JAKARTA - Di tengah kondisi pasar properti yang bergerak lambat, PT Intiland Development Tbk (DILD) memilih arah strategi yang lebih terukur. Alih-alih memperbanyak proyek baru, perusahaan kini memusatkan perhatian pada penjualan produk properti siap huni.
Langkah ini menjadi tumpuan utama agar target penjualan dan kinerja keuangan tetap terjaga di tengah berbagai tekanan ekonomi yang masih membayangi sektor properti nasional. Perusahaan optimistis dapat mencapai target marketing sales sebesar Rp 2 triliun hingga akhir tahun 2025.
Fokus terhadap produk siap huni dianggap sebagai pendekatan paling realistis untuk menjaga arus kas sekaligus memanfaatkan momentum kebutuhan pasar yang lebih mengarah pada hunian praktis dan langsung bisa ditempati.
Selain itu, DILD juga masih menyiapkan strategi untuk memperkuat pendapatan berulang (recurring income) serta memperluas kontribusi dari unit bisnis perhotelan yang diproyeksikan tumbuh positif pada paruh kedua tahun ini.
Langkah Intiland menyoroti perubahan perilaku pasar properti Indonesia. Di tengah suku bunga tinggi dan daya beli yang belum sepenuhnya pulih, sebagian besar calon pembeli lebih memilih produk yang sudah jadi dibanding unit dalam tahap pembangunan.
Dengan produk siap huni, konsumen tidak perlu menunggu lama dan bisa langsung menikmati hasil investasinya. Dari sisi pengembang, strategi ini juga mempercepat proses pencatatan pendapatan dan memperkuat posisi kas perusahaan.
Sebagai bukti nyata efektivitas pendekatan ini, tingkat okupansi apartemen premium Fifty Seven Promenade yang dikelola Intiland telah mencapai 40,24% per Februari 2025.
Angka tersebut menunjukkan bahwa minat terhadap produk siap huni cukup kuat, terutama di segmen menengah atas. Kinerja tersebut juga mencerminkan keberhasilan perusahaan dalam menjaga kualitas dan daya tarik proyek yang sudah diselesaikan.
Namun, menjual unit siap huni memiliki tantangan tersendiri. Perusahaan perlu memastikan kualitas bangunan, fasilitas, serta layanan purna jual agar sesuai ekspektasi konsumen.
Di tengah persaingan ketat antar-developer, reputasi dan kepuasan pelanggan menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan penjualan.
Karena itu, DILD menaruh perhatian besar terhadap proses serah terima dan pelayanan pascapenjualan, agar tidak hanya menarik pembeli baru, tetapi juga mempertahankan loyalitas konsumen lama.
Untuk memperkuat strategi tersebut, DILD melanjutkan program promosi yang telah berjalan sejak awal tahun. Upaya pemasaran dilakukan secara agresif untuk menjaga momentum penjualan di semester kedua 2025.
Promosi ini mencakup potongan harga, kemudahan pembayaran, hingga kolaborasi dengan lembaga pembiayaan guna menarik segmen pembeli potensial yang membutuhkan dukungan kredit.
Selain mengandalkan penjualan unit siap huni, pendapatan berulang juga menjadi tumpuan penting dalam strategi DILD. Sumber recurring income seperti sewa perkantoran, ritel, serta pengelolaan fasilitas di berbagai proyek Intiland, dinilai mampu memberikan stabilitas arus pendapatan.
Dengan struktur pendapatan yang lebih seimbang, perusahaan tidak hanya bergantung pada penjualan properti baru, tetapi juga memiliki basis keuangan yang lebih kuat untuk menghadapi fluktuasi pasar.
Unit bisnis perhotelan juga disiapkan sebagai motor pertumbuhan baru. DILD memperkirakan bisnis ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap kinerja pada semester kedua.
Pengembangan sektor perhotelan dianggap strategis karena memberikan aliran pendapatan rutin sekaligus meningkatkan nilai tambah proyek-proyek komersial yang dimiliki perusahaan.
Konsistensi Intiland dalam menjaga kualitas proyek dan keberlanjutan pendapatan menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap dinamika industri properti yang berubah cepat. Di saat sebagian pengembang masih menunggu momentum ekspansi, Intiland memilih untuk memperkuat pondasi dari aset yang telah ada.
Pendekatan konservatif namun terarah ini membantu perusahaan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan keberlanjutan.Selain faktor internal, arah kebijakan pemerintah juga ikut memengaruhi strategi pengembang.
Relaksasi pajak untuk pembelian rumah tapak dan apartemen, serta dukungan pembiayaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan menengah, menjadi peluang tambahan bagi pengembang seperti DILD untuk memperluas basis konsumennya.
Namun, untuk segmen menengah atas yang menjadi pasar utama DILD, tantangan justru terletak pada sentimen pasar dan preferensi investasi yang kini lebih selektif.
Dengan orientasi baru ini, DILD berupaya mempertahankan posisi sebagai salah satu pengembang terkemuka yang adaptif terhadap perubahan pasar.
Fokus pada penjualan produk siap huni diharapkan tidak hanya membantu pencapaian target tahunan, tetapi juga memperkuat reputasi perusahaan sebagai pengembang yang responsif terhadap kebutuhan aktual masyarakat urban.
Strategi ini sekaligus menjadi contoh bagi pelaku industri properti lainnya bahwa di tengah ketidakpastian ekonomi, keberhasilan tidak selalu bergantung pada ekspansi proyek besar.
Kecepatan dalam membaca tren pasar, fleksibilitas dalam mengelola portofolio produk, serta kemampuan mempertahankan kualitas, menjadi kunci utama menjaga kinerja tetap solid.
Dengan menyeimbangkan antara pertumbuhan jangka pendek melalui penjualan produk siap huni dan pendapatan jangka panjang dari recurring income serta bisnis hotel, Intiland menegaskan komitmennya untuk tetap tumbuh secara berkelanjutan.
Ke depan, strategi ini diharapkan mampu memperkuat daya saing perusahaan sekaligus menjaga kepercayaan investor terhadap sektor properti domestik.