Mengenal Apa Itu Hewan Endemik dan Contohnya di Indonesia

Rabu, 02 Juli 2025 | 16:02:14 WIB
apa itu hewan endemik

JAKARTA - Apa itu hewan endemik? Istilah ini merujuk pada hewan yang hanya hidup di wilayah tertentu dan tidak ditemukan di daerah lain mana pun di dunia. 

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ribuan pulau yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk beragam spesies hewan endemik. 

Keberadaan hewan-hewan ini mencerminkan kekayaan alam yang luar biasa dan menjadi bagian penting dari ekosistem lokal.

Dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, tak heran jika setiap pulau bisa menjadi rumah bagi puluhan hingga ratusan jenis hewan endemik yang unik dan memiliki karakteristik khas. 

Keunikan tersebut membuat mereka sangat menarik untuk dipelajari sekaligus dilestarikan. Mungkin kamu bertanya-tanya, apa itu hewan endemik sebenarnya? Apa saja contoh spesiesnya yang berasal dari pulau-pulau besar di Indonesia? 

Dan bagaimana langkah tepat untuk menjaga agar mereka tetap ada dan tidak punah? Untuk menjawab semua itu, mari kita telusuri lebih dalam penjelasan berikutnya.

Apa Itu Hewan Endemik?

Apa itu hewan endemik? Dalam konteks ilmu biologi, istilah "endemik" menggambarkan kondisi ketika suatu spesies hanya ditemukan secara alami di wilayah geografis tertentu, seperti pulau, negara, atau zona ekologi tertentu, sebagaimana dijelaskan oleh Kurniawan (2016). 

Hewan endemik adalah makhluk hidup yang tidak ditemukan di tempat lain di luar wilayah asalnya, menjadikannya unik dan khas pada lokasi tersebut.

Peran hewan endemik sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Jika spesies ini punah, maka dampaknya bukan hanya pada lingkungan setempat, tetapi juga bisa mengganggu ekosistem secara lebih luas. 

Sayangnya, perkembangan zaman sering disertai dengan eksploitasi alam yang berlebihan, yang justru mengancam habitat alami dan keberlangsungan hidup satwa endemik.

Indonesia sendiri dikenal memiliki tingkat keanekaragaman endemik yang sangat tinggi. Tercatat lebih dari 165 spesies mamalia, 150 spesies reptil, 397 jenis burung, dan 100 spesies amfibi yang bersifat endemik tersebar di berbagai wilayah kepulauan. 

Bahkan dalam satu pulau saja, sering ditemukan puluhan jenis satwa endemik dengan karakteristik yang sangat unik.

Hewan Endemik di Pulau Sumatera

1. Harimau Sumatera

Sesuai dengan penamaannya, spesies dengan nama ilmiah Panthera tigris sumatrae ini merupakan hewan khas dari Pulau Sumatera yang masih dapat dijumpai hingga kini. 

Ciri fisiknya yang membedakan adalah ukuran tubuhnya yang lebih kecil dibandingkan spesies harimau lainnya, serta pola loreng hitamnya yang tampak lebih pekat.

Karena merupakan hewan khas suatu wilayah, keberadaan harimau ini terbatas hanya di Pulau Sumatera dan umumnya menempati kawasan hutan dataran rendah maupun hutan pegunungan. 

Saat ini, populasinya diperkirakan tidak lebih dari 400 ekor. Untuk mencegah kepunahan akibat aktivitas perburuan ilegal, sebagian besar dari mereka kini berada di kawasan konservasi seperti cagar alam dan taman nasional. 

Selain itu, sekitar 250 ekor lainnya dirawat di berbagai kebun binatang di berbagai negara.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan hewan ini sebagai salah satu satwa yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

2. Badak Sumatera

Dari lima jenis badak yang ada di dunia, dua di antaranya hidup di Indonesia, yaitu badak dari Pulau Jawa dan dari Pulau Sumatera. Badak Sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis merupakan satu-satunya jenis badak di Asia yang memiliki dua cula.

Keberadaannya semakin terancam karena perburuan yang bertujuan mengambil culanya, sebab sebagian masyarakat mempercayai bahwa cula tersebut bisa dijadikan bahan obat tradisional untuk mengobati berbagai penyakit. 

Padahal, belum ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Struktur penyusun cula badak sebenarnya sangat mirip dengan kuku dan rambut manusia, sehingga tidak memiliki khasiat medis apa pun.

Saat ini, populasi hewan ini diperkirakan tinggal kurang dari 80 ekor dan sebagian besar berada di wilayah konservasi seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman Nasional Gunung Leuser, dan Taman Nasional Way Kambas. 

Habitat alami mereka umumnya berada di hutan tropis yang lembap, kawasan perbukitan dekat aliran air, serta daerah pegunungan yang dipenuhi lumut.

Pada tanggal 24 Maret 2022, seekor badak betina bernama Rosa yang berada di Taman Nasional Way Kambas berhasil melahirkan anak berjenis kelamin betina. 

Peristiwa tersebut menjadi kabar baik karena dapat menambah jumlah populasi badak Sumatera yang hidup di kawasan konservasi tersebut.

3. Orangutan Sumatera

Indonesia merupakan habitat bagi tiga jenis orangutan yang hanya bisa dijumpai di wilayah tertentu, yaitu dari Sumatera, Kalimantan, dan Tapanuli. 

Ketiganya tergolong sebagai satwa yang dilindungi karena wilayah tempat mereka tinggal sering mengalami kerusakan akibat penebangan hutan secara ilegal.

Jenis yang berasal dari Sumatera, yang memiliki nama ilmiah Pongo abelii, dikenal memiliki ukuran tubuh yang lebih mungil dibandingkan kerabatnya dari Kalimantan. Tingginya sekitar 4,6 kaki dengan bobot mencapai 200 pon. 

Meski lebih kecil, perilaku sosial orangutan dari Sumatera cenderung lebih terbuka, karena mereka sering terlihat makan bersama dalam kelompok di sekitar pepohonan yang menghasilkan buah.

Hewan ini kini tersebar di 13 area populasi yang seluruhnya berada di Pulau Sumatera. Dari jumlah tersebut, hanya tiga lokasi yang memiliki lebih dari 500 individu, sedangkan tujuh lainnya dihuni oleh sekitar 250 ekor. 

Salah satu upaya penyelamatan dilakukan pada 31 Mei 2022, ketika seorang warga dari Bogor menyerahkan seekor anak orangutan berusia tiga tahun bernama Kaka kepada otoritas konservasi untuk dikembalikan ke lingkungan alaminya.

4. Monyet Kedih

Jenis primata ini merupakan salah satu penghuni asli Pulau Sumatera, terutama ditemukan di bagian utara pulau tersebut. Dikenal secara ilmiah sebagai Presbytis thomasi, monyet ini memiliki raut wajah yang tenang dan bersifat pemalu. 

Kawasan hutan yang menjadi tempat hidupnya mencakup daerah Aek Nauli hingga Suaka Margasatwa Rawa Singkil yang terletak di wilayah Aceh.

Dalam kehidupan sehari-harinya, satwa ini biasanya hidup dalam kelompok kecil yang terdiri atas satu pejantan, enam betina, dan anak-anak mereka. 

Ciri khas kelompok ini adalah penggunaan suara vokal yang sangat kuat, yang berfungsi sebagai identitas masing-masing anggota kelompok. Setiap suara membawa sinyal yang memungkinkan mereka mengenali satu sama lain.

5. Gajah Sumatera

Salah satu jenis gajah yang berasal dari Indonesia adalah Elephas maximus sumatranus, yang ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan gajah dari Benua Afrika. 

Sebagian besar populasi gajah ini ditangkar di kawasan Way Kambas, Lampung, meskipun beberapa juga dibudidayakan di wilayah Tangkahan, Langkat.

Berdasarkan data survei yang dilakukan pada tahun 2007, jumlah gajah jenis ini diperkirakan berkisar antara 2.400 hingga 2.800 ekor. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, angkanya mengalami penurunan signifikan akibat maraknya perburuan liar yang bertujuan mengambil gading mereka secara ilegal.

Hewan Endemik di Pulau Jawa

1. Harimau Jawa

Salah satu spesies kucing besar yang pernah hidup di Pulau Jawa ini kini telah dikategorikan punah secara resmi oleh lembaga konservasi internasional. 

Hewan yang dikenal secara ilmiah sebagai Panthera tigris sondaica dinyatakan telah punah sejak era 1980-an. Terakhir kali keberadaannya terkonfirmasi adalah di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, sekitar tahun 1976.

Hilangnya spesies ini dari alam disebabkan oleh aktivitas perburuan secara brutal yang tak terkendali. 

Meskipun pada dekade 1990-an muncul beberapa laporan tentang dugaan penampakan kembali hewan tersebut, tidak ada bukti konkret yang dapat membenarkannya. 

Menanggapi hal tersebut, pada tahun 1998 sebuah seminar nasional yang digelar di Universitas Gadjah Mada mendorong para peneliti untuk melakukan kajian ulang terhadap pernyataan tentang kepunahan spesies ini, sebab ada sejumlah bukti yang menimbulkan dugaan bahwa harimau tersebut mungkin masih bertahan di alam liar.

2. Badak Jawa

Meskipun namanya mengacu pada salah satu pulau di Indonesia, spesies badak ini dulunya juga menyebar ke berbagai wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Laos, Kamboja, hingga Vietnam. 

Namun, sejak tahun 2010, populasi yang berada di Vietnam dinyatakan tidak lagi ada. Di Pulau Jawa sendiri, keberadaannya kini hanya ditemukan di satu kawasan, yaitu Taman Nasional Ujung Kulon.

Pada tahun 2017, jumlah individu dari spesies ini diperkirakan hanya sekitar 67 ekor yang seluruhnya mendiami Semenanjung Ujung Kulon. 

Lokasi tersebut dipilih karena sesuai dengan karakter lingkungan yang diperlukan badak ini, seperti wilayah rendah yang kaya akan air dan sumber makanan.

3. Macan Tutul Jawa

Salah satu karnivora asli Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan lokal macan kumbang memiliki nama ilmiah Panthera pardus. Dibandingkan dengan kerabatnya dari wilayah lain, ukuran tubuh jenis ini lebih kecil. 

Namun, ketajaman indera penciuman dan penglihatannya sangat luar biasa. Sayangnya, satwa ini kini termasuk dalam daftar spesies yang terancam punah karena tingginya tingkat perburuan.

Data pada tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah individu dari spesies ini hanya berkisar 250 ekor. Habitat terbanyak dari macan tutul ini berada di kawasan konservasi seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Jawa Barat.

4. Elang Jawa

Tahukah kamu bahwa sosok Burung Garuda yang menjadi lambang resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebenarnya terinspirasi dari elang jawa? 

Meskipun Burung Garuda adalah makhluk mitologis yang tidak ada dalam dunia nyata, bentuknya mengadopsi karakteristik dari spesies elang yang hanya hidup di Pulau Jawa.

Sayangnya, populasi burung yang memiliki nama ilmiah Nisaetus bartelsi ini terus mengalami penurunan dan semakin sulit dijumpai di alam liar. 

Ciri khas dari elang jawa adalah jambul mencolok yang terdiri dari dua hingga empat helai bulu dengan panjang sekitar 12 cm. 

Saat membentangkan sayapnya, elang ini tampak gagah dan mampu terbang tinggi, memperlihatkan wibawa dan kekuatan yang mengagumkan.

5. Kukang Jawa

Pada tanggal 6 Januari 2022, seekor kukang jawa berhasil dikembalikan ke alam bebas di wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sebelumnya, satwa ini ditemukan berada di kawasan pemukiman oleh warga setempat. 

Tindakan warga yang memilih menyerahkannya kepada pihak berwenang sebagai bentuk kepedulian terhadap konservasi satwa patut diberikan apresiasi.

Kukang jawa yang memiliki nama latin Nycticebus javanicus merupakan jenis primata yang beraktivitas di malam hari atau bersifat nokturnal. 

Satwa ini memiliki kemampuan unik berupa kelenjar racun yang terletak di bawah ketiak, berfungsi untuk melindungi diri dari serangan hewan pemangsa.

Saat ini, sebagian besar populasi kukang jawa hanya bisa ditemukan di wilayah konservasi seperti taman nasional, cagar alam, maupun suaka margasatwa. 

Statusnya yang langka menjadikan hewan ini termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Hewan Endemik di Pulau Kalimantan

1. Orangutan Kalimantan (Orangutan Borneo)

Orangutan kalimantan, yang dikenal secara ilmiah sebagai Pongo pygmaeus, merupakan primata endemik yang hidup di kawasan Pulau Kalimantan, meliputi wilayah Kalimantan Barat di Indonesia serta Serawak di Malaysia.

 Satwa ini menetap di hutan hujan tropis yang lebat, sesuai dengan kebiasaannya membangun sarang dari daun-daunan di atas pohon.

Dari segi bentuk tubuh, orangutan kalimantan tak jauh berbeda dari kerabatnya di Sumatera. Keduanya termasuk hewan arboreal yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di atas pohon dan aktif beraktivitas di siang hari (diurnal). 

Ciri khas orangutan kalimantan adalah bulu berwarna merah kecoklatan yang menutupi tubuhnya, kepala yang berukuran lebih besar, serta posisi mulut yang lebih tinggi. Khusus untuk yang jantan, terdapat tonjolan pada kedua sisi wajah.

Sayangnya, status konservasi orangutan kalimantan telah dikategorikan sebagai spesies terancam punah (endangered) sejak tahun 1994. Ancaman utamanya berasal dari perusakan habitat akibat deforestasi dan praktik perburuan liar. 

Untuk melindungi spesies ini dari kepunahan, pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

2. Rangkong Papan

Rangkong papan atau Buceros bicornis merupakan burung berukuran besar yang panjang tubuhnya saat dewasa dapat mencapai 160 cm. Ukuran tubuh rangkong papan betina umumnya lebih kecil dibandingkan dengan jantan. 

Untuk membedakan jenis kelaminnya, bisa dilihat dari warna matanya: betina memiliki mata berwarna biru, sementara jantan memiliki mata berwarna merah.

Jenis makanan burung ini cukup beragam, mulai dari serangga, siput, cacing, amfibi, hingga kepiting. Selain itu, mereka juga menyukai buah-buahan, seperti buah pala dan buah dari jenis drupa. 

Jika mangsanya berukuran besar, burung ini akan membenturkannya terlebih dahulu ke batang pohon untuk melembutkannya di paruh sebelum menelannya.

Populasi rangkong papan terus menurun drastis akibat penebangan pohon dan konversi hutan menjadi lahan. 

Selain itu, keberadaan mitos yang menyatakan bahwa dagingnya berkhasiat untuk pengobatan tradisional juga mendorong praktik perburuan liar yang semakin tak terkendali terhadap burung endemik ini.

3. Monyet Bekantan

Tahukah kamu bahwa bekantan merupakan hewan endemik Indonesia yang dijadikan maskot dari taman hiburan Dunia Fantasi (Dufan) di Jakarta? 

Ciri khas utama dari primata ini adalah hidungnya yang besar dan menonjol, sehingga sering dijuluki "monyet Belanda" oleh masyarakat lokal. 

Bekantan tidak memiliki sarang khusus untuk tidur. Sebagai gantinya, mereka beristirahat di pepohonan yang tumbuh di sekitar tepi sungai.

Hewan ini masih dapat ditemukan di hutan-hutan Kalimantan, khususnya di wilayah Taman Nasional Tanjung Puting. 

Namun begitu, populasinya kini semakin terancam karena kerusakan habitat, terutama hutan mangrove yang menjadi tempat hidupnya. 

Selain itu, kejadian kebakaran hutan juga turut memperparah kondisi dan menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup bekantan sebagai salah satu satwa endemik Indonesia.

4. Ikan Pesut Mahakam

Pesut Mahakam, atau yang dikenal juga sebagai Irrawaddy Dolphin, merupakan mamalia air yang hidup di perairan tawar dan sering disebut sebagai lumba-lumba sungai sejati. 

Walaupun sepintas mirip lumba-lumba, pesut mahakam sebenarnya memiliki perbedaan dari segi bentuk kepala, moncong, dan habitat aslinya.

Di wilayah Kalimantan, pesut mahakam sering dijadikan tokoh dalam berbagai legenda dan cerita rakyat. Sayangnya, jumlah hewan endemik ini terus menurun drastis. 

Salah satu penyebab utamanya adalah aktivitas ponton dari perusahaan-perusahaan besar, baik di sektor perkebunan kelapa sawit maupun tambang batu bara, yang mengganggu habitat alami mereka di sungai-sungai Kalimantan.

Hewan Endemik di Pulau Sulawesi

1. Burung Maleo

Burung maleo merupakan satwa khas yang hanya bisa ditemukan di Sulawesi Tengah dan Gorontalo, khususnya di kawasan hutan hujan dataran rendah. Di Taman Nasional Lore Lindu, populasi burung ini diperkirakan hanya berjumlah sekitar 320 ekor. 

Burung maleo dikenal memiliki tonjolan khas di kepalanya, serta telur yang berukuran jauh lebih besar dibanding burung pada umumnya. Uniknya, burung ini tidak mengerami telurnya secara langsung.

Namun, keberadaan burung maleo saat ini menghadapi ancaman serius. Aktivitas penebangan liar, kebakaran hutan, dan perburuan yang tidak terkendali menjadi penyebab utama menyusutnya populasi. 

Karena burung maleo tidak menjaga telurnya secara aktif, telur-telur yang dikubur dalam tanah kerap menjadi sasaran predator alami seperti kadal dan biawak, yang mampu mencium aromanya dengan mudah.

2. Kuskus Beruang Sulawesi

Kuskus beruang sulawesi, atau Ailurops ursinus, merupakan hewan endemik yang hidup di hutan hujan dataran rendah, terutama di Kepulauan Butung, Muna, dan Peleng. 

Salah satu keunikan dari mamalia ini adalah ekornya yang kuat dan lentur, memungkinkan kuskus berpegangan pada dahan atau melilit batang pohon saat mencari makanan.

Sayangnya, hewan ini juga menghadapi ancaman kepunahan akibat perburuan dan perdagangan secara ilegal. Selain itu, habitat alaminya kini semakin menyempit karena pembukaan lahan untuk pertanian dan pemukiman. 

Kerusakan hutan yang terus berlangsung membuat populasi kuskus beruang sulawesi semakin berkurang dari waktu ke waktu.

3. Tarsius

Tarsius merupakan hewan khas Indonesia yang memiliki keunikan bentuk tubuh, terutama pada bagian tulang tarsalnya yang memanjang dan membentuk pergelangan. 

Struktur tubuh ini memungkinkan tarsius untuk melompat sejauh tiga meter dari satu pohon ke pohon lainnya. 

Sebagai makhluk nokturnal, tarsius lebih aktif di malam hari untuk berburu. Mangsa utamanya meliputi jangkrik, burung berukuran kecil, kelelawar, serta reptil kecil.

Sayangnya, tarsius kini terancam punah, salah satu penyebab utamanya adalah tren menjadikannya sebagai hewan peliharaan. Padahal, tarsius tergolong dalam daftar 25 primata paling terancam punah di dunia. 

Hewan ini juga sangat sensitif terhadap interaksi manusia, bahkan bisa mengalami stres berat jika disentuh. 

Dalam kondisi stres ekstrem, tarsius sering menunjukkan perilaku menyakiti diri, seperti membenturkan kepala ke batang pohon sebagai bentuk bunuh diri.

4. Babi Rusa

Babi rusa adalah spesies babi liar yang hanya ditemukan di wilayah Sulawesi, seperti Pulau Togean, Sula, Malenge, dan beberapa pulau lainnya. Habitat asli dari hewan ini berada di hutan hujan tropis, dan pola makannya tergolong herbivora. 

Sekilas, penampilan fisiknya menyerupai babi biasa, namun babi rusa berukuran lebih kecil. Keunikan utama yang membedakannya dari babi lainnya adalah taringnya yang tumbuh menembus bagian moncong.

Sayangnya, populasi babi rusa kini menurun drastis akibat maraknya perdagangan ilegal, terutama karena permintaan terhadap dagingnya. 

Selain itu, kerusakan habitat yang diakibatkan oleh pembukaan hutan secara liar juga mempercepat penurunan jumlah spesies ini. 

Oleh karena itu, perlindungan dari pemerintah maupun kesadaran masyarakat menjadi hal penting untuk menjaga kelestariannya.

Hewan Endemik di Pulau Papua

1. Kanguru Pohon Mantel Emas

Siapa sangka kalau kanguru ternyata tidak hanya bisa ditemukan di Australia, tetapi juga hidup di wilayah Papua, Indonesia. 

Salah satu jenis khasnya adalah kanguru pohon mantel emas yang memiliki ciri utama berupa bulu berwarna kuning keemasan yang terlihat di sekitar leher, pipi, dan kakinya.

Menariknya, saat Pekan Olahraga Nasional (PON) XX diselenggarakan di Papua pada tahun 2021, kanguru pohon ini dipilih sebagai maskot resmi ajang tersebut. 

Spesies ini sendiri baru ditemukan secara luas pada tahun 1990 oleh Pavel German di kawasan Gunung Sapau. Sayangnya, populasi kanguru pohon mantel emas kini terancam akibat kerusakan habitat dan perburuan ilegal. 

Bahkan, menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN), spesies ini telah masuk dalam kategori kritis dan sangat terancam punah.

2. Burung Cendrawasih

Burung yang sering dijuluki “burung dari surga” ini merupakan salah satu ikon paling dikenal dari Papua. 

Dikenal karena keindahan bulunya, burung cendrawasih memiliki warna merah yang mencolok dengan kombinasi warna-warni yang menghiasi bagian kepalanya. Umumnya, burung ini hidup di hutan-hutan lebat di dataran tinggi Papua.

Keunikan burung ini tampak jelas saat musim kawin, di mana burung jantan akan menampilkan bulu-bulunya yang indah sambil menari dan mengeluarkan suara khas dari atas pohon sebagai bentuk atraksi untuk menarik perhatian betina. 

Namun, keindahan bulunya justru membuat burung cendrawasih menjadi sasaran perburuan liar. Bulu-bulunya yang cantik kerap dijadikan hiasan, terutama untuk topi, sehingga membuat keberadaan burung ini semakin terancam punah.

3. Labi-Labi Moncong Babi

Dikenal dengan nama latin Carettochelys insculpta, labi-labi moncong babi sekilas terlihat seperti kura-kura karena memiliki tempurung keras di punggungnya. 

Yang membuatnya berbeda adalah bentuk hidungnya yang panjang dan menyerupai moncong babi. 

Spesies ini biasa ditemukan di perairan tawar seperti sungai, rawa, maupun perairan payau di wilayah Papua. Bahkan, penyebarannya juga mencapai sebagian wilayah utara Australia.

Sayangnya, labi-labi moncong babi termasuk dalam daftar satwa langka yang harus mendapatkan perlindungan ketat. 

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor P.106 Tahun 2018, spesies ini dilindungi karena ancaman perdagangan ilegal dan aksi penyelundupan untuk kepentingan komersial yang terus berlangsung.

Sebagai penutup, setelah mengenal berbagai contohnya, kini kamu tahu apa itu hewan endemik dan mengapa penting untuk melestarikannya demi keseimbangan ekosistem.

Terkini