak perubahan ekonomi dan sosial di daerah-daerah tertinggal.

Dengan keberhasilan program JIAT Blimbing, pemerintah optimistis transformasi serupa dapat diterapkan di daerah lain di Indonesia yang menghadapi tantangan serupa — membawa harapan baru bagi petani, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index