Ekowisata

Ekowisata Puncak Bogor Jadi Peluang Investasi Ramah Lingkungan

Ekowisata Puncak Bogor Jadi Peluang Investasi Ramah Lingkungan
Ekowisata Puncak Bogor Jadi Peluang Investasi Ramah Lingkungan

JAKARTA - Kawasan Puncak, Bogor, semakin dilirik bukan hanya sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga sebagai peluang besar untuk pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. 

Dengan kekayaan alam yang melimpah, karakter pedesaan yang masih kental, serta dukungan berbagai pihak, Puncak dinilai mampu menjadi contoh sukses pembangunan wisata berkelanjutan di Indonesia.

Pakar Perencanaan Wilayah dan Kota dari Universitas Pakuan (Unpak), Yogie Syahbandar, menilai potensi ini tidak boleh dibiarkan begitu saja. 

Menurutnya, pengelolaan ekowisata di Puncak bisa menjadi berkah bagi masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian alam yang sudah sejak lama menjadi daya tarik wilayah ini.

“Bogor memiliki potensi wisata alam yang sangat beragam, mulai dari pegunungan, pertanian, gua, hingga hutan. Karakteristik pedesaannya yang kuat menjadikannya ideal untuk wisata berbasis pemberdayaan masyarakat lokal,” jelas Yogie.

Sinergi Masyarakat, Pemerintah, dan Dunia Usaha

Yogie menegaskan bahwa pengembangan ekowisata tidak bisa dilakukan secara serampangan. Ada sejumlah aspek penting yang harus diperhatikan, mulai dari sosial, ekonomi, budaya, hingga infrastruktur dan tata kelola kelembagaan. 

Bahkan, promosi dan pembentukan kelompok ekowisata lokal dianggap sangat penting agar masyarakat menjadi penggerak utama.

Ia menekankan perlunya konsep triple helix, yakni sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku usaha. Korporasi, kata Yogie, dapat berperan besar dalam mempercepat program ekowisata melalui inkubasi maupun pendanaan.

“Dalam konsep triple helix, harus ada sinergi antara masyarakat, pemerintah, dan pengusaha. Korporasi bisa berperan dalam inkubasi, percepatan, maupun pelaksanaan program ekowisata. Yang penting, koridor sosial, ekonomi, dan lingkungan tetap dijaga,” ungkap Yogie yang juga Ketua Korwil ASPI Jabodetabek.

Salah satu contoh yang ia sebutkan adalah Eiger, sebuah brand outdoor ternama yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian alam. 

Menurut Yogie, keterlibatan perusahaan semacam ini bisa menjadi pengungkit pembangunan berkelanjutan. Namun, ia mengingatkan pentingnya pengawasan agar aktivitas korporasi tidak melenceng dari tujuan konservasi.

“Biasanya, perusahaan yang peduli terhadap lingkungan akan menjalankan usaha yang sejalan dengan prinsip konservasi. Namun tetap harus diawasi agar tidak menyalahi tujuan pelestarian,” tambahnya.

Puncak sebagai Sumber Kehidupan Warga

Selain aspek lingkungan, pengembangan ekowisata Puncak juga harus menimbang keberlangsungan ekonomi masyarakat setempat. Hal ini disampaikan oleh anggota DPRD Kabupaten Bogor, Fahirmal Fahim, yang menegaskan bahwa Puncak bukan sekadar destinasi wisata, tetapi juga ruang hidup bagi ribuan warga yang menggantungkan penghidupan di kawasan ini.

“Kawasan Puncak bukan hanya destinasi wisata, tapi juga sumber penghidupan bagi ribuan warga. Karena itu, kami berharap pemerintah memberi ruang transisi dan pendampingan bagi para pelaku usaha yang sedang melengkapi izin atau menyesuaikan dengan ketentuan,” jelas Fahirmal.

Ia menambahkan, DPRD Kabupaten Bogor berkomitmen mengawal proses penataan kawasan agar kebijakan pembangunan tetap berpihak pada masyarakat tanpa mengorbankan kelestarian alam.

“Kami percaya, kebijakan yang baik adalah yang mampu melindungi alam sekaligus menyejahterakan masyarakat,” kata Fahirmal menegaskan.

Ekowisata sebagai Investasi Jangka Panjang

Pengembangan Puncak berbasis ekowisata dinilai sebagai investasi jangka panjang. Bukan hanya untuk menarik wisatawan domestik maupun mancanegara, melainkan juga untuk menjawab tantangan lingkungan, sosial, dan ekonomi yang terus berkembang.

Menurut Yogie, jika dikelola dengan tepat, ekowisata bisa menjadi model pariwisata yang tidak hanya mengejar keuntungan finansial semata, tetapi juga membangun ekosistem masyarakat yang mandiri, berdaya, serta berkomitmen menjaga lingkungannya.

“Ekowisata ini bukan hanya soal perjalanan wisata. Lebih dari itu, ada pendidikan lingkungan, ada pemberdayaan masyarakat, ada konservasi, dan ada dampak ekonomi yang bisa dirasakan secara langsung oleh warga lokal,” ujarnya.

Manfaat ekowisata, lanjut Yogie, dapat meliputi berbagai aspek:

Mengurangi tekanan terhadap lingkungan melalui pengelolaan sampah dan konservasi.

Memberikan nilai tambah bagi produk lokal, seperti pertanian dan kerajinan tangan.

Meningkatkan kesadaran wisatawan akan pentingnya kelestarian alam.

Menjadi sumber pemasukan berkelanjutan bagi masyarakat tanpa harus merusak lingkungan.

Harapan Puncak Jadi Contoh Nasional

Puncak dengan posisinya yang strategis di antara Jakarta dan Bandung, serta popularitasnya sebagai destinasi wisata sejak lama, berpeluang menjadi contoh nasional pengembangan ekowisata. 

Dengan dukungan masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha, Puncak bisa mengubah citra pariwisatanya dari sekadar tempat rekreasi massal menjadi destinasi berkelanjutan yang ramah lingkungan.

Jika konsep ini berhasil, bukan hanya masyarakat Puncak yang merasakan manfaatnya, melainkan juga Indonesia secara keseluruhan. Puncak bisa menjadi model bagi daerah lain yang memiliki potensi serupa, dari Bali hingga Sulawesi.

“Kalau ini berhasil, kita akan memiliki sistem wisata yang modern, ramah lingkungan, dan benar-benar berbasis pemberdayaan masyarakat. Ini investasi bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk generasi berikutnya,” kata Yogie menutup.

Kesimpulan

Potensi besar Puncak dalam pengembangan ekowisata tidak bisa dipandang sebelah mata. Dengan kekayaan alam, dukungan masyarakat, dan peran serta dunia usaha, kawasan ini bisa menjadi ikon wisata berkelanjutan di Indonesia.

 Namun, keberhasilan itu membutuhkan perencanaan matang, pengawasan ketat, serta sinergi antar-pemangku kepentingan agar ekowisata tidak hanya menjadi jargon, tetapi benar-benar membawa manfaat nyata.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index