Bank Indonesia

Bank Indonesia Antisipasi Ketidakpastian Global dengan Kebijakan Ekonomi Proaktif

Bank Indonesia Antisipasi Ketidakpastian Global dengan Kebijakan Ekonomi Proaktif
Bank Indonesia Antisipasi Ketidakpastian Global dengan Kebijakan Ekonomi Proaktif

JAKARTA - Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang semakin meningkat, Bank Indonesia (BI) memperkuat langkah mitigasi guna menjaga stabilitas ekonomi domestik. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, Berry Arifsyah Harahap, mengungkapkan bahwa tantangan global adalah kenyataan yang harus dihadapi secara strategis.

"Perekonomian Amerika Serikat (AS) tumbuh lebih kuat dari perkiraan, didorong oleh stimulus fiskal dan peningkatan investasi di bidang teknologi. Sebaliknya, ekonomi di kawasan Eropa, Tiongkok, dan Jepang masih mengalami kelemahan akibat penurunan keyakinan konsumen dan tertahannya produktivitas," jelas Berry.

Divergensi pertumbuhan ekonomi ini menyebabkan proses disinflasi di AS terhambat dan menguatkan ekspektasi penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (FRR), meskipun terbatas. Kebijakan fiskal yang ekspansif di AS telah menyebabkan imbal hasil Treasury (UST) tetap tinggi, menggiring investor global untuk mengalihkan portofolio mereka ke AS. Berry menegaskan, "Berbagai perkembangan ini memerlukan penguatan respons kebijakan untuk mengantisipasi dan memitigasi dampak global di Indonesia."

Pada sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia di Triwulan-IV 2024 meningkat sebesar 5,02 persen year-on-year (yoy), meskipun pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian. Peningkatan ini didorong oleh akselerasi konsumsi rumah tangga, terutama pada periode Natal dan Tahun Baru, serta investasi yang tetap tinggi. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 5,03 persen (yoy).

”Pertumbuhan ekonomi tahun 2025 diproyeksikan berada dalam kisaran 4,7-5,5 persen (yoy), sedikit lebih rendah dari prakiraan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan melambatnya permintaan dari negara mitra dagang, kecuali AS, dan konsumsi rumah tangga yang masih terbatas, khususnya pada golongan menengah ke bawah,” kata Berry.

Ia menambahkan bahwa ke depan, BI akan mengoptimalkan bauran kebijakan untuk mendukung program Asta Cita Pemerintah, yang mencakup ketahanan pangan, pembiayaan ekonomi, dan akselerasi digitalisasi. Salah satu aspek penting dalam menopang pertumbuhan adalah neraca pembayaran Indonesia yang stabil, serta nilai tukar Rupiah yang terkendali. "Bank Indonesia berkomitmen menjaga inflasi pada kisaran 2,5±1 persen untuk tahun 2025," imbuhnya.

Dalam keputusan yang diambil pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia tanggal 14-15 Januari 2025, BI menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen. "Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi 2025 dan 2026 yang rendah dan terkendali, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," jelas Berry.

BI juga memperluas kebijakan makroprudensial untuk mendorong penyaluran kredit dan pembiayaan perbankan di sektor-sektor prioritas yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan menciptakan lapangan kerja, seperti UMKM dan ekonomi hijau, dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian. Selain itu, sistem pembayaran digital dan infrastruktur yang memperkuat industri sistem pembayaran juga mendapat perhatian khusus.

"Inovasi dan infrastruktur sistem pembayaran akan kami tingkatkan untuk mendorong perdagangan dan mendukung sektor UMKM," ungkapnya dalam rangka memperkuat ekosistem ekonomi digital Indonesia.

Dengan serangkaian kebijakan yang adaptif ini, Bank Indonesia berharap dapat memitigasi risiko global dan memastikan perekonomian domestik tetap berada pada jalur pertumbuhan yang positif. Upaya ini sejalan dengan strategi nasional dalam memperkuat ketahanan ekonomi menghadapi tantangan eksternal yang dinamis dan menuntut respons cepat dan tepat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index