IHSG

IHSG Sentuh Rekor Tertinggi, Asing Incar Saham Konglomerat dan Blue Chip

IHSG Sentuh Rekor Tertinggi, Asing Incar Saham Konglomerat dan Blue Chip
IHSG Sentuh Rekor Tertinggi, Asing Incar Saham Konglomerat dan Blue Chip

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menorehkan sejarah dengan menutup perdagangan di level tertinggi sepanjang masa pada Selasa 7 Oktober 2025.

 Meski investor asing secara keseluruhan masih mencatat penjualan bersih (net sell) mini sebesar Rp89,45 miliar, sejumlah saham strategis justru diborong dengan nilai yang cukup besar.

Data menunjukkan, dari total net sell tersebut, sebesar Rp65,11 miliar terjadi di pasar reguler, sementara Rp24,34 miliar di pasar negosiasi dan tunai. Namun, pergerakan asing di balik layar mengungkap cerita berbeda: ada saham-saham pilihan yang menjadi target akumulasi mereka.

CUAN Jadi Primadona, Asing Masif Beli Saham Prajogo Pangestu

Di antara emiten yang masuk radar asing, saham milik konglomerat Prajogo Pangestu tampil paling menonjol. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) membukukan net foreign buy Rp275,3 miliar, menjadi yang terbesar di pasar. Rata-rata pembelian asing terjadi di harga Rp2.076,6 per lembar.

Kinerja ini membuat CUAN melesat 24,72% ke Rp2.220 per saham, sekaligus menyumbang kontribusi signifikan terhadap kenaikan IHSG, yakni sebesar 18,15 indeks poin. Lonjakan ini menegaskan bahwa saham-saham yang dimiliki kelompok usaha besar masih menjadi magnet utama bagi investor global.

Selain CUAN, saham Barito Pacific (BRPT) juga masuk daftar favorit asing dengan net buy Rp97,51 miliar. Saham ini naik 3,5% ke Rp4.140 per lembar, memberikan kontribusi 8,72 indeks poin. 

Tak ketinggalan, saham Chandra Daya Investasi (CDIA), yang masih terkait dengan grup usaha Prajogo, ikut melesat 11,50% ke Rp2.230 per saham dengan sumbangsih 7,04 poin.

WIFI hingga BBCA Masuk Radar Investor Asing

Menariknya, selain saham grup Prajogo, investor asing juga mengalihkan dana mereka ke sektor digital, energi, dan perbankan besar. PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) misalnya, mencatat net buy Rp170,89 miliar. 

Sementara PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), sebagai bank dengan kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia, ikut masuk daftar dengan pembelian bersih Rp85,39 miliar.

Emiten energi juga tidak ketinggalan. PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) berhasil mencatat net buy Rp79,57 miliar, sementara PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dan PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) masing-masing menarik pembelian asing Rp53,43 miliar dan Rp44,98 miliar.

Daftar 10 saham dengan net foreign buy terbesar pada perdagangan Selasa 7 Oktober 2025 adalah sebagai berikut:

PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) – Rp275,30 miliar

PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) – Rp170,89 miliar

PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) – Rp97,51 miliar

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) – Rp85,39 miliar

PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) – Rp79,57 miliar

PT Impack Pratama Industri Tbk. (IMPC) – Rp75,72 miliar

PT Astra International Tbk. (ASII) – Rp55,99 miliar

PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) – Rp53,43 miliar

PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA) – Rp44,98 miliar

PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) – Rp35,67 miliar

IHSG Menguat di Tengah Dinamika Pasar

Secara keseluruhan, IHSG pada perdagangan Selasa menguat 0,36% atau naik 29,38 poin, menutup hari di level 8.169,28. Angka ini resmi menjadi rekor harga penutupan tertinggi IHSG sepanjang sejarah.

Dari total perdagangan, sebanyak 280 saham menguat, 401 saham melemah, dan 119 stagnan. Nilai transaksi juga tercatat ramai, mencapai Rp28,74 triliun, dengan volume 44,56 miliar saham dalam 3,17 juta kali transaksi.

Mayoritas sektor perdagangan ikut menopang kinerja IHSG, terutama saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip) dan milik konglomerat yang menunjukkan performa impresif.

Kombinasi Konglomerat dan Blue Chip Jadi Motor Penggerak

Emiten-emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi salah satu motor utama kinerja IHSG. Lonjakan harga saham CUAN, BRPT, dan CDIA memperlihatkan betapa dominasi konglomerat masih mampu memberi pengaruh besar terhadap arah indeks.

Namun, peran saham blue chip juga tidak bisa dikesampingkan. BBCA, Astra International (ASII), hingga Medco Energi (MEDC) menjadi bukti bahwa investor asing masih memandang perusahaan besar dan mapan sebagai pilihan aman di tengah ketidakpastian global.

Dengan kombinasi keduanya — saham konglomerat yang agresif tumbuh dan saham blue chip yang stabil — IHSG berhasil menembus rekor baru.

Sinyal Optimisme, Tapi Tetap Selektif

Rekor IHSG kali ini menunjukkan sinyal optimisme pasar modal Indonesia, meski masih dibayangi tren penjualan asing dalam skala kecil. Penguatan harga pada saham-saham tertentu, terutama milik konglomerat dan blue chip, memperlihatkan bahwa pasar masih memiliki daya tarik kuat bagi investor global.

Namun, perlu dicatat bahwa pola pergerakan asing tetap selektif. 

Mereka tidak memborong semua saham, melainkan hanya menempatkan dana pada emiten yang memiliki prospek cerah, fundamental kuat, dan keterkaitan erat dengan tren ekonomi ke depan, seperti energi, digitalisasi, dan perbankan besar.

Penutup: Momentum IHSG dan Peran Strategis Asing

Capaian rekor IHSG pada Oktober 2025 tidak lepas dari kombinasi faktor domestik dan global. Investor asing meski mencatat net sell secara agregat, tetap menjadi motor di balik lonjakan beberapa saham unggulan.

Dominasi emiten konglomerat seperti CUAN dan BRPT, serta peran saham blue chip seperti BBCA dan ASII, memperlihatkan bahwa pasar modal Indonesia masih memiliki daya tarik tinggi di mata global.

Momentum ini bisa menjadi sinyal penting bahwa dengan dukungan investor asing dan optimisme pasar domestik, IHSG berpotensi terus melanjutkan tren positifnya, asalkan kondisi global tetap kondusif dan investor lokal ikut menjaga likuiditas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index