JAKARTA - Indonesia akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang menerapkan sistem rating game nasional secara resmi.
Mulai Januari 2026, setiap game yang beredar di Tanah Air diwajibkan mencantumkan label Indonesia Game Rating System (IGRS), untuk memastikan konten yang dikonsumsi pemain, terutama anak-anak, sesuai dengan usia mereka.
Sistem Rating Game Resmi Pertama di Asia Tenggara
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memperkenalkan IGRS pada ajang Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) 2025 di Bali, minggu lalu. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan, langkah ini menjadi tonggak penting dalam industri game nasional.
“Sistem rating ini akan mendukung industri game di Indonesia. Selain itu, orangtua juga bisa lebih tenang. Anak-anak bisa terhindar dari konten-konten yang tidak sesuai dengan usia mereka,” ujar Meutya di sela acara IGDX.
Dengan penerapan IGRS, Indonesia menegaskan diri sebagai negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki sistem rating game mandiri dengan verifikasi resmi pemerintah. Hal ini sekaligus memperkuat industri game lokal agar lebih sehat, aman, dan bertanggung jawab.
Kategori Usia dalam IGRS
Menurut Direktur Jenderal Ekosistem Digital Komdigi, Edwin Hidayat Abdullah, sistem IGRS membagi kategori usia menjadi lima level:
- 3+ – Cocok untuk anak-anak usia dini.
- 7+ – Konten ringan yang sesuai untuk anak usia sekolah dasar.
- 13+ – Konten dengan tingkat kompleksitas dan tantangan sedang, cocok remaja awal.
- 15+ – Konten lebih dewasa, termasuk tema tertentu yang memerlukan pengawasan orangtua.
- 18+ – Konten untuk orang dewasa, termasuk adegan kekerasan, bahasa kasar, atau tema dewasa lain.
Label ini wajib dicantumkan secara jelas baik di dalam game maupun pada laman distribusi resminya, termasuk platform digital dan toko aplikasi.
Proses Penilaian dan Verifikasi
Pengembang game bertanggung jawab melakukan self-assessment, menilai sendiri tingkat kesesuaian usia berdasarkan konten yang mereka hadirkan. Setelah itu, Komdigi akan memverifikasi hasil penilaian tersebut.
Jika ditemukan ketidaksesuaian, Komdigi berhak mengambil tindakan tegas. Menurut Edwin, langkah tersebut bisa berupa:
Penyesuaian rating secara paksa bila konten lebih dewasa dari label yang dicantumkan.
Penarikan game dari peredaran (take down) jika pelanggaran serius ditemukan.
“Kalau ada yang ketahuan menyalahi aturan, kita akan naikkan rating-nya atau bahkan take down game-nya,” tegas Edwin, ditemui di Bali.
Peran Orangtua dan Kesadaran Pengguna
Edwin menekankan bahwa penerapan IGRS bukan hanya soal regulasi pengembang, tetapi juga menekankan peran orangtua. Orangtua diharapkan aktif mengawasi akses anak-anak mereka agar tidak bermain game yang tidak sesuai usia.
Dengan label usia yang jelas, orangtua bisa lebih mudah memantau konten yang dikonsumsi anak-anak, sehingga mencegah paparan konten kekerasan, seksual, atau tema tidak pantas.
Dampak terhadap Industri Game
Bagi pengembang lokal maupun internasional, IGRS menjadi panduan distribusi konten yang wajib diikuti mulai 2026. Sistem ini diyakini akan menumbuhkan industri game yang lebih sehat, di mana pengembang bertanggung jawab terhadap konten yang mereka rilis.
Selain itu, kehadiran IGRS memberikan kejelasan bagi pasar game Indonesia yang kini berkembang pesat. Menurut data Komdigi, industri game nasional terus tumbuh, baik dari sisi jumlah pemain maupun pemasangan game, sehingga pengaturan konten menjadi semakin penting.
Implementasi IGRS
Komdigi akan memantau kepatuhan pengembang dengan sistem IGRS melalui mekanisme verifikasi. Pengembang yang gagal mengikuti ketentuan bisa dikenakan sanksi administratif, termasuk penarikan produk dari peredaran, untuk memastikan keamanan pemain.
Edwin menegaskan bahwa IGRS adalah upaya preventif, bukan hanya hukuman. Dengan demikian, pengembang terdorong merancang game yang ramah usia sejak awal.
Manfaat Jangka Panjang
Penerapan IGRS diharapkan membawa manfaat jangka panjang bagi ekosistem game di Indonesia:
- Keamanan pemain muda – Anak-anak terhindar dari konten tidak pantas.
- Kepercayaan orangtua – Orangtua merasa lebih aman ketika anak bermain game.
- Penguatan industri lokal – Pengembang lokal dapat bersaing dengan standar global yang sehat.
- Kepatuhan pengembang internasional – Developer global menyesuaikan konten agar bisa masuk pasar Indonesia.
Meutya Hafid menambahkan, sistem rating ini juga membuka peluang edukasi digital. Anak-anak dan remaja bisa belajar memilih konten yang tepat, sementara pengembang dituntut memahami regulasi konten yang bertanggung jawab.
Mulai Januari 2026, Indonesia akan menjadi pionir di Asia Tenggara dengan sistem rating game nasional resmi. Dengan IGRS, seluruh game yang beredar wajib mencantumkan label usia, divalidasi pemerintah, serta diawasi untuk memastikan konten sesuai target pengguna.
Langkah ini tidak hanya melindungi pemain muda, tetapi juga menumbuhkan industri game yang lebih sehat dan profesional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pasar game yang bertanggung jawab dan aman.
Dengan aturan ini, pengembang, orangtua, dan pemain memiliki panduan jelas untuk memastikan pengalaman bermain game tetap aman, edukatif, dan menyenangkan bagi semua kalangan.