Bank

Bank Alihkan Fokus ke Fee Based Income Atasi Tekanan NIM

Bank Alihkan Fokus ke Fee Based Income Atasi Tekanan NIM
Bank Alihkan Fokus ke Fee Based Income Atasi Tekanan NIM

JAKARTA - Industri perbankan Indonesia dihadapkan pada tantangan baru dalam menjaga kinerja keuangan yang optimal. 

Dengan adanya penurunan margin bunga bersih (Net Interest Margin atau NIM) yang tertekan, bank-bank kini mulai mencari sumber pendapatan alternatif yang lebih stabil. Salah satunya adalah dengan meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau fee based income. 

Tren ini semakin berkembang seiring dengan melambatnya pertumbuhan kredit, di mana sektor perbankan harus menghadapi tekanan dalam menjaga daya tarik bunga yang kompetitif dan kebutuhan untuk melakukan efisiensi melalui digitalisasi.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), NIM bank-bank Indonesia mencatatkan penurunan menjadi 4,59% pada Agustus 2025, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat pada 4,60%. 

Ini menandakan adanya tekanan terhadap kemampuan bank untuk meraih keuntungan dari bunga yang dibebankan pada pinjaman. 

Meski demikian, di sisi lain, sektor pendapatan non-bunga, yang mencakup fee based income, justru mengalami lonjakan yang signifikan, tercatat tumbuh 119,26% secara tahunan dengan total mencapai Rp 689,44 triliun pada Juni 2025.

Transformasi Menuju Bank Transaksional: Fokus pada Fee Based Income

Moch Amin Nurdin, Advisor Banking & Finance Development Centre (BFDC), menjelaskan bahwa perbankan Indonesia kini sedang dalam fase transformasi. Bank-bank besar mulai mengurangi ketergantungan pada pendapatan bunga, dan mulai fokus pada pengembangan pendapatan berbasis komisi.

 Fenomena ini menunjukkan bahwa perbankan nasional mulai beralih menjadi bank transaksional yang mengutamakan pendapatan dari transaksi dan layanan lainnya, seperti pembayaran, transfer, dan layanan berbasis teknologi.

Menurut Amin, perubahan ini sangat dipengaruhi oleh penurunan NIM dan pentingnya efisiensi operasional melalui digitalisasi dan peningkatan infrastruktur teknologi informasi (IT).

"Efisiensi digerakkan untuk menekan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional), sementara digitalisasi akan membantu bank mengoptimalkan kinerja berbasis transaksi dan bukan hanya semata-mata bergantung pada pendapatan bunga," jelasnya.

Untuk mendukung transformasi ini, Amin menyarankan agar bank memperkuat tiga aspek utama. Pertama, meningkatkan infrastruktur IT dan sistem keamanan siber (cybersecurity). 

Kedua, memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan memprioritaskan talenta muda yang memiliki kemampuan digital. Ketiga, mendorong efisiensi di seluruh proses bisnis, terutama dalam kredit berbasis platform digital.

Fee Based Income Meningkat: Solusi untuk Tekanan Margin Kredit

Di tengah upaya tersebut, fee based income menjadi sumber pertumbuhan baru bagi sektor perbankan. 

Trioksa Siahaan, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), mengungkapkan bahwa meskipun pendapatan bunga masih menjadi kontributor utama, tren menunjukkan bahwa bank semakin memperhatikan fee based income sebagai sumber pendapatan yang lebih berkelanjutan. 

Hal ini terutama terjadi karena bank harus bersaing untuk menarik dana masyarakat dengan menawarkan bunga yang kompetitif, namun juga berisiko menekan margin.

"Tekanan margin bunga, diversifikasi pendapatan melalui fee based income, dan biaya layanan terkait teknologi dan digitalisasi semakin menjadi alasan bank mulai lebih mengandalkan sumber pendapatan ini," ujar Trioksa.

Ia memproyeksikan bahwa meskipun pendapatan bunga tetap dominan, porsi fee based income akan terus meningkat, seiring dengan perkembangan layanan digital dan integrasi ekosistem bank ke dalam dunia digital.

CIMB Niaga: Fokus pada Pendapatan Berbasis Komisi

Salah satu bank yang sudah lama fokus pada pengembangan fee based income adalah Bank CIMB Niaga. Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, mengungkapkan bahwa banknya telah lama mengurangi ketergantungan pada net interest income dengan fokus pada pendapatan berbasis komisi. 

"Kami telah fokus mengembangkan fee income dalam beberapa tahun terakhir untuk mengurangi ketergantungan terhadap interest income. Fee to income ratio kami di sekitar 30%," jelas Lani.

Namun, meskipun fokus pada fee based income, CIMB Niaga masih mencatatkan penurunan 6% pada pendapatan berbasis komisi sepanjang tahun.

 Sepanjang 8 bulan pertama tahun 2025, CIMB Niaga mencatatkan fee based income sebesar Rp 1,78 triliun, meskipun masih mengalami penurunan 6% secara tahunan. 

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pendapatan dari fee based income tumbuh, bank-bank tetap harus menghadapi tantangan dalam mengimbanginya dengan penurunan margin bunga.

BTN: Fee Based Income Tumbuh Pesat di Tengah Tekanan NIM

Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara (BTN) juga menunjukkan tren positif dalam hal fee based income. Pada laporan keuangan per Agustus 2025, BTN mencatatkan pendapatan komisi mencapai Rp 3,15 triliun, melonjak sekitar 85% dibandingkan tahun sebelumnya. 

Ramon Armando, Corporate Secretary BTN, menyatakan bahwa kenaikan ini didorong oleh semakin aktifnya nasabah dalam memanfaatkan layanan digital dan produk lainnya seperti KPR, kredit kendaraan, dan asuransi.

BTN berfokus pada tiga segmen utama untuk meningkatkan fee based income: transaksi retail melalui aplikasi digital, produk consumer seperti KPR dan kredit kendaraan yang memberikan kontribusi dari biaya administrasi dan asuransi, serta segmen corporate yang menghasilkan pendapatan dari payroll dan cash management.

"Pertumbuhan fee based income sangat penting bagi BTN untuk mengurangi ketergantungan pada margin kredit yang rentan terhadap tekanan pasar," kata Ramon.

Kesimpulan: Fee Based Income Menjadi Pilar Baru Perbankan

Dalam menghadapi tekanan terhadap margin bunga, bank-bank Indonesia mulai mengalihkan perhatian mereka untuk memperkuat pendapatan berbasis komisi.

 Digitalisasi, efisiensi operasional, dan pengembangan produk yang berbasis fee akan menjadi pilar penting dalam menjaga kinerja perbankan yang lebih berkelanjutan di masa depan. 

Sumber pendapatan alternatif ini diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi tantangan yang muncul akibat penurunan NIM dan melambatnya pertumbuhan kredit. 

Dengan meningkatkan fee based income, perbankan Indonesia diharapkan mampu mempertahankan kinerja keuangan yang sehat di tengah tekanan pasar yang semakin ketat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index