JAKARTA - Upaya penanggulangan stunting kembali diperkuat di tingkat akar rumput. Pemerintah Kalurahan Caturtunggal menjadi contoh nyata bagaimana sebuah wilayah administratif mampu memainkan peran penting dalam menjalankan program nasional secara konkret, inklusif, dan terukur.
Melalui kegiatan rembug stunting yang digelar di Pendopo Puspadenta, semangat kolaborasi antar sektor ditunjukkan dalam aksi nyata. Forum musyawarah ini bukan sekadar agenda formal, tetapi sebuah langkah strategis untuk memperkuat konvergensi dalam pencegahan stunting yang telah menjadi prioritas nasional.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini menghadirkan pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang, mulai dari perwakilan puskesmas, pamong kalurahan, tokoh masyarakat, hingga instansi kewilayahan. Hadir pula Kepala Jawatan Sosial Kapanewon Depok dan Penjabat Lurah Caturtunggal sebagai unsur pimpinan wilayah, menandakan kuatnya komitmen dalam membangun sinergi lintas sektor.
Menyatukan Langkah Melalui Musyawarah
Kegiatan rembug stunting kali ini dirancang dalam bentuk diskusi terfokus atau Focus Group Discussion (FGD). FGD digunakan untuk menggali hasil pemetaan sosial serta layanan kesehatan yang telah dilakukan sebelumnya. Lebih jauh, forum ini juga menjadi sarana menyusun skala prioritas kegiatan intervensi yang nantinya diintegrasikan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Kalurahan (RKPKal) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Kalurahan (APBKal).
FGD berjalan dinamis dengan dua narasumber utama, yaitu Kristin Wiwit selaku Kader Pembangunan Manusia (KPM) dan Arditiya Sejati dari Puskesmas Depok 3. Keduanya memaparkan pentingnya pemanfaatan data elektronik Human Development Worker (eHDW) untuk menyusun langkah pencegahan stunting secara tepat sasaran.
Kristin menekankan bahwa keakuratan data menjadi elemen kunci. Tanpa data yang terpetakan dengan baik, program intervensi akan sulit menyasar kelompok paling rentan.
Sementara itu, Arditiya menyoroti pentingnya integrasi antara data kesehatan dengan kondisi sosial ekonomi rumah tangga. Ia menyampaikan bahwa pemetaan rumah tangga berisiko stunting bukan hanya berbasis indikator medis, tapi juga mempertimbangkan faktor lingkungan, pendidikan orang tua, serta akses pangan bergizi.
Peran Penting Kalurahan dalam Program Nasional
Di tengah diskusi, Kepala Jawatan Sosial Kapanewon Depok, Fransiskus Suharyadi, menegaskan bahwa stunting bukan semata isu kesehatan, melainkan bagian dari agenda besar pembangunan manusia Indonesia.
“Stunting adalah program nasional yang harus mendapat perhatian bersama. Pemerintah kalurahan memegang peran penting dalam menyukseskan program ini melalui kolaborasi dan intervensi yang terarah,” ujar Fransiskus.
Ia juga menambahkan bahwa pendekatan konvergensi lintas sektor, yang digagas melalui forum seperti rembug stunting, merupakan salah satu langkah paling efektif untuk menjawab tantangan ini. Hal ini dinilai mampu menyatukan kebijakan dan program di tingkat bawah, sehingga lebih adaptif terhadap kebutuhan riil masyarakat.
Kalurahan sebagai pemerintahan terkecil memiliki fleksibilitas dalam pengambilan keputusan berbasis kebutuhan lokal. Karenanya, pelibatan semua unsur, termasuk masyarakat, menjadi penting untuk memastikan bahwa intervensi yang dilakukan benar-benar menyasar sasaran.
Komitmen Bersama Jadi Fondasi
Momentum kegiatan ini ditutup dengan penandatanganan berita acara sebagai bentuk komitmen seluruh elemen yang terlibat. Langkah ini bukan sekadar simbolis, melainkan pernyataan sikap untuk berpartisipasi aktif dalam program pencegahan stunting secara berkelanjutan.
Penjabat Lurah Caturtunggal dalam kesempatan itu menyampaikan apresiasi terhadap keterlibatan aktif masyarakat. Ia menyebut bahwa keterbukaan dan partisipasi dalam forum rembug mencerminkan semangat gotong-royong yang masih kuat hidup di tengah masyarakat.
“Pencegahan stunting bukan hanya tugas petugas kesehatan, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen. Kita ingin anak-anak di Kalurahan Caturtunggal tumbuh sehat, cerdas, dan kuat,” ujarnya dalam sesi penutupan.
Gotong Royong sebagai Kunci Keberhasilan
Kesadaran kolektif yang tumbuh dari kegiatan rembug stunting menjadi bukti bahwa program nasional dapat dijalankan secara efektif jika mendapat dukungan nyata dari tingkat paling bawah. Dalam suasana musyawarah yang terbuka dan partisipatif, lahir komitmen-komitmen konkret yang selaras dengan arah kebijakan pusat.
Gotong royong yang ditunjukkan oleh warga dan para pemangku kepentingan di Caturtunggal memberi contoh bahwa upaya pencegahan stunting bukanlah proyek sesaat, melainkan perjalanan panjang yang memerlukan dedikasi, kesabaran, dan kerja sama.
Lebih dari sekadar sebuah forum, rembug stunting menjadi representasi kuat dari semangat nasional yang kini bertumpu pada kekuatan lokal. Ketika desa dan kalurahan bergerak, maka visi Indonesia bebas stunting bukan lagi sebatas harapan, melainkan kenyataan yang sedang diwujudkan secara bertahap.