JAKARTA - Ketika banjir melanda dan lumpur menutup ruas-ruas jalan, akses transportasi menjadi persoalan pertama yang harus segera dipulihkan.
Tanpa jalan yang bisa dilalui, aktivitas ekonomi tersendat, distribusi bantuan terhambat, dan pemulihan masyarakat berjalan lebih lambat. Situasi itulah yang kini menjadi perhatian utama pemerintah di Aceh Tamiang.
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menempatkan percepatan pembersihan jalan sebagai langkah strategis. Bukan sekadar pekerjaan teknis, melainkan upaya mempercepat denyut kehidupan warga yang selama beberapa hari terhenti akibat bencana.
Dalam proses pemulihan ini, sistem kerja intensif diterapkan agar jalan kembali berfungsi dalam waktu singkat, tanpa menunggu kondisi benar-benar pulih secara alami.
Fokus pada percepatan pemulihan jalan
Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengambil langkah serius untuk memulihkan akses transportasi pascabencana di Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh.
Demi memastikan aktivitas ekonomi kembali normal, pola kerja tanpa henti (nonstop) diberlakukan untuk membersihkan lumpur dan sedimentasi di ruas jalan utama.
Menteri PU Dody Hanggodo menegaskan, percepatan jalan menjadi kunci pemulihan aktivitas masyarakat, terutama di kawasan perkotaan dengan kepadatan lalu lintas tinggi.
Oleh karenanya, Kementerian PU berfokus pada pembersihan lumpur dan sedimentasi di tiga ruas jalan utama yang terdampak, yaitu satu ruas jalan nasional dan dua ruas jalan daerah.
“Saya minta kami bekerja 24 jam untuk mengejar waktu. Pagi sampai sore mengumpulkan lumpur dari lorong-lorong kanan dan kiri, kemudian malam hingga subuh fokus membersihkan area tengah kota, ada shift kerjanya,” ujarnya dalam siaran pers.
Kerja nonstop yang diatur secara bergiliran ini diharapkan membuat proses pembersihan tetap efisien tanpa menguras tenaga petugas di lapangan.
Sistem kerja 24 jam untuk mengejar target
Hal itu disampaikan Dody saat meninjau langsung lokasi penanganan di Aceh Tamiang, 24 Desember 2025. Kementerian PU menargetkan dalam tiga sampai empat hari ke depan fungsi jalan nasional di Aceh Tamiang dapat pulih optimal.
Lebih lanjut, Dody menyampaikan, masih banyak lumpur dari batas masuk Kota Tamiang sampai jembatan. Kemudian, lalu lintas dari pagi sampai sore sangat kuat sehingga pekerjaan lebih sulit sehingga waktu malam harus dimanfaatkan.
Dengan memanfaatkan jeda waktu ketika arus kendaraan mulai berkurang, pekerjaan pembersihan dapat dilakukan lebih cepat dan aman, tanpa mengganggu mobilitas warga yang masih harus melintas.
Penguatan alat dan logistik lapangan
Untuk mendukung percepatan, Kementerian PU mengerahkan 22 unit alat berat dan 10 unit dump truck. Di sejumlah titik penanganan, terdapat 12 unit alat berat dan 10 dump truck.
Khusus di kawasan Kota Kuala Simpang, Kementerian PU menyiagakan 21 unit alat berat, meskipun dinilai masih perlu tambahan. Penempatan alat berat di lokasi-lokasi kritis menjadi prioritas agar jalur utama bisa segera kembali normal.
Bagi pemerintah, jalan bukan sekadar infrastruktur fisik. Jalan merupakan jalur logistik, perputaran ekonomi, dan akses bagi warga menuju layanan publik seperti kesehatan dan pendidikan.
Dampak nyata bagi aktivitas warga
Upaya percepatan itu dirasakan langsung masyarakat. Putri, warga Kabupaten Aceh Tamiang, mengapresiasi bantuan Kementerian PU dalam membersihkan lumpur di sekitar kawasan usaha dan permukiman.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada Kementerian PU yang telah membantu membersihkan lumpur-lumpur di sekitar kami. Kini, kami bisa beraktivitas membersihkan toko-toko dan kembali melanjutkan aktivitas kami,” ujar Putri.
Pulihnya akses jalan utama tersebut diharapkan segera menghidupkan kembali pasar dan pusat pertokoan yang menjadi jantung perekonomian masyarakat. Dengan lalu lintas yang kembali terbuka, distribusi barang dan kebutuhan sehari-hari pun dapat berjalan normal.
Lebih luas lagi, percepatan ini menandai tahapan penting dalam pemulihan Aceh Tamiang. Infrastruktur yang berfungsi kembali akan mempercepat proses bangkitnya masyarakat, sekaligus mengurangi dampak lanjutan dari bencana.