FUTR

Futura Energi (FUTR) Bertransformasi Jadi Holding Hijau Nasional

Futura Energi (FUTR) Bertransformasi Jadi Holding Hijau Nasional
Futura Energi (FUTR) Bertransformasi Jadi Holding Hijau Nasional

JAKARTA - Transformasi besar sedang berlangsung di tubuh PT Futura Energi Global Tbk. (FUTR). Setelah resmi diakuisisi oleh PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara), perseroan kini menatap arah baru sebagai holding energi hijau yang berfokus pada proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT). 

Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa FUTR akan memainkan peran penting dalam peta transisi energi Indonesia.

Transformasi Pasca Akuisisi Ardhantara

Direktur Utama FUTR, Tonny Agus Mulyantono, mengungkapkan bahwa pengendali baru menargetkan perseroan sebagai induk yang menaungi berbagai inisiatif energi hijau. Menurutnya, Ardhantara memang memiliki visi untuk mengarahkan FUTR ke sektor EBT sejalan dengan kebijakan energi nasional.

“PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara) sebagai pengendali baru Perseroan berencana akan lebih mengembangkan bisnis Perseroan dalam bidang energi, khususnya EBT. Perseroan akan diarahkan sebagai holding energi hijau yang akan memayungi proyek-proyek energi,” jelas Tonny dalam keterbukaan informasi.

Saat ini, persiapan sudah dilakukan melalui serangkaian studi kelayakan bisnis. Kajian tersebut akan dipaparkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), termasuk pembahasan mengenai perubahan kegiatan usaha dan rencana rights issue yang ditargetkan pada 2026.

“Studi Kelayakan Bisnis atas bisnis EBT sedang dalam proses persiapan oleh Perseroan bersama-sama dengan Pengendali Baru. Hal ini akan disampaikan pada saat RUPS terkait perubahan kegiatan usaha dan juga rencana right issue yang ditargetkan akan dilaksanakan pada tahun 2026,” tambah Tonny.

Sejalan dengan Peta Jalan Energi Nasional

Rencana transformasi FUTR tidak muncul begitu saja. Arah kebijakan pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 memberi ruang besar bagi energi terbarukan. Pemerintah menargetkan 75% tambahan kapasitas listrik berasal dari EBT, sekaligus memangkas 5,5 gigawatt kapasitas PLTU batu bara.

Tonny menegaskan, strategi FUTR di bawah kendali Ardhantara sepenuhnya sinkron dengan agenda tersebut.

 “Pengendali baru Perseroan yaitu Ardhantara merupakan perusahaan holding di sektor energi dan memiliki rencana untuk memasukan aset yang berbasis energi terbarukan seperti geothermal Gunung Slamet melalui anak usaha SAE, maupun beberapa aset yang saat ini masih dalam proses. Melalui Perseroan, Ardhantara akan melakukan transformasi menuju perusahaan energi terbarukan berstandar internasional,” paparnya.

Rights Issue dan Masuknya Aset EBT

Sebagai bukti komitmen, Ardhantara menyiapkan rights issue untuk memasukkan aset-aset berbasis energi ke dalam tubuh FUTR. Salah satunya adalah proyek konsesi geothermal di Gunung Slamet yang kini sudah memasuki tahap eksplorasi aktif.

Proyek ini memiliki nilai investasi awal lebih dari US$85 juta atau sekitar Rp1,5 triliun, mencakup kegiatan geosurvey, pengeboran sumur eksplorasi tahap awal, serta pembangunan infrastruktur pendukung.

“Untuk proyek konsesi Geothermal di Gunung Slamet, pengendali perseroan melalui anak usahanya telah memasuki tahap eksplorasi aktif, dengan kegiatan geosurvey, pengeboran sumur eksplorasi tahap awal, dan pembangunan akses infrastruktur utama dengan investasi awal ini memiliki nilai lebih dari USD 85 juta atau setara Rp1,5 triliun,” ujar Tonny.

Lebih jauh, proyek geothermal tersebut telah memiliki Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN untuk kapasitas 220 MW dengan masa kontrak 30 tahun setelah commercial operation date (COD).

“Pengendali Baru melalui entitas anak usaha SAE telah memiliki Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN untuk jangka waktu 30 tahun setelah COD,” lanjut Tonny.

Tahap pengeboran tambahan ditargetkan dimulai pada 2026 dengan kapasitas awal 20 MW. FUTR berharap pembangunan pembangkit bisa rampung hingga mencapai tahap COD pada 2027.

Pendanaan proyek akan bersumber dari kombinasi kas internal, mitra strategis, dan pihak ketiga. “Berdasarkan informasi dari Ardhantara, sumber pendanaan proyek tersebut berasal dari kas internal, mitra kerja dan pihak ketiga lainnya,” kata Tonny.

Tidak Hanya Geothermal, PLTS Juga Disiapkan

Selain mengembangkan geothermal, FUTR juga menargetkan sektor surya. Saat ini, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sedang dalam tahap persiapan dengan kapasitas awal 3,8 MW. Target jangka panjangnya adalah mengembangkan PLTS hingga total potensi 130 MW secara bertahap.

“Saat ini, Pengendali Baru sedang berproses untuk proyek PLTS dengan potensi 3,8 MW. Dan secara bertahap, total potensi PLTS akan menjadi total 130 MW,” jelas Tonny.

Dengan dua pilar utama ini, geothermal dan PLTS, FUTR diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak transisi energi bersih di Indonesia.

Struktur Kepemilikan Ardhantara

Sebagai pengendali baru, Ardhantara memiliki struktur kepemilikan yang terdiri dari PT Raka Energi Mandiri (37,5%), PT Bina Wisesa Perkasa (37,5%), dan PT Amartya Inti Investama (25%). Adapun penerima manfaat utama adalah Geremy Gandhi Masukhani yang tercatat sebagai pemilik Raka Energi Mandiri.

Harapan Jadi Pemain Internasional

Langkah Ardhantara mengakuisisi FUTR dinilai bukan sekadar menambah portofolio, melainkan meletakkan fondasi agar perseroan bisa bersaing di level internasional. 

Kombinasi antara dukungan pemerintah, kebutuhan energi bersih yang terus meningkat, serta kepemilikan aset potensial memberi peluang besar bagi FUTR untuk melangkah lebih jauh.

Transformasi menjadi holding energi hijau ini sekaligus menjadi jawaban atas tantangan era transisi energi. Jika berhasil mengeksekusi rencana besar ini, FUTR bukan hanya sekadar bertahan, melainkan berpeluang menjadi pelopor energi hijau yang berpengaruh di Indonesia bahkan kawasan regional.

Kesimpulan

PT Futura Energi Global Tbk. (FUTR) tengah menapaki jalur baru setelah masuknya Ardhantara sebagai pengendali. Dengan strategi rights issue, integrasi aset EBT, dan fokus pada proyek geothermal serta PLTS, FUTR siap menjelma menjadi holding energi hijau yang relevan dengan agenda nasional transisi energi.

Meski jalan masih panjang hingga 2027, arah bisnis yang jelas membuat FUTR berpotensi menjadi pemain penting di industri EBT. Transformasi ini tidak hanya menandai era baru bagi perseroan, tetapi juga kontribusi nyata dalam mempercepat pencapaian target energi bersih Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index