IHSG

IHSG Melemah, Rupiah Tertekan, Emas Cetak Rekor Baru

IHSG Melemah, Rupiah Tertekan, Emas Cetak Rekor Baru
IHSG Melemah, Rupiah Tertekan, Emas Cetak Rekor Baru

JAKARTA - Menjelang akhir pekan ketiga Oktober 2025, dinamika pasar keuangan Indonesia menunjukkan arah yang beragam. Sementara pasar saham domestik dan nilai tukar rupiah cenderung melemah, harga emas justru menorehkan rekor baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Bursa saham yang menjadi barometer utama sentimen investor tampak berada dalam tekanan sejak awal perdagangan. Berdasarkan data RTI, Jumat 17 Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di level 8.132,74. 

Namun hanya berselang beberapa menit setelah pembukaan, indeks tergelincir ke zona merah dan terpantau berada di level 8.100,12 pada pukul 09.05 WIB.

Penurunan tersebut setara dengan pelemahan sebesar 0,30 persen atau 24,62 poin. Sepanjang sesi awal perdagangan, IHSG sempat bergerak fluktuatif di rentang 8.094,98 hingga 8.140,59. Volume transaksi mencapai 3,409 miliar saham dengan nilai Rp2,28 triliun, melalui lebih dari 205 ribu kali transaksi.

Secara mingguan, IHSG melemah 1,90 persen. Namun dalam horizon yang lebih panjang, kinerja indeks masih menunjukkan performa positif. 

Dalam tiga bulan terakhir, IHSG naik 12,64 persen, sementara sejak awal 2025 tercatat menguat 14,42 persen. Bahkan dalam enam bulan terakhir, kenaikannya menembus 29,91 persen.

Rupiah Tersendat, Dolar AS Kembali Perkasa

Berbeda arah dengan pasar saham, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) justru menunjukkan penguatan tipis terhadap rupiah. Berdasarkan data Bloomberg, dolar AS diperdagangkan di level Rp16.583, naik 2 poin atau sekitar 0,01 persen dari posisi sebelumnya Rp16.581.

Pada penutupan perdagangan Kamis 16 Oktober 2025, dolar berada di level Rp16.566. Sementara dalam sesi pembukaan Jumat pagi, nilai tukar sempat menyentuh Rp16.582 per dolar AS. Dengan demikian, rupiah kembali tertekan tipis dan bergerak di kisaran Rp16.500-an per dolar.

Dalam sepekan terakhir, pergerakan rupiah cenderung fluktuatif. Pada pertengahan minggu, mata uang Garuda sempat menunjukkan penguatan terbatas ketika dolar AS mengalami koreksi, namun tren tersebut tidak bertahan lama. Hingga akhir pekan, dolar kembali mendominasi pergerakan pasar valuta asing.

Pergerakan dolar yang relatif stabil di tengah ketidakpastian global menunjukkan bahwa pasar masih cenderung mencari aset aman (safe haven), terutama di tengah meningkatnya tensi geopolitik dan data ekonomi AS yang belum sepenuhnya konsisten.

Harga Emas Melonjak, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Sementara IHSG dan rupiah melemah, harga emas justru mencetak lonjakan tajam yang menjadi sorotan utama di pasar keuangan hari ini. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, harga emas batangan Antam 24 karat menembus level Rp2,4 juta per gram.

Berdasarkan data dari situs resmi Logam Mulia Antam, harga emas 24 karat naik signifikan sebesar Rp78.000 per gram menjadi Rp2.485.000 per gram dari sebelumnya Rp2.407.000. Harga buyback (pembelian kembali) juga ikut melonjak dengan nilai yang sama, kini berada di Rp2.334.000 per gram.

Kenaikan ini menjadikan emas sebagai aset paling bersinar minggu ini, di tengah tekanan yang melanda pasar saham dan nilai tukar. Adapun harga emas ukuran 0,5 gram kini berada di Rp1.292.500, sementara emas 10 gram dijual Rp24.345.000. Untuk ukuran terbesar, 1.000 gram (1 kilogram), harganya mencapai Rp2.425.600.000.

Jika ditinjau secara tren, pergerakan harga emas masih menunjukkan arah penguatan konsisten. Dalam sepekan terakhir, harga emas bergerak di rentang Rp2.299.000 hingga Rp2.485.000 per gram. 

Sedangkan dalam sebulan terakhir, harganya naik signifikan dari kisaran Rp2.090.000 ke posisi tertinggi saat ini.

Investor Beralih ke Aset Aman

Lonjakan harga emas tidak lepas dari meningkatnya minat investor terhadap aset lindung nilai (safe haven) di tengah kondisi pasar global yang penuh ketidakpastian. Kenaikan harga emas biasanya berkorelasi negatif dengan penguatan dolar AS dan melemahnya aset berisiko seperti saham.

Fenomena ini menggambarkan adanya rotasi aset di kalangan investor, di mana sebagian mulai mengalihkan dana dari pasar saham ke logam mulia untuk mengantisipasi gejolak ekonomi. Selain faktor global, permintaan domestik yang meningkat juga turut mendorong harga emas batangan di pasar lokal.

Kepala Riset sebuah lembaga keuangan menyebutkan, “Harga emas yang terus naik menunjukkan masih kuatnya persepsi risiko di pasar. Investor mencari perlindungan terhadap potensi inflasi dan ketidakpastian arah suku bunga global.”

Kinerja Pasar Keuangan di Persimpangan Jalan

Pergerakan yang berlawanan arah antara IHSG, rupiah, dan emas menandai kondisi pasar yang sedang dalam fase pencarian arah baru. Di satu sisi, sentimen positif terhadap fundamental ekonomi domestik masih cukup kuat. 

Namun, faktor eksternal seperti kebijakan moneter Amerika Serikat, ketegangan geopolitik, dan fluktuasi harga komoditas global masih menjadi penentu utama.

Meski IHSG melemah pagi ini, sejumlah analis menilai koreksi tersebut masih tergolong wajar setelah reli panjang dalam beberapa bulan terakhir. Banyak pelaku pasar yang memanfaatkan momentum ini untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking), sembari menanti arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

Sementara itu, pergerakan rupiah diperkirakan tetap stabil di kisaran Rp16.500–Rp16.600 per dolar AS. Bank Indonesia diperkirakan masih akan menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi terukur di pasar valas dan obligasi.

Menatap Akhir Pekan dengan Waspada

Menjelang penutupan pekan, para pelaku pasar diperkirakan akan berhati-hati menghadapi data ekonomi global yang akan dirilis dalam beberapa hari ke depan. Emas kemungkinan masih akan melanjutkan tren penguatan, sementara IHSG berpotensi berfluktuasi terbatas mengikuti arah pasar regional.

Dengan kombinasi pelemahan saham dan mata uang, serta lonjakan harga emas, pasar keuangan domestik pada Jumat ini mencerminkan situasi global yang masih belum pasti. Investor pun tampaknya memilih untuk menahan diri sambil menunggu kejelasan arah ekonomi dunia.

Dalam lanskap seperti ini, emas kembali membuktikan statusnya sebagai aset pelindung nilai sejati, sementara rupiah dan IHSG tetap berjuang menjaga stabilitas di tengah tekanan eksternal yang kian kuat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index