JAKARTA - Pembangunan jalan tol di Indonesia tidak lagi sekadar soal konektivitas. Proyek Tol Semarang hingga Demak Seksi I kini tampil sebagai contoh konkret transformasi infrastruktur yang menyentuh berbagai aspek kebutuhan masyarakat, mulai dari aksesibilitas hingga penanggulangan bencana. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah merancang proyek strategis nasional ini sebagai solusi terintegrasi, dengan memasukkan komponen penting mitigasi banjir rob yang selama ini menjadi ancaman serius bagi kawasan pesisir utara Jawa.
Langkah nyata diwujudkan melalui percepatan penetapan lokasi (penlok) lahan tambahan yang bukan hanya untuk keperluan jalan tol, namun juga mencakup kolam retensi dan konstruksi giant sea wall. Seluas 52,65 hektare lahan akan ditambah, tersebar di Kota Semarang dan Kabupaten Demak. Penambahan ini mengindikasikan pendekatan holistik dalam membangun infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan iklim dan fenomena hidrometeorologi ekstrem.
Menurut Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Jawa Tengah, Boedyo Dharmawan, proyek ini memadukan fungsi mobilitas dengan penguatan ketahanan wilayah. “Penambahan lahan akan difungsikan untuk pengerjaan proyek tol Semarang-Demak Seksi I yang juga berperan sebagai giant sea wall. Lahan tambahan ini juga untuk memperluas kolam retensi Terboyo dan Sriwulan serta kebutuhan pelebaran jalan,” ujar Boedyo.
Distribusi lahan yang dibutuhkan menyebar cukup merata. Di Kota Semarang, mencakup Kelurahan Tambakrejo di Kecamatan Gayamsari, Kelurahan Terboyo Kulon dan Terboyo Wetan di Kecamatan Genuk, serta Kelurahan Trimulyo. Sementara di Kabupaten Demak, lokasi tersebar di Desa Sriwulan dan Desa Bedono, Kecamatan Sayung. Rinciannya adalah 65 bidang tanah di Semarang dan 69 bidang di Demak.
Proses penlok tersebut merupakan lanjutan dari surat permohonan dari Ditjen Bina Marga, Kementerian PUPR. Hingga kini, Pemprov Jawa Tengah sudah melakukan verifikasi dan pendataan lahan, sekaligus menjalankan tahapan sosialisasi dan konsultasi publik. Namun, Boedyo mengakui bahwa masih ada hambatan administratif, terutama soal pelepasan aset dari instansi pemerintah.
“Memang masih ada yang sedikit kami laporkan kepada Gubernur, yaitu ada bidang tanah instansi pemerintah yang belum mendapatkan pelepasan. Namun PP 19 tahun 2021 pasal 43 menjelaskan, penetapan lokasi dapat dilakukan sebelum ada surat pelepasan,” katanya. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah tetap mengedepankan kepatuhan regulasi dalam mengawal proyek tersebut.
Selain membuka jalur baru untuk kendaraan dan memperlancar arus barang, keberadaan proyek ini diharapkan bisa menyelesaikan persoalan banjir rob yang kerap merugikan masyarakat. Kawasan Kaligawe, Genuk, hingga Sayung selama ini dikenal sebagai daerah yang rawan tergenang air laut pasang, terutama saat musim hujan bersamaan dengan pasang maksimum.
Dengan desain tol yang juga berfungsi sebagai giant sea wall, genangan rob dapat ditekan secara signifikan. Terlebih, kolam retensi di Terboyo dan Sriwulan akan membantu menampung dan mengatur limpasan air yang sebelumnya tak tertangani dengan baik. Hal ini akan berdampak langsung terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan kestabilan ekonomi di wilayah pesisir.
Fungsi ganda proyek ini yaitu sebagai jalur tol dan sarana mitigasi bencana menjadikannya contoh nyata pendekatan infrastruktur berkelanjutan yang responsif terhadap tantangan lingkungan. Diharapkan, keberhasilan integrasi tersebut dapat menjadi model pembangunan nasional yang mengutamakan resilien dan inklusivitas.
Tidak berhenti sampai di situ, proyek Tol Semarang hingga Demak Seksi I diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Infrastruktur yang memadai akan mengundang investasi dan menciptakan pusat-pusat ekonomi baru. Konektivitas yang semakin baik akan mempercepat pergerakan orang dan logistik, memotong biaya distribusi, serta membuka peluang bisnis yang lebih besar di kawasan yang sebelumnya sulit dijangkau.
Dalam konteks perencanaan pembangunan nasional, proyek ini telah dimasukkan dalam target strategis yang dijalankan oleh pemerintahan Presiden Prabowo Subianto untuk periode 2025 hingga 2029. Pemprov Jawa Tengah terus melakukan koordinasi erat dengan pemerintah pusat untuk memastikan semua tahapan berjalan sesuai dengan rencana dan tenggat waktu.
Proyek ini bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga mencerminkan komitmen pemerintah dalam menghadirkan solusi yang berkelanjutan dan berdampak luas bagi masyarakat. Kombinasi antara jalan tol dan giant sea wall mencerminkan pemikiran inovatif yang menyatu dalam satu garis kebijakan: menyelesaikan dua tantangan sekaligus transportasi dan bencana.
Ketika proyek ini rampung sepenuhnya, masyarakat tidak hanya akan merasakan manfaat berupa waktu tempuh yang lebih singkat, tetapi juga keamanan lingkungan yang lebih baik. Ini adalah hasil dari pembangunan yang bukan hanya menghubungkan titik A ke B, melainkan juga menjembatani harapan dan kebutuhan rakyat yang selama ini hidup berdampingan dengan ancaman banjir rob.
Proyek Tol Semarang hingga Demak Seksi I kini bukan lagi hanya milik sektor perhubungan, tetapi telah menjadi milik masyarakat pesisir utara Jawa Tengah. Sebuah inisiatif yang memperkuat ketahanan wilayah, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan memastikan bahwa infrastruktur masa depan dibangun dengan visi jangka panjang yang inklusif dan adaptif.