JAKARTA - Sepekan terakhir, saham-saham emiten migas dan komoditas menjadi favorit investor asing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Data periode 13–17 Oktober 2025 menunjukkan 10 besar saham dengan net buy asing tertinggi didominasi sektor energi dan komoditas, menandakan minat global terhadap kebijakan hilirisasi yang digenjot pemerintah.
Menurut Imam Gunadi, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), fenomena ini dipicu oleh program hilirisasi yang didorong pemerintah Prabowo Subianto.
“Pemerintah sekarang tidak cuma fokus pada ekspor bahan mentah, tapi benar-benar ingin membangun rantai pasok dari hulu sampai hilir di dalam negeri,” ujarnya.
Program hilirisasi ini mencakup pembangunan kilang minyak berkapasitas 500.000 barel per hari, dengan estimasi investasi sekitar US$12,5 miliar.
Kilang ini diproyeksikan mampu menghasilkan 531.000 barel BBM per hari dan berpotensi mengurangi impor minyak 182,5 juta barel per tahun, setara US$16,7 miliar. Selain itu, proyek ini diperkirakan akan menciptakan 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung.
DME dan Substitusi LPG Impor Jadi Daya Tarik Investor
Selain kilang, pemerintah juga mempercepat pengembangan Dimethyl Ether (DME) dari batu bara kalori rendah sebagai substitusi LPG impor. Menurut Imam, proyek-proyek ini menjadi sinyal kuat bagi investor asing karena menunjukkan arah kebijakan energi nasional yang konsisten dan jangka panjang.
“Dari perspektif investor asing, proyek sebesar ini adalah sinyal kuat bahwa permintaan energi domestik dan aktivitas industri akan meningkat. Itu sebabnya mereka mulai masuk ke saham-saham komoditas dan emiten migas, karena mereka dianggap akan jadi penerima manfaat langsung dari gelombang hilirisasi ini,” tegas Imam.
Meski demikian, Imam menekankan investor perlu bersikap selektif, karena sebagian saham komoditas dan energi telah dihargai premium setelah reli sebelumnya. Beberapa emiten seperti AADI, NCKL, dan ELSA dianggap masih menarik dan wajar secara valuasinya.
Alasan Arus Modal Asing Masih Masuk
Sementara itu, Sukarno Alatas, Senior Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas, menjelaskan bahwa investor asing memburu saham migas dan komoditas karena valuasinya relatif murah dan prospek harga energi serta logam yang positif.
Selain itu, momentum teknikal dari arus masuk modal asing (capital inflow) turut mendorong minat beli.
“Secara jangka pendek, sektor ini berpotensi melanjutkan penguatan seiring arus masuk asing, namun volatilitas tetap tinggi mengikuti dinamika harga komoditas dan sentimen global,” ujarnya.
Sukarno menambahkan, saham emiten migas dan komoditas tetap menarik selama masih berada dalam tren naik (uptrend) dan belum menunjukkan sinyal transisi ke downtrend.
Bagi investor ritel, Kiwoom merekomendasikan strategi buy on weakness, misalnya pada PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) dengan target harga Rp1.000, serta strategi trading buy pada PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) dengan target harga Rp980–Rp1.000.
Daftar 10 Saham Net Buy Asing Terbesar
Berdasarkan data BEI, berikut 10 saham dengan net buy asing terbesar selama periode 13–17 Oktober 2025:
PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) – Net buy Rp471 miliar, harga naik 6,52% ke Rp3.430.
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) – Net buy Rp154,2 miliar, harga naik 2,61% ke Rp7.850.
PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) – Net buy Rp134,7 miliar, harga turun 0,76% ke Rp9.800.
PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) – Net buy Rp130,7 miliar, harga melonjak 10,62% ke Rp1.250.
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JAPFA) – Net buy Rp127,6 miliar, harga naik 9,26% ke Rp2.360.
PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) – Net buy Rp119 miliar, harga naik 12,17% ke Rp1.060.
PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) – Net buy Rp116,9 miliar, harga naik 4,35% ke Rp2.400.
PT Astra International Tbk. (ASII) – Net buy Rp84,8 miliar, harga turun 2,95% ke Rp5.750.
PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) – Net buy Rp79 miliar, harga naik 31,48% ke Rp1.775.
PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) – Net buy Rp70,9 miliar, harga naik 6,77% ke Rp1.025.
Hilirisasi Migas Jadi Magnet Pasar Modal
Fenomena ini memperlihatkan bagaimana kebijakan hilirisasi migas dan energi mampu menjadi sentimen positif bagi pasar saham.
Dengan proyek kilang besar, pengembangan DME, dan fokus membangun rantai pasok hulu-hilir di dalam negeri, investor melihat potensi keuntungan jangka panjang dari saham-saham emiten terkait.
Hilirisasi yang digas pemerintah tidak hanya mendorong pertumbuhan industri domestik, tetapi juga memberi kejelasan bagi investor mengenai arah kebijakan energi nasional.
Sentimen ini menjadi penarik modal asing, memperkuat likuiditas pasar, dan menambah kepercayaan investor terhadap prospek sektor migas dan komoditas di Indonesia.