JAKARTA - Vietnam telah menunjukkan lonjakan konsumsi digital yang luar biasa dengan transaksi belanja online mencapai Rp565 miliar per hari. Pembukaan akses yang luas terhadap e-commerce membuat belanja daring menjadi pilihan utama masyarakat Vietnam. Menurut laporan dari Statista, angka yang mengesankan ini mencerminkan kedinamisan pasar digital di negara tersebut, didorong oleh e-commerce raksasa seperti Shopee, Lazada, TikTok Shop, Tiki, dan Sendo.
Mengacu pada data terbaru dari VnExpress, konsumen Vietnam mencatat pengeluaran hingga VND319,9 triliun atau sekitar Rp206 triliun dalam bentuk volume barang dagangan kotor yang dijual melalui lima platform e-commerce terbesar tersebut selama tahun 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 37 persen dibandingkan tahun sebelumnya dan menyumbang 6,5 persen dari total penjualan ritel di Vietnam, berdasarkan data dari Kantor Statistik Umum negara itu.
Meski demikian, pengeluaran konsumen Vietnam di platform online sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan data yang ada belum mencakup transaksi yang dilakukan melalui sosial media atau perdagangan elektronik lintas negara. Departemen E-commerce dan Ekonomi Digital Vietnam memperkirakan bahwa pada tahun 2024, nilai transaksi di pasar e-commerce negara itu dapat melampaui USD25 miliar. Angka ini menggambarkan pertumbuhan sekitar 20% dan melampaui perkiraan sebesar USD22 miliar yang dibuat oleh Google dan mitranya.
Data terbaru juga mengungkap bahwa volume barang yang dijual melalui lima platform utama meningkat lebih dari 50% pada tahun 2024, mencapai lebih dari 3,4 juta produk. “Angka-angka ini menunjukkan daya beli konsumen tetap kuat,” tegas seorang juru bicara dari kantor statistik.
Menurut pakar penjualan daring, Tran Lam, pertumbuhan e-dagang ini didorong oleh meningkatnya investasi oleh para pengusaha dalam aktivitas digital serta pentingnya platform ini bagi bisnis. "Platform daring bukan sekadar saluran penjualan; platform ini juga memengaruhi kinerja bisnis luring (fisik). Penjualan daring yang kuat dapat mendongkrak keberhasilan luring melalui pengenalan merek yang lebih baik," jelas Tran Lam.
Masyarakat Vietnam Makin Menggandrungi Belanja Online
Kesukaan konsumen Vietnam terhadap belanja online terus meningkat, terutama untuk produk kebutuhan pokok, produk bermerek, dan barang impor. Segmen kecantikan, rumah tangga, gaya hidup, dan mode menjadi kategori yang paling mendatangkan pendapatan terbesar, sementara segmen bahan makanan dan barang kebutuhan sehari-hari lainnya mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 76%. Perubahan ini menunjukkan adanya pergeseran perilaku konsumen Vietnam yang kini lebih memilih belanja kebutuhan sehari-hari secara online ketimbang berkunjung ke pasar tradisional atau supermarket.
Platform Shopee dan TikTok melaporkan pertumbuhan signifikan di segmen merek resmi, dengan peningkatan penjualan masing-masing hampir 70% dan lebih dari 180%. Di tahun 2024, e-commerce di Vietnam menghadapi gelombang besar barang impor, dengan lebih dari 324,1 juta produk masuk. Ini menunjukkan perkembangan masing-masing hampir 38% dan 43% dari tahun ke tahun dengan total penjualan mencapai VND14,2 triliun.
Menurut Metric, perbaikan dalam sistem logistik telah meningkatkan kepercayaan konsumen Vietnam untuk membeli produk luar negeri karena waktu pengiriman yang lebih cepat dan risiko kehilangan pengiriman yang lebih rendah. Selain itu, platform e-commerce juga telah meningkatkan kebijakan pengembalian dan perlindungan pelanggan, semakin menumbuhkan kepercayaan di kalangan pembeli online.
Tran Lam juga menyoroti pentingnya daya saing harga, yang mendorong permintaan untuk barang impor karena produk luar negeri seringkali lebih terjangkau daripada alternatif lokal akibat biaya produksi yang lebih rendah. "Hal ini menandakan perlunya bisnis lokal mengoptimalkan produk dan strategi harga mereka agar tetap kompetitif," tambahnya.
Perlindungan Bagi Pedagang Lokal Vietnam
Lonjakan produk impor, terutama dari Tiongkok, menambah tekanan pada bisnis lokal yang sudah menghadapi persaingan sengit di pasar. Tran Lam menyebut banyak pengecer mode lokal kesulitan bersaing sehingga terpaksa beralih ke sektor lain seperti barang pertanian, makanan, dan produk-produk alami. Untuk melindungi pedagang lokal, pemerintah Vietnam berencana untuk menghapus pembebasan pajak pertambahan nilai atas barang impor bernilai rendah yang dijual melalui pengiriman ekspres mulai 18 Februari 2025.
Kementerian Keuangan Vietnam menyatakan bahwa kebijakan ini bertujuan memastikan persaingan yang adil dan mendorong konsumsi barang-barang produksi dalam negeri. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produk lokal di tengah membanjirnya produk impor.