IHSG

IHSG Siap Uji Level Baru, Investor Disarankan Cermati Saham Ini

IHSG Siap Uji Level Baru, Investor Disarankan Cermati Saham Ini
IHSG Siap Uji Level Baru, Investor Disarankan Cermati Saham Ini

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan performa positif di awal pekan Oktober 2025. Pada penutupan perdagangan Selasa (7/10/2025), IHSG menguat 0,36% ke level 8.169. 

Bahkan, indeks sempat menembus titik intraday tertinggi barunya di 8.217, menandakan dorongan kuat dari faktor eksternal maupun domestik yang menopang laju pasar saham.

Namun, di balik penguatan tersebut, analis menekankan bahwa arah IHSG ke depan akan sangat dipengaruhi oleh sentimen makroekonomi global, fundamental domestik, serta sinyal teknikal yang mengindikasikan potensi kelanjutan tren positif.

Dukungan dari Proyeksi Ekonomi Bank Dunia

Salah satu faktor utama yang memperkuat optimisme pasar adalah revisi proyeksi ekonomi Indonesia oleh Bank Dunia. 

Lembaga keuangan internasional itu menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dari 4,7% menjadi 4,8% YoY. Angka tersebut identik dengan proyeksi untuk 2026, menunjukkan ekspektasi stabilitas pertumbuhan jangka pendek.

Menurut Alrich Paskalis Tambolang, Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, revisi ini sejalan dengan proyeksi kawasan Asia Timur dan Pasifik.

“Proyeksi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia ini searah dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Timur dan Pasifik yang diperkirakan lebih tinggi dari perkiraan April 2025, namun masih lebih rendah dibandingkan tahun 2024,” jelasnya.

Kabar ini menjadi katalis positif, karena pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur penting bagi daya tarik pasar modal domestik di mata investor asing.

Dampak Cadangan Devisa dan Kebijakan Pemerintah

Meski ada sentimen positif, IHSG juga menghadapi tekanan dari sisi cadangan devisa. Data terbaru menunjukkan cadangan devisa Indonesia turun menjadi US$148,7 miliar per September, dari US$150,7 miliar di bulan sebelumnya. Angka ini merupakan yang terendah sejak Juli 2024.

Alrich menjelaskan, penurunan tersebut terutama disebabkan oleh pembayaran utang valas pemerintah serta upaya stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah tekanan global.

“Namun cadangan devisa saat ini masih mampu membiayai 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang, di atas standar internasional yang sebesar 3 bulan impor,” paparnya.

Selain itu, keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif listrik PLN di kuartal IV turut memberi sentimen positif. Kebijakan ini diyakini membantu menjaga daya beli masyarakat, sekaligus mendukung kinerja sektor konsumsi yang menjadi salah satu penopang IHSG.

Indikator Teknikal Beri Sinyal Bullish

Dari sisi teknikal, Alrich menilai posisi IHSG semakin menarik. Ia mencatat bahwa indikator Stochastic RSI bergerak di pivot area, sementara pola negative slope pada MACD mulai menyempit dengan potensi membentuk golden cross. “Ini merupakan sinyal awal terjadi bullish,” ungkapnya.

Menurut Alrich, jika IHSG mampu bertahan di atas level psikologis 8.200–8.217 dengan dukungan volume transaksi yang solid, maka tren penguatan akan semakin kuat. Target berikutnya adalah pengujian level resistance baru.

Agenda Data Ekonomi Jadi Penentu

Pasar juga menanti rilis sejumlah data ekonomi domestik yang berpotensi menggerakkan IHSG lebih lanjut. 

Data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan September 2025 diperkirakan meningkat ke level 120 dari 117,2 pada Agustus. Optimisme konsumen yang lebih tinggi biasanya memberi sentimen positif bagi sektor konsumsi dan ritel.

Selain itu, data penjualan sepeda motor domestik bulan September juga akan dirilis. Angka penjualan kendaraan roda dua kerap dianggap sebagai indikator daya beli masyarakat, sehingga bisa memengaruhi persepsi investor terhadap sektor otomotif dan konsumsi.

Saham Pilihan Analis untuk Rabu

Di tengah dinamika sentimen tersebut, analis menyoroti beberapa saham yang layak diperhatikan investor. Alrich merekomendasikan lima saham dengan prospek menarik:

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Sebagai emiten konsumer besar, INDF diuntungkan oleh stabilitas harga pangan dan kebijakan pemerintah menjaga daya beli. Prospek pendapatan berulang yang kuat membuat saham ini dianggap defensif.

PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)
Perusahaan logistik ini diperkirakan akan meraih manfaat dari tren ekspansi e-commerce dan pertumbuhan permintaan distribusi barang.

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
Emiten tambang emas dan tembaga ini mendapat dorongan dari harga logam mulia yang cenderung menguat di tengah ketidakpastian global.

PT Sentul City Tbk (BKSL)
Dari sektor properti, BKSL bisa menjadi pilihan dengan potensi pemulihan pasar residensial dan proyek pengembangan kawasan.

PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Salah satu pengembang properti terbesar dengan portofolio mal dan perkantoran, PWON diperkirakan mendapat keuntungan dari stabilnya konsumsi kelas menengah.

Kesimpulan: IHSG Masih Punya Ruang

Secara keseluruhan, prospek IHSG masih cenderung positif dalam jangka pendek. 

Kombinasi faktor fundamental berupa proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, dukungan kebijakan pemerintah menjaga daya beli, serta sinyal teknikal yang menunjukkan peluang bullish, menjadi modal bagi indeks untuk melanjutkan reli.

Namun, investor tetap perlu mencermati risiko, khususnya terkait fluktuasi rupiah, tren cadangan devisa, dan kondisi global. Aksi ambil untung (profit taking) jangka pendek bisa saja terjadi, terutama jika IHSG gagal bertahan di atas level 8.200.

Dengan strategi selektif, saham-saham pilihan di sektor konsumsi, logistik, tambang, dan properti yang disebutkan analis bisa menjadi alternatif menarik untuk mengoptimalkan peluang di tengah potensi penguatan IHSG.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index