Wisata

Kemang Masuk Daftar Kawasan Terkeren Dunia, Ini Daya Tariknya

Kemang Masuk Daftar Kawasan Terkeren Dunia, Ini Daya Tariknya
Kemang Masuk Daftar Kawasan Terkeren Dunia, Ini Daya Tariknya

JAKARTA - Nama Kemang kembali jadi sorotan setelah dinobatkan sebagai salah satu kawasan paling keren di dunia tahun 2025 versi majalah Time Out. Tak tanggung-tanggung, wilayah di Jakarta Selatan itu menempati peringkat ke-28 dari 39 kawasan global yang dianggap paling menarik untuk dikunjungi.

Meski begitu, banyak warga Jakarta sendiri yang belum tahu soal prestasi tersebut. Di balik label “kawasan terkeren dunia”, Kemang ternyata menyimpan perpaduan unik antara gaya hidup modern dan nuansa lokal yang tetap melekat. 

Dari kafe mewah hingga pedagang kaki lima, semuanya menyatu di jalanan yang tak pernah benar-benar sepi.

Pada Kamis 16 Oktober 2025, tim detikTravel menelusuri Jalan Kemang Raya, poros utama yang jadi denyut kehidupan kawasan itu. Saat malam tiba, deretan mobil mewah tampak berjejer di depan restoran, bar, dan hotel yang berdiri rapat di sisi trotoar. 

Namun di antara gemerlapnya, suasana sederhana juga tetap hidup — para pedagang kaki lima berjualan makanan ringan yang jadi buruan para pengunjung.

Suasana Hidup 24 Jam di Jantung Kemang

Bagi sebagian pengunjung, daya tarik Kemang justru terletak pada kontras yang ditawarkannya. Seperti diungkapkan Eva, salah satu pengunjung yang ditemui di kawasan itu.

“Aku belum tahu kalau Kemang masuk kawasan keren dunia, ya. Aku ke sini cuma buat jajan di kaki lima sih,” ujarnya sambil menikmati suasana malam.

Eva mengaku sering datang ke Kemang hanya untuk berburu jajanan sederhana di area Kampung Kemang. “Biasanya aku beli jajanan aja, pernah juga ke Kampung Kemang di seberang sana,” tambahnya.

Pendapat serupa juga datang dari Audina, warga yang malam itu tengah bersantai di trotoar Kemang. Ia menilai kawasan ini punya daya tarik karena keberagaman tempat hiburannya. “Suasananya sih biasa aja, tapi di sini banyak banget tempat elit kayak hotel, bar, restoran luar negeri,” katanya.

Ia bahkan sempat mencicipi salah satu restoran Korea yang populer di kawasan itu. “Harganya lumayan sih, makanan di atas Rp50 ribu ke atas,” jelasnya.

Campuran Kuliner Elit dan Jajanan Tradisional

Jalan Kemang Raya memang seperti potret mini Jakarta — modern, sibuk, dan penuh warna. Di sepanjang jalan, pengunjung bisa menemukan kafe bergaya modern, toko fashion, hingga spa eksklusif. Ada pula Plaza 88 dan Kampung Kemang, pusat aktivitas yang ramai setiap malam.

Tak hanya kuliner internasional, Kemang juga mempertahankan cita rasa lokal. Restoran Padang, sate Madura, dan area food court menjadi alternatif bagi mereka yang ingin menikmati kuliner khas Indonesia tanpa harus keluar dari kawasan itu.

Namun, di balik semua gemerlapnya, sebagian warga masih heran dengan gelar “kawasan terkeren dunia” yang disematkan pada Kemang. 

“Kalau soal keren, mungkin karena tempatnya yang banyak dikunjungi orang kelas menengah atas,” kata Audina. “Tapi kalau suasana, ya tetap kayak jalan biasa di Jakarta.”

Dari Pohon Kemang ke Kawasan Elit Jakarta

Banyak yang belum tahu, nama Kemang ternyata berasal dari nama pohon asli Indonesia, Mangifera kemanga, sejenis mangga dengan buah besar berwarna cokelat dan rasa asam manis.

Sejarawan JJ Rizal menjelaskan, dulu kawasan Kemang dikenal sebagai area berlembah dan dipenuhi pepohonan hijau. “Menilik dari namanya, Kemang itu pohon sejenis mangga. 

Tapi ada juga sumber yang menyebutkan kawasan ini dulunya berlembah-lembah, basah, rumahnya air,” ujar Rizal dalam arsip detikcom tahun 2021.

Ia juga menambahkan, pembangunan kawasan ini mengikuti masterplan era Wali Kota Soediro (1953–1960) yang kemudian dijadikan acuan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. Dalam rencana tersebut, Kemang ditetapkan sebagai area hijau yang berfungsi sebagai penahan banjir.

“Sebagai dataran yang rendah dan dekat kali, itu memang dalam masterplan tahun 1965 dan 1985 ditetapkan sebagai green belt atau sabuk hijau,” kata Rizal. Kawasan ini pada awalnya dimaksudkan menjadi area resapan air — jauh sebelum berubah menjadi pusat gaya hidup urban seperti sekarang.

Kemang Sebelum dan Sesudah Pandemi

Sebelum pandemi Covid-19, Kemang dikenal sebagai kawasan yang paling hidup di malam hari. Area ini menjadi magnet bagi anak muda, ekspatriat, hingga pelaku bisnis yang ingin menikmati suasana malam Jakarta tanpa harus ke pusat kota.

Dalam arsip CNN Indonesia, disebutkan bahwa sejak era 1990-an, Kemang sudah menjadi ikon tempat nongkrong anak muda. Saat itu, trotoarnya belum selebar sekarang, namun justru di situlah pedagang kaki lima berjajar sejak sore. Semakin malam, suasana semakin ramai.

Kini, seiring pesatnya pembangunan, kawasan ini dipenuhi deretan hotel, bank, restoran, kafe, salon, hingga sekolah bertaraf internasional. Tak heran bila kemudian Kemang ditetapkan sebagai “Kampung Modern” lewat Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 140 Tahun 1999.

Magnet bagi Ekspatriat dan Kelas Menengah Atas

Selain menjadi destinasi anak muda, Kemang juga dikenal sebagai tempat tinggal favorit ekspatriat. Banyak warga negara asing yang bekerja di kawasan bisnis seperti Sudirman, Kuningan, atau Menteng memilih tinggal di sini karena jaraknya cukup dekat namun suasananya lebih santai.

Kehadiran ekspatriat turut mengubah wajah Kemang. Restoran internasional, bar dengan konsep global, hingga butik independen bermunculan, menambah kesan “kosmopolitan” di tengah suasana Jakarta Selatan yang dinamis.

Antara Modernitas dan Nostalgia Jakarta Lama

Meski kini bertransformasi menjadi kawasan elite, Kemang tetap menyimpan nuansa nostalgia. Di antara kafe modern dan butik mahal, masih ada aroma Jakarta lama yang hangat — pedagang kaki lima, jajanan pinggir jalan, dan warga yang ramah menyapa.

Mungkin di sanalah letak keistimewaan Kemang: tempat di mana kesederhanaan dan kemewahan bisa berdampingan tanpa saling menyingkirkan. Itulah yang membuat kawasan ini bukan hanya keren di mata dunia, tetapi juga tetap akrab di hati warganya.

Bagi siapa pun yang datang, Kemang bukan sekadar destinasi wisata atau pusat hiburan malam. Ia adalah potret mini Jakarta — padat, penuh warna, dan selalu hidup, siang maupun malam.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index