JAKARTA - Perjalanan udara, meskipun praktis dan cepat, bisa memberi tantangan tersendiri bagi tubuh, terutama sistem pencernaan. Perubahan tekanan kabin, kadar oksigen yang menurun, serta suasana dingin di ketinggian dapat membuat tubuh bereaksi tidak biasa, termasuk pada makanan yang dikonsumsi.
Dalam suasana kabin tertutup dan tekanan udara yang lebih rendah, pilihan makanan sangat berpengaruh pada kondisi fisik penumpang. Tidak jarang, makanan yang dikonsumsi sebelum atau saat penerbangan malah memicu rasa tidak nyaman, kembung, bahkan lelah berlebihan.
Peran Tekanan Kabin Terhadap Pencernaan
Ahli gizi senior dari Holland & Barrett, Ellie Birch, menjelaskan bahwa tekanan kabin menjadi salah satu faktor utama yang berdampak pada sistem pencernaan saat terbang. Ia mengungkapkan, banyak penumpang mengalami gangguan seperti perut kembung ketika berada di pesawat.
“Tekanan kabin cenderung berdampak paling besar pada pencernaan saat terbang. Anda mungkin merasa lebih kembung atau bergas bayangkan ketika telinga Anda berbunyi di pesawat, sistem pencernaan Anda mengalami hal yang sangat mirip,” ujarnya.
Selain tekanan kabin, faktor lain seperti stres karena perjalanan panjang, gangguan tidur, dan kurangnya aktivitas fisik selama penerbangan juga memperburuk kondisi pencernaan. Hal-hal ini memperkuat alasan mengapa pemilihan makanan yang tepat sangat penting saat bepergian dengan pesawat.
Hindari Makanan Ultra-Olahan
Makanan yang tersedia di pesawat umumnya memiliki karakteristik ultra-olahan: rendah serat, tinggi gula dan garam, serta mengandung banyak pengawet. Meski praktis, jenis makanan ini dapat menimbulkan reaksi yang kurang bersahabat terhadap tubuh, khususnya sistem pencernaan.
Ellie Birch menyarankan untuk memperbanyak konsumsi air selama penerbangan guna membantu sistem pencernaan bekerja lebih baik. Namun, dia juga mengingatkan agar penumpang tidak mengonsumsi minuman yang menyebabkan dehidrasi, seperti kopi dan alkohol.
Pentingnya Menjaga Keseimbangan Cairan Tubuh
Stephanie Smith, seorang ahli gizi kesehatan wanita di Agora Health, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan cairan tubuh. Menurutnya, makanan asin dapat memperburuk dehidrasi selama penerbangan.
“Jadi, sebaiknya pilih camilan tanpa tambahan garam dan hindari makanan yang mengandung banyak garam sebelum dan selama penerbangan,” ucapnya.
Dehidrasi tidak hanya menimbulkan rasa haus, tetapi juga bisa menyebabkan sakit kepala, rasa lelah, bahkan kebingungan ringan. Itulah sebabnya mengonsumsi air putih dan menghindari makanan asin sangat dianjurkan selama penerbangan.
Membawa Bekal Sehat dari Rumah
Stephanie juga memberikan tips yang sangat praktis. Bila memungkinkan, penumpang disarankan membawa bekal sendiri dari rumah. Menurutnya, makanan segar dan utuh akan lebih bermanfaat dibandingkan makanan kemasan yang umumnya tersedia di pesawat.
“Makanan pesawat umumnya rendah serat (ini memang sengaja untuk mengurangi perut kembung) dan nutrisi sehingga seringkali membuat penumpang merasa lelah,” tutur Stephanie.
Makanan segar seperti buah-buahan potong, salad, atau kacang-kacangan tanpa garam bisa menjadi alternatif sehat untuk dikonsumsi di atas pesawat. Selain praktis, bekal dari rumah juga membantu penumpang menjaga asupan nutrisi dengan lebih baik.
Peran Pramugari dalam Edukasi Pangan Selama Terbang
Celna Bedding, seorang pramugari, juga memberikan pandangan serupa. Ia mengatakan bahwa makanan dengan kadar garam dan gula tinggi sering digunakan dalam penerbangan karena di ketinggian, indra pengecap penumpang menjadi kurang peka.
“Karena tekanan kabin, kita kehilangan sekitar 30 persen indra perasa. Jadi, perusahaan yang menyiapkan makanan untuk maskapai menambahkan lebih banyak garam agar rasanya tetap enak di ketinggian 40 ribu kaki,” jelasnya.
Meski demikian, Celna menyarankan agar penumpang memilih menu sehat seperti salad ketimbang roti atau sandwich. Ia juga menganjurkan untuk mengonsumsi air dalam jumlah cukup sepanjang penerbangan, namun mengingatkan agar tidak meminum air keran di pesawat.
Alternatif Minuman yang Disukai Penumpang
Meskipun air putih tetap menjadi pilihan utama untuk menjaga hidrasi, penelitian dari maskapai Lufthansa menunjukkan bahwa jus tomat menjadi salah satu minuman favorit di pesawat. Rasa umami pada jus tomat dinilai tetap stabil meskipun berada di ketinggian.
“Reseptor rasa berubah karena tekanan rendah dan kondisi kering, jadi memengaruhi cara rasa terekam. Jus tomat mengandung umami, rasa gurih yang tetap sama di ketinggian,” ujar Celna.
Tak hanya menyegarkan, jus tomat juga dapat menjadi alternatif bagi penumpang yang ingin menikmati minuman dengan rasa kuat tanpa perlu khawatir terhadap dehidrasi atau gangguan pencernaan.
Pilihan Cerdas Bantu Perjalanan Nyaman
Secara keseluruhan, penerbangan yang nyaman bukan hanya ditentukan oleh kursi empuk atau fasilitas hiburan dalam kabin. Pilihan makanan yang tepat sebelum dan selama penerbangan memainkan peran besar dalam menjaga kondisi fisik dan kenyamanan selama perjalanan.
Dengan memahami bagaimana tekanan kabin memengaruhi tubuh, serta menghindari makanan ultra-olahan dan asin, penumpang dapat mengurangi risiko gangguan pencernaan. Membawa bekal sehat, menjaga hidrasi, dan memilih minuman yang sesuai seperti jus tomat bisa menjadi langkah bijak untuk pengalaman terbang yang lebih sehat dan menyenangkan.